Kamera Analog, Barang Jadul yang masih Diburu Fotografer
Kamera analog masih diburu oleh fotografer profesional maupun pemula yang penasaran dengan kamera lawas tersebut. Menggunakan analog memiliki beberapa tantangan tersendiri, tak semudah menggunakan kamera digital yang tinggal memasukkan baterai dan memori card lalu hunting foto.
Berikut beberapa hal yang bisa jadi panduan bagi Anda yang ingin menantang diri menggunakan kamera analog:
1. Jenis-Jenis Kamera Analog
Ada berbagai macam jenis kamera analog yang bisa digunakan. Kamera analog tersebut seperti single-lens reflect (SLR), twin-lens reflect (TLR), kamera point and shoot, kamera pin hole, kamera rangefinder, kamera medium format, dan kamera instan atau sering disebut dengan polaroid.
Ukuran kamera tersebut beragam dari yang paling kecil dan paling besar pun ada. Jenis kamera tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Saat ini rata-rata pehobi kamera analog menggunakan kamera SLR, rangefinder atau menggunakan kamera polaroid untuk hunting foto.
Sedangkan untuk harga kamera analog di pasaran bervariatif mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari merk, kondisi dan kelengkapan kamera yang didapat.
2. Roll Film
Memotret dengan kamera analog wajib juga mengetahui rol film. Ada berbagai macam merek seperti kodak, fujifilm hingga ilford. Masing-masing film memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi tone hasil jepretanmu. Baik dalam film berwarna atau hitam putih.
Dalam memilih film, pakailah film yang masih fresh dan belum expired (kadaluarsa). Karena jika kamu memakai film expired, warna asli dari filmnya tidak akan keluar dan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan kita.
3. Pilih Film Sesuai Ukuran Kamera
Kita juga harus memperhatikan ukuran film yang akan dibeli dengan format kamera yang kita gunakan. Beberapa kamera ada yang menggunakan ukuran film 35 mm, 110 mm, ada pula menggunakan 120 mm, dan beberapa menggunakan film instan untuk kamera polaroid.
Di antara film-film tersebut, yang paling sering digunakan yaitu film ukuran 35 mm yang menggunakan tabung dan terdapat lubang sproket.
Sementara ukuran 120 mm lebih besar dan menghasilkan foto persegi sedangkan film 110 mm menghasilkan foto kecil. Sedangkan foto instan tidak perlu melakukan proses cetak yang lama di lab karena hasilnya bisa langsung jadi.
4. Pemilihan ISO saat Membeli Roll Film
Saat membeli roll film kita wajib mengetahui ukuran ISO roll film dan menyesuaikannya dengan angka ISO di kamera agar hasilnya sesuai. ISO berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas peningkatan cahaya yang langsung terlihat pada angka-angka ISO yang ada di kamera.
Setiap kamera analog memiliki angka ISO yang berbeda-beda. Penggunaan angka ISO ini sangat tergantung dengan kondisi cahaya yang sobat rasakan. Nantinya setiap ISO yang kita pakai langsung berpengaruh ke tingkat kecerahan tiap scene/frame film.
5. Mengatur Komponen Triangle Exposure Secara Manual
Jika pada kamera digital kita bisa mengatur seluruh pengaturannya melalui layar pada kamera. Namun untuk kamera analog kita harus mengaturnya secara manual melalui bodi dan lensa kamera.
Untuk mengatur bukaan atau diafragma pada kamera analog terletak pada bagian lensa yang terletak di belakang focal lenght lensa. Sementara untuk mengatur iso dan speed biasanya terletak di bodi kamera di dekat tombol shutter release.
6. Cetak Foto
Untuk mengetahui hasil foto dari kamera analog kita wajib mencetaknya agar tahu hasil fotonya. Jika menggunakan kamera digital bisa langsung melihat hasilnya, hal itu tidak berlaku pada kamera analog. Pada kamera analog kita tidak bisa melihat hasil dan menghapus hasilnya. Memotret dengan kamera analog harus yakin dengan subjek yang di foto. Kita tidak bisa berharap hasil yang didapatkan maksimal karena terkadang ada beberapa faktor yang membuat hasil tidak maksimal atau bahkan tidak mendapatkan hasil foto sama sekali akibat film terbakar atau faktor lainnya.
