Kampung Jahit Kediri Modifikasi Masker Berbahan Tenun Ikat
Semenjak tiga minggu terakhir ini saat virus Covid -19 merebak, warga Kelurahan Banjar Melati RT 1 RW 8 Kecamatan Mojoroto Kota Kediri yang sebagian besar bekerja sebagai penjahit mengaku sepi order.
Mereka pun kemudian banting setir untuk menjadi pembuat masker. Apalagi saat ini banyak warga yangs sedang membutuhkan masker. Bahannya terbuat dari kain tenun ikat. Seperti diketahui jika selama ini Kota Kediri memang dikenal dengan pengrajin tenun ikat khas Kelurahan Bandar Kidul
Rifki salah satu warga setempat kemudian mengajukan penawaran pengadaan masker tersebut melalui Disperindag Kota Kediri. Bak gayung bersambut tawaran ini akhirnya disetujui.
"Saya mencoba mengajukan diri untuk membuat masker berbahan kain tenun ikat dan ternyata disetujui " kata Rifki Assadulah Minggu, 12 April 2020.
Rifki mengaku saat ini pihaknya telah mendapat pesanan sebanyak 8 ribu masker. Masker ini nantinya akan dipakai oleh satuan kerja di Pemerintah Kota Kediri.
Rifki menambahkan untuk satu masker kain berbahan tenun ikat , ia jual dengan harga Rp7.500 Dari penjualan masker tersebut pemuda lulusan Sekolah Menengah Pertama ini, mengaku memperoleh keuntungan tidak begitu banyak.
Namun baginya hal itu bukanlah masalah, karena ia merasa ikut senang bisa membantu memperkaryakan tetangga sekitar rumahnya untuk menambah penghasilan.
Saat ini sudah ada 12 orang tetangga yang memiliki keterampilan bekerja untuknya. Beberapa di antaranya kategori usia produktif tercatat sebagai santri pondok pesantren.
"Di lingkungan sini kan banyak pondok pesantren, juga ada santri Pondok Pesantren Lirboyo yang ikut membantu," cerita pria berusia 30 tahun ini. Para penjahit yang berjumlah 12 orang ini dibayar dengan sistem komisi. Jika dapat membuat 1 masker , mereka mendapatkan pembayaran Rp2. 500.
"Satu masker kita beri upah Rp 2500. Karena sudah memiliki keterampilan menjahit rata rata mereka bisa membuat satu masker dalam rentang waktu kurang lebih 8 menit," kata Rifki.
Pasokan bahan kain tenun ikat itu diperoleh dibelinya dari pemilik usaha pengrajin tenun ikat di Kelurahan Bandar Kidul. Menurutnya di saat situasi seperti ini, para pengrajin tenun ikat juga mengeluh sepi pembeli. Satu potong kain tenun ikat berukuran panjang 250x90cm dibelinya seharga Rp170 ribu. Dari tenun ikat seukuran itu, dia bisa memproduksi sekitar 60 masker
"Bahannya kita kerjasama dengan tenun ikat Kelurahan Bandar. Saya rasa di sana juga sepi. Akhirnya kita kerjasama untuk minta pengadaan kain dari sana, " ujarnya.
Dalam sehari, 12 penjahit yang ia pekerjakan bisa memproduksi 300 sampai 500 masker.
Rifki menambahjan jika saat ini dirinya sudah mendapatkan order dari intansi untuk pembuatan masker berbahan tenun ikat sebanyak 8ribu.
"Ada kendala modal. Kalau tenaga kerja mencukupi karena di sini kan dikenal sebagai kampung jahit," katanya sambil tertawa.
Meski begitu ia sangat bersyukur karena sedikit banyak telah dibantu diberikan modal oleh Disperindag Kota Kediri. Pemberian modal tersebut langsung ia pergunakan untuk beli bahan kain tenun ikat. Bahan kain yang sudah dibelinya itu dapat diproduksi sebanyak 2 ribu masker.
Rifki menghendaki jika produknya nanti sudah dikenal luas oleh masyarakat, akan ada orang dari luar Kediri yang mau membeli masker buatanya tersebut.
"Tempo hari sudah ditawarkan oleh pengrajin tenun ikat, ke orang Pemprov Jatim. Katanya nanti dilihat dulu kualitasnya," kata dia.
Meski maskernya dibuat menggunakan mesin jahit manual, ia berani menjamin jika produknya tidak kalah kualitasnya dengan buatan pabrik.
Advertisement