Kami Bukan Garda Terdepan
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, dr Rezki Tantular, menolak bersikap heroisme. Ia tak sepakat jika tim medis dianggap sebagai garda terdepan tameng melawan virus corona atau Covid-19.
Menurutnya, garda terdepan bukanlah dokter, tim medis maupun perawat, namun garda terdepan Covid-19 adalah masyarakat itu sendiri.
"Garda terdepan itu adalah masyarakat sendiri, siapa yang menentukan virus ini (Covid-19) lebih banyak lagi atau lebih ganas lagi itu adalah masyarakat sendiri," tuturnya pada Rabu 1 April 2020.
dr Rezki merupakan Sekretaris Tim Pinere atau ruang isolasi bagi pasien Covid-19 yang dirawat di RSSA Kota Malang. Meski ia harus merawat pasien positif Covid-19, selepas itu ia berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sampai tak bisa bertemu istri dan ketiga anaknya.
Kendati begitu, ia tak mau bersedih. Baginya, menolong sesama manusia yang ia lakukan merupakan kewajiban dan tak perlu disikapi berlebihan.
Pada 14 Maret 2020, dr Rezki bersama tim medis RSSA Kota Malang, menerima pasien yang diduga positif Covid-19. Diketahui pasien tersebut merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB).
Dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, ia bersama tim medis lain, seperti perawat dari gizi dan farmasi bersama-sama membawa pasien tersebut ke ruang isolasi RSSA Kota Malang.
"Kalau rasa takut pasti ada. Virus ini (Covid-19) apalagi gampang menularnya. Tapi kami beranikan diri, karena meski gampang menular tingkat kematiannya rendah," ujarnya.
Kecemasan utama dr Rezki bukan terletak ketika ia bisa tertular oleh Covid-19 saat merawat pasien positif tersebut. Namun kekhawatirannya yang utama adalah ketika ia tertular, hal yang sama bisa menimpa istri dan ketiga anaknya yang masih kecil.
"Apalagi di rumah, ada istri dan anak-anak saya yang bisa tertular virus ini," katanya.
Setelah Pemerintah Provinsi Jawa Timur merilis hasil lab pasien tersebut menunjukkan positif terinfeksi Covid-19 pada 18 Maret 2020 lalu, dr Rezki memilih untuk mengisolasi diri.
Ia mengisolasi diri di kediamannya. Sementara istri dan ketiga anaknya dititipkan ke rumah mertua. Selama 10 hari dr Rezki tak bisa bertemu dengan istri dan ketiga anaknya, terhitung mulai 18 Maret 2020 sampai 28 Maret 2020.
"Anak saya ada tiga. Anak pertama itu kembar, masing-masing berumur 4 tahun. Anak ketiga umur 2 tahun," ujarnya.
Selama menjalani proses isolasi mandiri selama 10 hari dr Rezki berstatus sebagai PDP ringan, karena saat itu ia mengalami sakit selama tiga hari berupa batuk dan pilek.
"Saya kesepian. Biasanya di rumah ada yang menemani. Sekarang tidak ada. Kalau mau komunikasi saya video call dengan istri dan ketiga anak saya," terangnya.
dr Rezki berterus terang bahwa sang istri sudah siap jika sewaktu-waktu ia harus menghadapi kondisi seperti ini. Apalagi dr Rezki merupakan spesialis paru, yakni dokter yang mau tak mau akan kontak langsung dengan pasien positif terjangkit Covid-19.
"Istri saya sudah siap. Dia pun tahu suatu saat saya akan menghadapi pasien positif Covid-19. Dia mengerti, apalagi kan dia juga dokter spesialis Tenggorokan, Hidung dan Telinga (THT)," terangnya.
Pada 23 Maret 2020, pasien positif yang dirawat oleh dr Rezki dinyatakan sembuh dari Covid-19. Bersamaan dengan itu hasil swab dr Rezki juga keluar dan ia dinyatakan negatif.
"Kalau dengar pasien (Covid-19) sembuh kami yang merawat senang. Harapannya semua pasien (Covid-19) yang kami rawat bisa berakhir dengan happy ending," jelasnya.
Seperti diketahui dua pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSSA Kota Malang dinyatakan sembuh dan sudah dipulangkan ke rumahnya masing-masing untuk dilakukan isolasi mandiri.
Meski sudah ada dua pasien positif Covid-19 di RSSA Kota Malang yang sudah sembuh, dr Rezki masih tetap khawatir. Pasalnya penularan Covid-19 ini ia nilai lebih ganas dibanding wabah virus lain seperti SARS dan MERS.
"Jadi Covid-19 ini penyebarannya luar biasa cepat dibandingkan penyakit wabah sebelumnya," ucapnya.
Maka itulah, ia tak mau dianggap sebagai garda terdepan penanganan Covid-19. Dikarenakan penyebarannya yang begitu massif, dr Rezki menilai garda terdepan itu adalah masyarakat sendiri.
"Dengan masyarakat yang melakukan physical distancing yang begitu disiplin, saya rasa virus ini tidak akan berjalan lama. Tidak akan sampai Mei 2020. Satu bulan saja bisa selesai," tutupnya.
Kota Malang sendiri sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai zona merah pandemi Covid-19. Total pasien positif yang ada di Kota Malang sebanyak 4 orang.
Sebanyak 3 pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19, dua di antaranya pernah dirawat di RSSA Kota Malang. Sedangkan satu pasien positif Covid-19 dirawat di Rumah Sakit Panti Waluyo.
Advertisement