Istilah dalam Kamera Analog
Dalam dunia fotografi, baik ketika menggunakan kamera analog atau digital, biasanya akan terdapat banyak istilah yang gunanya untuk mempermudah pengguna saat megoperasikan atau mengenali kamera. Beberapa di antaranya terdapat istilah umum, tetapi ada beberapa yang hanya berlaku pada kamera analog saja.
Untuk lebih memudahkan pengguna dalam belajar kamera analog, ada istilah-istilah yang harus diketahui ketika akan mengoperasikan atau dalam panduan memakai kamera tersebut. Berikut ini keterangannya:
1. Shutter
Merupakan perangkat serupa "tirai" dalam kamera yang berfungsi untuk emngatur keluarmasuknya cahaya dalam mengekspos film. Durasi untuk terbukanya shutter bisa diatur dan akan memengaruhi hasil pemotretan, jadi semakin cepat waktunya, maka gerakan benda-benda yang tertangkap kamera akan tampak semakin tajam dan jelas. Tetapi jika watu yang digunakan lambat maka gerakan benda-benda tersebut akan buram karena efek motion blur.
2. ISO atau ASA
ISO atau ASA adlaah tingkat sensitivitas medium perekaman gambar terhadap cahaya, jika dalam kamera digital, istilahnya biasa dikenal dengan ISO, sedangkan pada kamera analog biasa disebut dnegan ASA. Dalam kamera digital terdapat banyak plihan ISO mulai dari 50 hingga 6400 atau bahkan lebih tinggi, sedangkan dalam ASA bergantung pada film yang digunakan.
3. Aperture atau F-stop
Merupakan bagian bukaan lensa (entrance pupil) yang biasa dilalui cahaya untuk mencapai sensor (kamera digital) atau film (kamera analog). Lebar bukaan tersebut dapat diatur menjadi semakin lebar jadi akan ada banyak cahaya yang masuk sehingga akan mempercepat waktexposure. Jika semakin sempit maka cahaya yang masuk akan lebih sedikit jadi proses exposure akan lebih lama. Fungsi aperture lensa bisa dikatakan mirip dengan pupil di mata manusai, jadi satuan aperture dinyatakan dalam F-stop yang umumnya diberi jeda 1/3 EV (Expose value) atau 1 EV, jadi semakin besar F-stop, maka bukaan aperture akan semakin sempit.
4. Focal Length
Focal Length ialah jarak anatara titik fokus dengan film atau sensor kamera, yakni ketika lensa diatur pada posisi fokus infinity. Focal Length ditulis pada bagian depan lensa dengan ukuran (mm), jadi semakin kecil angkanya maka cakupan bidang pandang lensa akan semakin sempit (tele).
5. Film
Istilah film mengacu pada lembaran yang digunakan sebagai alat sekaligus wadah ketika merekam gambar. Film pada kamera analog akan menggunakan reaksi kimia perak halida yang sensitif terhadap cahaya untuk menangkap gambar laten pada tiap frame yang tereksps. Gambar pda laten iasa digunakan pada sebuah kamera analog yang perlu diprose dalam "ruang gelap" jadi membuatuhkan reaksi kimia untuk membuatnya permanen.
6. Film Winder
Hal ini mengacu pada bodi kamera analog yang berfungsi untuk memutar roll fan agar film keluar satu frame dalam sekali waktu, proses pemutaran roll tersebut bisa dilakukan manual ataupun secara otomatis, bergsntung pada jneis kamera analog yang digunakan, jika kamera analog tersebut menggunakan winder manual maka setelah penggunaan harus segera menggulung sendiri roll film yang telah selesai dipakai. Tetapi jika kamera memakai winder otomatis maka roll film akan otomatis digulung dalam wadahnya.
