Kali Metro
Traveling
oleh Yoni Astuti
Sebagai pemandu yang tergabung dalam Aspendo (Asosiasi Pemandu Ekowisata Indonesia), pada 5-7 Oktober 2021 lalu, saya berkesempatan ikut uji coba sekaligus pelatihan pemandu untuk destinasi baru yang ada di Kota Malang. Pelatihan pemandu ekowisata ini difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur. Sebanyak 40 peserta menginap di Hotel Ubud dan memulai susur sungai dari sana.
Kalau bicara susur sungai atau bermain tubing, yang terbayang adalah area desa yang punya sungai berair jernih, alirannya meliuk ceria di antara bebatuan, dan pemandangan indah di kiri kanan berjajar memanjakan mata. Namun, kali ini penjajakan dilakukan di area kota, di Malang. Ingin tahu di mana dan seperti apa? Yuk, mari menuju ke sana.
Potensi Wisata Kali Metro
Kali Metro adalah salah satu sungai di Kota Malang yang sedang ditata menjadi tempat tujuan wisata untuk susur sungai, tubing, dan beberapa kegiatan lainnya. Kelompok Masyarakat Penggiat Konservasi (KOMPAK) ingin mengembalikan Kali Metro sebersih dan seindah dahulu kala.
Menurut Wiwin Widyakrisna, anggota Kompak dan Agus Wiyono, ketua Ejef (East Java Ecotourism Forum), Kali Metro pernah menjadi sungai yang airnya dianggap suci oleh masyarakat. Namun, kondisi saat ini sudah berubah. Banyak sampah yang dibuang ke sungai dan tersangkut di bebatuan. Terkadang ada kasur, karpet, sepatu, tas, baju luar dan dalam, pampers, gabus, serta lainnya. Terbanyak adalah sampah plastik, baik tas kresek ataupun kemasan makanan dan minuman.
Susur Kali Metro
Dari Hotel Ubud, pada 7 Oktober pukul 08.00 WIB, peserta berjalan kaki sekitar 1 kilometer menuju Kali Metro. Anak tangga menuruni sungai dibangun dengan swadaya masyarakat. Rencananya akan dibangun jogging track di pinggir sungai sisi atas, sehingga pengunjung bisa melihat keindahan sungai yang berada di bawahnya, termasuk tempat kuliner, tempat suvenir, dan panggung pertunjukan. Jalur susur sungai, tubing, dan jogging track lebih kurang sepanjang 850 meter ini berada di kawasan RW 8 Kelurahan Karang Besuki.
Saat langkah kaki memasuki sungai, kesejukan air merambat ke seluruh tubuh dan pikiran, menimbulkan keriangan. Jalurnya bervariasi. Terkadang berjalan melipir di pinggir sungai yang berupa tanah. Terkadang menyusuri sungai yang dangkal berbatu. Ada kalanya harus menyeberangi sungai untuk menyusuri tepian lainnya karena di tepian semula tidak ada jalan tanah dan sungainya dalam. Terkadang harus merangkak menaiki batu atau mbrosot menuruni batu. Kegiatan penyusuran ini merupakan pembelajaran secara langsung mengenai bagaimana cara menemani wisatawan, menjelaskan apa saja yang dijumpai, hingga menjaga kenyamanan dan keamanannya.
Tanah dan batu di sungai yang sering terkena air, tentu saja ditumbuhi lumut. Bila menapakkan kaki, harus waspada. Terkadang di permukaan tanah dan batu tersebut terlihat aman-aman saja, tetapi saat kaki berada di atasnya dan tidak menapak dengan pas, akan terpeleset dengan indahnya memesrai bumi.
Bila menyeberangi sungai, juga harus waspada dengan derasnya air, batu-batu yang berserak di dasar, dan kedalaman air. Dasar sungai tidak rata. Bisa saja ada dasar yang berlubang dan membuat kaki terperosok, lalu tentu saja akan membuat badan jatuh ke pelukan air. Bila ingin badan tetap kering, menyeberang bergandengan sangat dianjurkan, agar bisa saling menjaga keamanan bersama.
Sensasi saat menyeberang ini istimewa. Kedua kaki serasa dipijat oleh arus air. Berdiam sejenak merasakannya, sambil menghirup segarnya udara dan mendengarkan suara aliran air, hm … sangat nyaman.
