Kampung Anak Negeri, Kisah Anak Jalanan Menemukan Mimpinya
Kepedulian Pemkot Surabaya terhadap masa depan anak jalanan bukan hanya angan-angan, atau sekadar mengumbar citra belaka. Lihat saja ke Pondok Sosial Kampung Anak Negeri, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, yang bertempat di Jalan Wonorejo Timur No. 130 Rungkut, Surabaya.
Di sana terdapat sejumlah anak-anak jalanan, anak putus sekolah, hingga anak-anak dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) mendapatkan pembinaan. Pembinaan tidak hanya dilakukan secara formal, namun juga pengembangan bakat dan minat, demi prestasi.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Dinsos Surabaya Erni Lutfia mengatakan anak-anak yang tinggal di Kampung Anak Negeri memiliki berbagai latar belakang.
"Bagi anak jalanan yang terkena razia Satpol PP selanjutnya didata, jika masih mempunyai keluarga akan dipulangkan. Sementara yang tidak mempunyai keluarga, kami bina di Kampung Anak Negeri,” kata Erni, 9 Januari 2018.
Namun upaya membimbing anak-anak itu belum tentu berjalan mulus. Erni menuturkan, ketika awal mereka tinggal di Kampung Anak Negeri, anak-anak itu akan sulit untuk mulai beradapatasi. Sehingga, beberapa kali mereka sempat melarikan diri.
Kendati demikian, dengan kesabaran dan pendekatan secara psikologis, akhirnya anak-anak itu mau menurut tinggal di Kampung Anak Negeri.
“Kami juga punya tim khusus yang bertugas mencari anak-anak yang kabur. Mereka kami cari mesti ketemu. Kita kemudian lakukan pendekatan assesmen kepada mereka dengan didampingi psikolog,” kata dia.
Erni mengatakan, saat ini Kampung Anak Negeri ditinggali sebanyak 35 anak. Mereka berusia rata-rata mulai dari 7 hingga 18 tahun. Sistem pembinaan yang diterapkan pun ada dua jenis. Yakni pendidikan formal dan non formal.
“Untuk pendidikan formal, mereka bersekolah. Kalau SD di SDN Kedung Baruk, SMPN 23 dan SMKN 10 Surabaya,” tuturnya. Sementara itu, bagi anak yang mengalami putus sekolah atau di drop out, akan diikutkan pemkot untuk kejar paket.
Setiap hari, Kampung Anak Negeri tidak pernah sepi dari aktivitas. Pagi hari, Erni mengatakan mereka sudah diajak untuk sholat subuh berjamaah. Selanjutnya, bagi yang menempuh pendidikan formal, akan diantar ke sekolah.
Sementara itu, bagi anak yang menempuh pendidikan kejar paket, siangnya diberi kegiatan wirausaha. Bahkan, Erni mengatakan, ada juga pembinaan untuk keagamaan yang berkaitan dengan baca tulis Al-Qur’an setiap malam selepas maghrib.
“Untuk malam harinya, usai shalat isya mereka kemudian belajar keterampilan minat dan bakat. Ada yang berlatih seni melukis, musik, olahraga tinju, balap sepeda, dan silat,” katanya.
Tak pelak, banyak dari mereka yang telah berhasil menorehkan berbagai prestasi, baik tingkat regional maupun nasional. Seperti Ari Mukti (14), pernah meraih juara satu pertandingan tinju kelas 38 kilogram, Kejurda Tinju Amatir Yunior Youth Se Jawa Timur tahun 2017.
Lalu dari cabang silat, Muhammad Hasyim (14), pernah meraih juara satu tapak suci usia dini, se-Kota Surabaya. Di cabang balap sepeda, Marfel Maulana (7), meraih juara tiga,Kejuaraan Balap Sepeda MTB Piala Koni Kota Surabaya.
Kemudian ada pula Luhur Aditya Prasoja (16), juga pernah meraih juara dua, Kejuaraan Balap Sepeda Usia Dini Seri ke 3, Trophy Ketua ISSI Jawa Tengah.
Bahkan, kata Erni, di tempat ini mereka juga diajak belajar berwirausaha. Seperti cuci motor, pembuatan kuliner ayam geprek, servis handphone, dan produksi minuman tradisional kunir asam.
Beberapa produk mereka kemudian dipasarkan ke hotel dan kantoran. Pihaknya berharap, agar ke depannya anak-anak itu bisa hidup secara mandiri.
“Jadi ada pembinanya juga yang membimbing mereka, dan mereka juga dapat tambahan uang saku dari hasil wirausaha tersebut,” ucapnya.
Menurut Erni, anak-anak yang biasa dipandang sebelah mata oleh masyarakat ini, jika diperhatikan dan dibimbing dengan benar, ternyata juga mampu untuk berprestasi. (frd)
Advertisement