7. Developer
Merupakan cairan kimia yang digunakan untuk menghilangkan lapisan pertama pada film dan membuat gambar laten yang terekam di dalamnya jadi terlihat. Jadi selama cairan kimia tersebut masih menempel pada film, maka proses pengembangan gambar akan berlangsung, seperti menaikkan kontras.
8. Stop Bath
Tahap stop bath berguna untuk menghentikan proses pembentukan gambar yang dimulai oleh cairan dengan akndungan asam asetat, bergantung kebutuhan pengembangan film tersebut.
9. Fixer
Fixer adalah bahan kimia yang digunakan untuk proses pencetakkan film, tujuan pemakaian bahan tersebutk ialah untuk membuat film atau hasil cetak kehilangan sensitifitas terhadap cahaya, jadi gambar yang sudah dapat dicetak tidaka kan mudah berubah, tahap serebut dilakukan setelah film melalui proses developing dan stop bath.
10. Lightmeter
Merupakan perangkat yang digunakan untuk mengatur asupan cahaya, sehingga bisa membantu pengguna untuk menentukan, apakah pengaturan kamerannya sudah sesuai atau akan membuat foto menjadi terlalu terang atau justru terlalu gelap. Dan pada kamera digital maupun kamera analog sudah memiliki lightmeter terintegrasi, tapi ada pula kamera lawas yang tidak memilikinya jadi bisa dipasang lightmeter eksternal dengan menggunakan aplikasi yang ada di android atau iOS.
11. Grain
Istilah yang mengacu pada tekstur bintik-bintik kecil yang muncul dalam hasil cetakan kamera analog. Butiran grain tersebut berasal dari partikel kimia yang bereaksi terhadap adanya cahaya, grain biasanya akan muncul dalam berbagai ukuran, tingkat kekasaran, jumlah serta tampilan berbeda bergantung beberapa faktor, seperti jenis dan tingkat sensitifitas yang dimiliki oleh film.
12. Dark Room
Sebuah ruangan yang memang sengaja dibuat kedap cahaya dan digunakan untuk mengembangkan, memproses, serta mencetak hasil foto dari roll atau lembaran film.
13. Depth of Field
Istilah berikut mengacu pada area tajam dimana benda-benda yang ada dalam frame akan tampil fokus, alias tajam dan tidak buram. Jadi luas area tersebut biasanya akan muncul bergantung dengan pengaturan aperture atau bukaan diafragma kamera.
Tipe Kamera Analog Bagi Pemula
Banyak kolektor dan fotografer pemula yang tertarik mengkoleksi kamera analog, tetapi tidak semua kamera analog dapat dimiliki karena susah ditemui dan pemakaiannya tidak praktis bagi fotografer pemula. Berikut ini adalah saran untuk pemula yang ingin memiliki kamera analog:
1. Canon AE-1
Kamera ini rilis pada April 1976. Salah satu primadona kamera di dunia. Tipe ini merupakan kamera SLR dengan Automatic Exposure (pencahayaan otomatis) yang dikontrol secara elektronik. Karena termasuk barang langka maka untuk mendapatkannya membeli bekas. Harga yang ditawarkan kisaran Rp4 jutaan dan sudah termasuk dengan lensa bawaan. Namun, harga yang dibanderol bisa jauh lebih mahal mengingat kamera ini tergolong langka.
2. Nikon FE2
Kamera ini diproduksi antara tahun 1983-1987 dengan variasi warna hitam dan krom, yang memiliki kecepatan maksimal 1/4000 detik dengan kecepatan sinkronisasi flash pada 1/250 detik. Rata-rata harga jual kamera yang dirilis pada 1983 ini Rp1,7 juta untuk bodi saja, sedangkan kamera yang dilengkapi lensa mencapai Rp3 jutaan. Namun, harga yang dibanderol bisa jauh lebih mahal mengingat kamera ini tergolong langka.
3. Olympus OM-1
Kamera tersebut diluncurkan pada tahun 1972. Desainnya ramping, ringan, memiliki dimensi 136 x 83 x 50 mm. Kamera ini diakui sebagai SLR 35mm terkecil dan teringan di dunia.
