Kampung Ampel Surabaya Menyimpan Sejuta Makna
Siapa yang tidak kenal dengan wisata religi Ampel. Wisata religi Ampel menjadi salah satu ikon daerah tujuan wisata Kota Surabaya. Namanya tidak hanya dikenal di tanah air, tapi juga sudah terkenal di manca negara.
Banyak wisatawan dari Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam hingga Eropa pernah bertandang ke lokasi, yang dibuka oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmad pada awal abad 15.
Raden Rahmad memang menjadi sosok sentral dalam sejarah perkembangan Islam di kawasan yang dulu dikenal dengan Ampel Dento. Konon, di lingkungan tempat berdirinya masjid Ampel ini, Raden Rahmad mendirikan pondok pesantren sebagai sarana edukasi penyebaran agama Islam.
Namun sayang pondok pesantren Ampel Dento ini tidak berbekas. Kecuali masjid, yang selanjutnya dikenal dengan nama Masjid Ampel. Masjid Ampel, yang kini berdiri megah, merupakan hasil pengembangan dan pembangunan, yang awalnya diinisiasi oleh Raden Rahmad.
Sesuai dengan SK Walikota Surabaya nomor: 1885.45/251/402.1.04/1996 tertanggal 26 September 1996, yang tertempel pada tembok masjid, bahwa masjid Ampel awalnya didirikan pada tahun 1420.
Sementara, menurut prasasti berbahasa Jawi dalam huruf Arab Pegon, yang tertempel pada dinding masjid, tersebut bahwa masjid ini dibangun oleh Assayidina Abu Rahmad Arifin Al Aidag atau Raden Rahmad atau Sunan Ampel pada tahun Saka 1362 (1440 M). Kemudian tersebut juga (diduga) pemugaraan pada tahun Saka 1397 atau 1475 Masehi.
Seiring dengan perkembangan Islam, khususnya di kawasan Ampel, perubahan pun terjadi. Masjid Ampel mengalami perombakan yang sangat signifikan di masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Berita koran "Soerabaijasch Handelsblad", tertanggal 27 Juli 1882, yang diunduh dari delpher.nl memberitakan adanya dua masjid besar di Surabaya. Yaitu satu, berada di Alun Alun dekat rumah Bupati (kini areal Tugu Pahlawan) dan satu lagi di Kampung Ampel.
Menurut prasasti "Titi Mongso Masjid Ampel" bahwa Bupati Surabaya, Raden Ario Cokronegoro 5 membesarkan (merenovasi) masjid, yang ditandai dengan peletakan batu pertama tepat pada Ahad 15 Jumadil Awal 1278 H atau 1857 M.
Kemudian pembangunan dikabarkan selesai pada tahun 1287 H atau 1866 M. Jadi, diduga butuh waktu selama 9 tahun (1857-1866) untuk menyelesaikan renovasi masjid.
Bangunan masjid Ampel, yang dapat kita lihat sekarang, adalah hasil renovasi yang dilakukan di masa pemerintahan Hindia Belanda. Bangunannya tampak megah, kokoh, khas arsitektur kolonial. Pilar-pilar besar menghiasi teras masjid, dikombinasi dengan pagar baja.
Sementara soko-soko guru dan langit-langit di dalam masjid berkontruksi kayu jati pilihan. Belum lagi lantai yang bermarmer, pilihan matrialan yang umum digunakan pada bangunan-bangunan besar di era pertengahan abad 19. Di zamannya masjid Ampel dan masjid Kemayoran (1848) adalah dua masjid besar di abad 19 (Soerabaische Handesblad, 1882).
Kini masjid Ampel tidak lagi menjadi masjid yang besar dalam hal ukuran karena sudah ada Masjid Agung Surabaya, Al Akbar. Tetapi masjid Ampel masih menjadi masjid yang sangat besar dalam hal kesejarahan karena di komplek masjid ini juga bersemayam Sunan Ampel dan keluarga.
