Kampanyekan Narasi Perdamaian, NA Lakukan Perlawanan Ini
Nasyiatul Aisyiyah (NA) telah memasuki usia yang ke-90 tahun. Karena itu, Pimpinan Pusat NA merasa turut bertanggungjawab dalam menyebarkan berbagai ide dan narasi tentang perdamaian.
“Di usia yang sekian banyak ini Nasyiatul Aisyiyah mempunyai banyak pengalaman ketika melalui berbagai rejim berkuasa. Hari ini ada kesedihan bahwa seolah-olah kekayaan sumber daya alam dan manusia Indonesia pelan-pelan terancam karena perbedaan yang muncul di antara anak bangsa. Ini yang kami takutkan”.
Demikian diungkap Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Kamis 11 Oktober.
“Akhir-akhir ini muncul tema anti pluralitas, anti keberagamaan, intoleransi, deradikalisasi, dan lain-lain. Istilah-istilah ini menjadi PR besar bagi bangsa kita hari ini. Keberagaman yang besar ini seharusnya menjadi potensi yang besar juga untuk kemaslahatan bangsa,” tegasnya.
Diyah mengungkapkan latarbelakang diadakannya Pelatihan Singkat Diplomasi PP Nasyiatul Aisyiyah di PP Muhammadiyah Jakarta, 11-13 Oktober 2018. Acara yang terwujud berkat kerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan dihadiri oleh 28 perwakilan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah di seluruh Indonesia ini bertujuan untuk terjun langsung dalam mengampanyekan narasi perdamaian.
“Akhir-akhir ini muncul tema anti pluralitas, anti keberagamaan, intoleransi, deradikalisasi, dan lain-lain. Istilah-istilah ini menjadi PR besar bagi bangsa kita hari ini. Keberagaman yang besar ini seharusnya menjadi potensi yang besar juga untuk kemaslahatan bangsa".
Berkaca pada Resolusi PBB tahun 2000 yang mengamanatkan untuk melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan di semua level terkait perdamaian dan keamanan internasional, Pelatihan Singkat Diplomasi ini ditujukan agar para peserta dapat melihat berbagai tantangan global yang menuntut perempuan untuk turut andil dalam menentukan masa depan dunia di tengah berbagai macam ancaman konflik sosial.
Dalam pelatihan selama tiga hari tersebut, seluruh peserta nantinya akan mendapatkan materi berkaitan dengan tema diplomasi dan perdamaian dari beberapa elemen seperti duta besar negara sahabat semisal Jepang dan Australia, pekerja kemanusiaan, akademisi, politikus dan penggiat narasi perdamaian.
“Mereka tidak sekadar datang, tapi juga menganalisis dan membawa tulisan. Paling tidak waktu tiga hari ini cukup dan mampu membentuk semangat mereka untuk menjadi diplomat-diplomat muda yang menyebarkan ide-ide perdamaian di lingkungan sekitarnya,” ujar Diyah.
“Semoga kita lebih bisa lagi melihat bahwa perbedaan adalah alamiah dan dapat kita nikmati bersama sebagai kekayaan yang harus kita lestarikan. Indonesia punya pengalaman yang luar biasa dalam mengelola perbedaan. Tinggal menyampaikan lagi upaya perdamaian yang bisa dilakukan oleh siapapun termasuk Nasyiatul Aisyiyah ini,” pungkas Diyah.(adi)