4. Pentax K1000
Kamera ini dibuat oleh Asahi Optical Co., Ltd. Produksi kisaran tahun 1976-1997. Desainnya kokoh dan memiliki daya tahan luar biasa. Untuk jangkauan ISO/ASA-nya 20-3200 menggunakan shutter speed 1/1000 detik serta sinkronisasi flash 1/60 detik. Memiliki harga jual Rp1,95 juta-2,45 juta. Namun, harga yang dibanderol bisa jauh lebih mahal mengingat kamera ini tergolong langka.
5. Minolta SR-T 101
Kamera tipe Minorta SR-T 101 termasuk pionir di kalangan SLR 35 mm yang dirilis tahun 1966 oleh Minolta Camera Co. Proses produksi selama 10 tahun. Jangkauan ASA/ISO yang cukup luas dari 6-6400, yang dijual dengan harga Rp1,85 juta-2,4 juta (termausk lensa). Namun, harga yang dibanderol bisa jauh lebih mahal mengingat kamera ini tergolong langka.
6. Ricoh KR-5
Ricoh KR-5 ialah kamera SLR 35mm yang diluncurkan pada 1978. Lensa standart memiliki bukaan maksimum f/2.2 dan panjang fkal 55 mm. Kamera ini dibanderol dengan harga rata-rata Rp1,8 juta, tetapi ada pula yang menjualnya dengan harga di bawah Rp1 juta. Namun, harga yang dibanderol bisa jauh lebih mahal mengingat kamera ini tergolong langka.
7. Rollei 35
Kamera jendela bidik miniatur 35 mm ini dikenalkan pada tahun 1966. Variasi warna hitam dan krom memiliki ukuran mungil dan bentuk yang berbeda. ASA/ISO 25-1600 dengan diafragma f/3.5 hingga f/22, dan shutter speed 1/2 detik sampai 1/500 detik yang dibanderol dengan harga Rp3,5 juta. Bahkan untuk seri classic gold dijual dengan harga Rp500 juta. Wow!
Kelebihan Kamera Analog Vs Kamera Digital
1. Resolusi Besar
Kamera analog tidak dibatasi dengan besaran resolusi seperti yang ada dalam kamera digital. Jadi pengguna bisa mencetak ukuran foto besar seperti yang diinginkan.
2. Hemat Baterai
Berbeda dengan kamera digital yang bisa saja tiba-tiba habis untuk pemakaian lama. Kamera analog cenderung lebih awet, karena dalam kamera analog penggunaan baterai itu ketika pengguna mengaktifkan exposure dan lightmeter.
3. Tahan lama dan tahan banting
Dibandingkan dengan kamera digital yang memiliki banyak komponen jadi membawanya harus serba hati-hati, sedangkan kamera analog cenderung bandel, kuat, awet, dan tahan banting, mungkin karena efek bahan pembuatannya masih bagus dan juga asli.
4. Tidak ada noise
Jika dalam kamera digital akan memunculkan noise karena efek penggunaan ISO yang tinggi. Sedangkan kamera analog hanya memunculkan bintik-bintik karena efek grain tetapi hal itu justru dinilai estetik dan berseni.
5. Warna foto vivid
Jika diperhatikan seksama, hasil jepretan kamera analog lebih unik, karena memiliki warna vivid yang berarti mencolok, hal itu disebabkan kamera analog mampu menangkap sinar objek secara apa adanya.
6. Bobot lebih ringan
Memang benar jika dikatakan bahwa kamera analog lebih ringan dibandingkan dengan kamera digital, karena dalam kamera digital banyak komponen sehingga bentuknya menjadi tebal dan berat, berbeda dengan kamera analog yang lebih simple juga ringan.
7. Melatih insting
Pengguna lebih berhati-hati dalam menagkap momen jepretan. Sebab, kamera analog tidak ada fitur hapus seperti dalam kamera digital. Namun sayangnya, pecinta barang antik atau khususnya kamera vintage kesulitan berburu kamera analog. Jika ingin koleksi kamera analog terpaksa harus membeli kamera bekas.