Karena itulah, ketika siapapun peziarah atau pengunjung datang ke Ampel, yang mereka tuju adalah makam Sunan Ampel dan masjid Ampel. Apalagi para peziarah ini dalam paket wisata Wali Limo atau Wali Songo.
Disadari bahwa makam Sunan Ampel dan masjid Ampel sendiri menjadi magnet yang mendatangkan jutaan pengunjung dan mereka membawa banyak dampak positif. Selain semakin menumbuhkan derajat keislaman pada paziarah, kunjungan para peziarah itu juga semakin meningkatkan derajat perekonomian masyarakat setempat.
Ketika Pemerintah Kota Surabaya semakin giat menghidupkan kampung-kampung dengan orientasi potensi lokal, kampung Ampel sudah teruji memiliki banyak potensi. Ternyata, potensi lokal Ampel tidak hanya bertumpu pada makam Sunan Ampel dan masjid Ampel. Tetapi keberadaan perkampungannya mulai dari eksistensi fisiknya maupun non fisiknya adalah potensi yang layak diketahui khalayak.
Pada Minggu, 9 Februari 2020, rombongan pegiat sejarah, Soerabaia Heritage Society (SHS) - Sjarikat Poesaka Soerabaia (SPS) melacak untuk lebih mengenali potensi lokal disana dan mencoba memetakan point of interest yang layak menjadi jalur kunjungan ke Kampung Ampel.
Ketua Pokdarwis Ampel, Mohammad Chotib menunjukkan tempat tempat menarik dan bersejarah di lingkungan kampung Ampel, mulai dari makanan, rumah, mushollah, kolam, makam hingga masjid.
Dapat dimaklumi karena karamaian kampung Ampel dan magnet Makam Sunan Ampel serta masjid Ampel, banyak potensi lokal menjadi terselip dan tidak terlirik. Dengan lebih dan sengaja memperkenalkan potensi lokal lainnya, maka akan banyak hal yang dapat diperoleh oleh para pangunjung.
Dari jelajah kampung Ampel, didapat bahwa secara fisik perkampungan Ampel memiliki ragam bangunan lama yang kaya akan nilai seni dan arsitektur.
Ada yang bergaya Indies hingga moderen kuno. Belum lagi geliat sosial budaya masyarakatnya, yang kini menjadi percampuran Arab, Jawa dan Madura.
Sungguh sebuah mangkuk peleburan multietnis yang serasi. Belum lagi sajian kuliner yang mewakili keragaman etnis di sana. Maka tidaklah heran jika di perkampungan Ampel ada masakan dan makanan yang berbau Arab, India, Pakistan, Melayu, China, Jawa dan Madura.
Kampung Ampel begitu memanjakan para pengunjung dengan beragam makanan dan masakan. Kurma tersedia dalam bermacam macam jenis dari bermacam macam negara.
Maka dengan melihat banyaknya potensi dari kampung Ampel ini, jalur wisata di Kampung Ampel tidak hanya tertuju ke makam Sunan Ampel dan masjid Ampel, tetapi juga mengekaplorasi perkampungan Ampel yang menyajikan beragam cita rasa mulai bangunan, sosio kultur dan kuliner.
Setiap langkah dalam menapaki lorong lorong kampung, yang sempit dan berkelok, seolah terhampar di depan mata helaian kanvas lukisan yang menggambarkan peradaban yang tidak ditemui di kampung manapun.
Alunan musik khas Timur Tengah sesekali menusuk telinga, merasuk sukma. Penjual kuliner pun membelalakkan mata karena jenis makanan yang melelehkan liur. Ada yang tersaji di rombong, tampah, bedak hingga depot. Celotehan para pedagang pun beraneka nada ketika menjajakan dagangannya.
Kampung Ampel begitu kaya. Kaya sejarah, kaya seni dan budaya, kaya corak arsitektur, kaya kuliner, kaya etnis dan kaya peradaban.