Kalimas; Heritage Port
Oleh: Oki Lukito
Wacana menjadikan Pelabuhan Kalimas sebagai Heritage Port mengemuka dalam diskusi terbatas DPD Pelayaran Rakyat (Pelra) Jawa Timur beberapa waktu lalu, yang dihadiri praktisi, akademisi serta pemangku kepentingan lainnya. Pelabuhan Kalimas atau Pelabuhan Gresik yang kental dengan aktivitas pelayaran tradisional antarpulau, dinilai layak dijadikan Heritage Port dilatar belakangi sejarah kedua pelabuhan ini. Adalah GM Pelabuhan Kalimas, Dhany Achmad yang mengusulkan agar Pelabuhan Kalimas dijadikan Heritage Port untuk pengembangan kawasan tersebut.
Ada baiknya wacana tersebut dijajagi kemungkinannya. Sebab selain sudah dinyatakan sebagai Cagar Budaya, pelabuhan Kalimas memungkinkan menjadi daerah tujuan wisata bahari dengan menghadirkan kapal kapal phinisi serta berfungsi pula sebagai fishing port, tempat berlabuhnya kapal kapal Yacht. Sekaligus rencana ini akan mengembalikan marwah Kalimas sebagai pusat kegiatan pelayaran rakyat yang jumlah kapanya semakin menyusut.
Pengembangan pelabuhan Kalimas menjadi Heritage Port secara otomatis juga akan meningkatkan pendapatan di sektor properti. Sementara itu, bagi pemerintah kota Surabaya Heritage Port juga akan menjadi ikon baru kota yang akan menarik minat wisatawan. Perlu diketahui Kota pelabuhan menghadapi tantangan keberlanjutan yang sangat besar. Dengan rencana itu Pelabuhan Kalimas sebagai salah satu pusat perekonomian kota Surabaya akan kembali bergairah.
Sejumlah pelabuhan di Jawa sudah menginisiasi Heritage Port ini seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Cirebon dan Cilacap dengan perencanaan matang. Dibuatlah Rencana Induk Pelabuhan (RIP) atau merevisi Master Plan yang sudah dibuat sebelumnya. Sebagai negara yang kaya keanekaragaman, Indonesia memiliki berbagai warisan budaya yang layak dilestarikan, salah satunya budaya bahari. Beberapa diantaranya bahkan sudah mulai sulit ditemukan. Karena itulah, pemerintah tengah menggalakkan pengenalan sejumlah warisan budaya tanah air kepada dunia. Apakah nantinya Pelabuhan Kalimas sebagai warisan budaya bahari mampu meyakinkan UNESCO dalam melestarikan kebudayaan dunia?
Beberapa peserta diskusi memang tidak sependapat jika hanya Pelabuhan Kalimas yang dijadikan Haritage Port. Selain faktor kedalaman alur, labar dermaga jadi penghambat utama. Bahkan salah seorang peserta diskusi, Djumir, pemilik 8 kapal dan pemain lama Kalimas dan di Pelabuhan Gresik mengusulkan agar Pelabuhan Gresik juga dijadikan Heritage Port. Alasannya lebih dari 150 kapal rakyat melakukan aktivitas di Pelabuhan Gresik. Usulnya untuk mendatangkan lagi kapal rakyat di Pelabuhan Kalimas yang saat ini hanya disinggahi kurang dari 50 kapal rakyat, tantangannya cukup dengan melakukan pengerukan lumpur di alur sungai hingga kedalaman 4-5 meter.
Untuk menghidupkan kembali aktivitas kapal rakyat di Pelabuhan Kalimas tidak cukup dengan revitalisasi pelabuhan. Salah satu kendalanya soal muatan. Pada umumnya kapal harus menunggu minimal dua minggu hingga dua bulan untuk memenuhi muatan dan berangkat ke pelabuhan tujuan. Insiatif Pelindo 3 mempertemukan sejumlah BUMN dengan Asosiasi Pelra agar kapal rakyat bisa mengangkut antaralain beras, gula, semen, pupuk, tiang listrik, panel lstrik tenaga surya secara rutin keberbagai daerah tujuan segera harus disikapi Pelra. Hal itu sekaligus tantangan bagi armada Pelayaran Rakyat sebagai kapal dagang bukan kapal jasa.
Surabaya sebagai kota Maritim selayaknya memiliki Fishing port seperti di Ancol, Jakarta. Selama ini pemilik fishing boat, jumlahnya sekitar 200 kapal tidak tertampung di Pelabuhan KP3 Tanjung Perak. Beberapa kapal parkir di pantai boom Tuban atau Benoa, Bali. Kebutuhan kapal wisata seperti phinisi yang dapat memenuhi permintaan pasar wisatawan lokal maupun mancanegara seperti diinfokan Dhany Achmad semakin meningkat. Kehadiran kapal phinisi akan mengairahkan wisata bahari di Kota Surabaya.
Pilihan Pelabuhan Kalimas atau Pelabuhan Gresik maupun keduanya menjadi heritage port tidak melepas kemungkinan peran aktif kepala daerah masing masing. Selain itu partisipasi stakeholder kemaritiman, ahli sejarah di Surabaya dan Gresik perlu dilibatkan. Sebagi kota maritim Surabaya dan Gresik yang sarat budaya bahari membutuhkan ikon baru yang bisa menjadi pemicu untuk mendatangkan investasi dan peluang usaha di sektor wisata bahari.
*Oki Lukito, Ketua Forum Masyarakat Kelautan, Maritim, Perikanan