Kampanye Love Your Self, Begini Pandangan Yenny Wahid
Direktur Wahid Foundation, Zannuba Arifah Chafsoh-Rahman menilai anak milenial dapat mencontoh sisi positif dari kampanye Love Your Self alias mencintai diri sendiri. Di media sosial, misalnya, anak muda menghadapi tantangan fenomena tidak percaya diri dan ingin bunuh diri yang diduga karena depresi mendapat kritik di media sosial.
“Karena itu, kampanye mencintai diri sendiri ini berdampak baik bagi anak milenial. Jadi kemudian mulai ada keingintahuan dan campaign love your self untuk anak muda menerima diri apa adanya. Sekarang generasi sosmed, kritik banyak bertebaran di sosmed,” tutur putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Rabu 7 November 2018.
“Orang ngomong sesukanya dan buat anak muda tidak percaya diri dan tingkat bunuh diri lebih tinggi di zaman sosmed dibanding sebelum ada sosmed. Anak-anak harus dibiasakan menerima dirinya apa adanya. Ketika dicemooh dia punya sistem nilai mencintai dirinya sendiri agar menjadi imunitas terhadap virus bullying yang ada di sosmed," ujar Yenny Wahid, panggilan akrabnya.
“Orang ngomong sesukanya dan buat anak muda tidak percaya diri dan tingkat bunuh diri lebih tinggi di zaman sosmed dibanding sebelum ada sosmed. Anak-anak harus dibiasakan menerima dirinya apa adanya. Ketika dicemooh dia punya sistem nilai mencintai dirinya sendiri agar menjadi imunitas terhadap virus bullying yang ada di sosmed," ujar Yenny Wahid.
Selain itu, Yenny yang tampil di Universitas Al Azhar, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Pusat, Rabu siang, 7 November 2018, meminta agar anak muda berhati-hati dengan komentar di media sosial. Sebab, bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri ketika jejak digitalnya buruk saat ingin melamar pekerjaan.
"Berhati-hati dengan jejak digital kita. Jangan berpikir dengan buat akun anonim kita bisa ngomong sesukanya. Karena rekam jajak akan tetap ada dan bisa diangkat lagi beberapa tahun lagi ketika cari kerja, ternyata karakter sesungguhnya terlihat dari komentar-komentarnya yang negatif," kata Yenny Wahid.
Ketika itu, Yenny Wahid menggunakan jaket boyband asal Korea Selatan Bangtan Boys (BTS) saat mengisi acara Indonesia Emas 2045. Alasannya Yenny ingin mengampanyekan 'love your self'.
Yenny mengaku membeli jaket tersebut secara online. Dia berpesan bagi anak milenial untuk peduli pada lingkungan dan memberikan solusi pada persoalan di sekitarnya.
"Saya pakai baju BTS, tahu nggak? Di sini siapa yang tahu BTS? Grup band Korea yang sekarang nomor 1 di dunia dalam waktu 24 jam downloadnya 45 juta ngalahin Taylor Swift, tadinya Taylor Swift yang paling berjaya sekarang BTS ini," kata Yenny
"Kenapa saya pakai ini karena mereka sekarang salah satu ambasador untuk Unicef, terutama dengan slogannya love your self. Menurut saya ini adalah sebuah kekuatan yang sangat masif yang bisa digerakkan untuk kepentingan bersama," tutur Yenny, menambahkan.
"Kenapa saya pakai ini karena mereka sekarang salah satu ambasador untuk Unicef, terutama dengan slogannya love your self. Menurut saya ini adalah sebuah kekuatan yang sangat masif yang bisa digerakkan untuk kepentingan bersama," tutur Yenny.
Kampanye di Pesantren
Dalam catatan ngopibareng.id, terkait dengan perayaan demokrasi, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Yenny Wahid memberikan pendapat cukup mengejutkan. Menurutnya, pasangan capres-cawapres boleh menghadiri acara di pondok pesantren. Namun, sebaiknya para calon tidak perlu berkampanye yang vulgar.
"Kandidat boleh berkunjung ke pesantren atau lembaga pendidikan ya tidak masalah karena itu adalah mekanisme menyerap aspirasi dari warga pesantren sendiri yang kemudian harus diperjuangkan oleh kalau kami paslon nomor 01 dalam pemerintahannya nanti," kata Yenny.
Yenny mengatakan pasangan capres cawapres yang hadir di lembaga pendidikan tak perlu menyebut-nyebut nomor urut. Sebab hal itu dilarang oleh KPU.
"Tetapi mungkin kita kampanye tidak usah terlalu vulgar, kita kampanye yang halus-halus saja, tidak usah sebut coblos nomor sekian nomor sekian kan nggak usah. Jadi kita berkunjung silaturahmi menyerap aspirasi," ungkapnya.
Menurut Yenny, kedatangan paslon capres cawapres ke pondok pesantren lebih ditujukan untuk menyerap aspirasi.
Menurutnya kedatangan capres cawapres untuk meminta dukungan ke pondok pesantren tidak masalah asalkan tidak berkampanye secara langsung dengan menyebut nomor urut.
"Nggak apa-apa asal jangan vulgar ngomongnya. Kita semua tidak boleh vulgar itu saran saya, kalau masuk lembaga-lembaga pendidikan jangan berkampanye langsung. Tidak boleh vulgar kan sudah tahu sama tahu ketika berkunjung ke sana pun sebetulnya penyerapan aspirasi dan penyerapan," imbuhnya.
Begitu pun KPU mengimbau capres-cawapres tidak menodai lembaga pendidikan dan tempat ibadah dengan kampanye. Sebab, kedua tempat tersebut dinilai digunakan untuk menuntut ilmu.
"Saya kira, ada baiknyalah kandidat-kandidat itu tidak menodai kehormatan lembaga pendidikan, tempat ibadah, begitu ya. Sebab, kan lembaga pendidikan itu kan di mana kita menyemai nilai generasi bangsa kita agar mereka memahami nilai politik yang benar, etika politik yang benar. Janganlah itu dinodai dengan pesan politik yang sifatnya partisan," kata Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi di KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, 11 Oktober 2018.
KPU mengatur larangan berkampanye di lembaga pendidikan, tempat ibadah, dan fasilitas pemerintah. Namun jika capres-cawapres hanya datang ke lembaga pendidikan untuk memberikan kuliah umum tapi tidak kampanye, itu tidak jadi masalah. (adi)