Ragam Flora dan Fauna di Kali Metro
Di samping ada sisi petualangan saat menyusuri sungai, juga ada keindahan sekitar yang dapat dinikmati. Terdapat banyak ragam flora dan fauna yang ditemui. Welly Susanto, salah seorang peserta dari Pokdarwis Terpadu Situbondo, yang juga menjadi pemandu di Gunung Ringgit, telah mencatat keanekaragaman tersebut. Jenis flora yang ditemui merupakan tanaman obat, tanaman hias, dan tanaman liar, seperti: sirih kucing/keladi caladium, sirih cina (obat panas dalam), bambu buku, pohon papirus (bahan kertas), bunga lavender sungai, pakis purba yang saat ini jarang ditemui, pakis pedang, hanjuang hijau (untuk pewangi masakan, khususnya nasi), rumput gajah (makanan ternak), bunga matahari madu, lumpang/keladi untuk sayur, sri rezeki, bunga bara api, binahong, leuncha ungu, bunga tiloit, leunca kuning, sayuran bludru, keladi brazil, lidah mertua lokal, dan akar merah. Akar merah terlihat menghiasi tebing, menjuntai bagai tirai. Ada yang di tengah sungai, menggelantung di dahan pohon yang menjorok di atas sungai. Tanaman ini banyak dijumpai sebagai hiasan di taman. Jenis fauna yang ditemui, seperti: kupu-kupu kapas, kupu-kupu peniti, dua kelelawar yang berwarna coklat (pok-kopok) yang sedang tidur nyenyak bergelantung di ranting belukar, dan ular cabe.
Ada cerita mengenai pok-kopok. Menurut Welly, bila toko kelontong didatangi pok-kopok, pasti ada beras yang hilang. Kelelawar kan tidak makan beras, lalu mengapa beras bisa hilang? Ternyata itu hanya mitos. Seperti mitos tentang babi ngepet.
Mohammad Anshori, salah seorang peserta dan ketua APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia) Jawa Timur, menemukan 2 jenis capung. Menurutnya, bila ada capung di sungai, artinya kualitas airnya bagus, meskipun banyak sampah bertebaran. Tidak salah bila air Kali Metro pernah dianggap sebagai air suci. Bila kebersihan sungai dan bantarannya dijaga, tentu kualitas airnya akan lebih baik. Hal ini tidak saja bermanfaat untuk masyarakat, tetapi juga untuk pariwisata. Beraneka jenis capung akan datang, juga kupu-kupu dan binatang kecil nan cantik lainnya. Penggemar fotografi makro, pasti akan berdatangan dan berlama-lama berada di Kali Metro.
Daur Ulang Sampah Plastik
Di samping praktek memandu, peserta juga membawa kantong sampah dan membersihkan sampah yang berserak. Meski hanya sedikit yang bisa dibawa, tetapi sudah lumayan. Salah seorang peserta dari Kampung Blekok Situbondo—Ali Murthada—mengambil beberapa sampah plastik, seperti tutup botol dan sedotan, lalu merangkainya menjadi cendera mata mobil dan motor. Indah banget. Bila sampah plastik tersebut dimanfaatkan, akan memberikan penghasilan tambahan. Ia mengatakan, bahwa satu cendera mata tersebut bisa dijual seharga Rp50.000,00.
Penyusuran sungai berakhir di belakang Hotel Ubud. Seusai membersihkan badan dan makan siang, peserta mendiskusikan hasil praktek memandu. Mereka memberikan informasi temuan flora dan fauna, serta kecantikan yang tersembunyi di Kali Metro. Dari hasil diskusi, ada saran-saran yang bisa dijalankan agar supaya Kali Metro menjadi tempat wisata yang diminati wisatawan.
Ingin menyusuri sungai, bermain tubing, jogging, kulineran, dan bersantai di Kali Metro? Sabar sebentar, ya. Kompak sedang menatanya bersama masyarakat sekitar dan menggandeng siapa pun yang peduli dengan sungai dan konservasi.
Tentang Kompak
Bermula dari keinginan mengembalikan fungsi Kali Metro di wilayah RW 8, Kelurahan Karang Besuki, Kota Malang sepanjang 850 meter, maka pada Februari 2021, sebanyak 5 orang membentuk Kompak, Kelompok Masyarakat Penggiat Konservasi.
Ada dua hal yang menjadi konsentrasi, yaitu sampah dan bantaran sungai. Kompak ingin mengubah perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan memastikan air limbah mencuci dan mandi yang dialirkan ke sungai telah layak buang.
Konsentrasi dari hulu ke hilir di wilayah RW 8 dilakukan terlebih dahulu, untuk memicu wilayah lainnya melakukan hal yang sama. Selama ini areal sungai dianggap tempat yang berada di belakang rumah, hingga masyarakat bebas membuang sampah dan limbah. Kini Kompak bertekad mengubah pola pikir yang telah ada sekian lama. Areal sungai dijadikan teras depan, diisi dengan ruang publik yang menarik dan etalase potensi masyarakat. Akan dibangun zona-zona sebagai berikut: edukasi, konservasi, ekonomi, dan sosial budaya. Masyarakat bisa menjual makanan dan kerajinan tangan, serta memeragakan kesenian baik tradisional maupun modern di panggung yang disediakan.
Dengan adanya uji coba penyusuran sungai bersama pemandu ekowisata, yang berpendapat bahwa Kali Metro sangat potensial, akhirnya menambah semangat Kompak untuk segera membuat wisata susur sungai dan tubing, di samping konsentrasi utama untuk mengembalikan fungsi sungai Kali Metro.
Selamat mewujudkan mimpi.
Asemrowo, 13 Oktober 2021.
Advertisement