Kaldera Bromo Mirip Salju di Eropa, tapi Tak Ada Wisatawan
Seperti tahun-tahun sebelumnya, fenomena alam berupa embun beku (frozen dew) tahun ini kembali melanda kawasan Laut Pasir (Kaldera) Gunung Bromo. Sejak akhir Juli 2021 ini dan diperkirakan puncaknya Agustus mendatang, keindahan mirip salju di Bromo akan terhampar.
Hanya saja sekarang keindahan panorama mirip gunung-gunung di Eropa itu tidak bisa disaksikan wistawan. Soalnya, saat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, 3-20 Juli 2021, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semer (TNBTS) ditutup untuk wisatawan.
"Ya benar, sekarang sudah muncul frozen di Laut Pasir Bromo, hanya saja belum tebal. Diperkirakan Agustus mendatang, frozen di Bromo akan lebih tebal dan semakin indah,” kata Kepala Seksi Wilayah 1 Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Sarmin kepada wartawan, Selasa, 20 Juli 2021.
Dikatakan, munculnya embun beku di Gunung bromo dipengaruhi cuaca ekstrem saat musim kemarau. Puncak embun beku biasanya terjadi ketika cuaca di kawasan Bromo minus 4 derajat Celcius pada tengah malam hingga subuh.
“Sekarang suhu di Bromo pada tengah malam di kisaran 12 derajat Celcius sehingga frozen belum tebal,” ujar Sarmin.
Pihak BB TNBTS berharap PPKM Darurat tidak diperpanjang sehingga wisatawan bisa leluasa menyaksikan fenomena tahunan embun beku. Masyarakat Tengger biasa menyebut embun beku itu sebagai “mbun upas”.
“Mudah-mudahan PPKM Darurat segera diakhiri sehingga Bromo bisa dibuka untuk wisatawan. Dana Agustus mendatang saat puncaknya frozen di Bromo, wisatawan bisa menikmatinya,” katanya.
Seperti diketahui, kawasan TNBTS termasuk Bromo di dalamnya, ditutup total sejak tanggal 3 Juli 2021 lalu terkait PPKM Darurat.
Fenomena embun beku juga terjadi tahun-tahun sebelumnya. Pada 2020 silam, fenomena ini juga tidak bisa disaksikan wisatawan karena pandemi Covid-19 merebak.
“Saya sebenarnya ingin berwisata ke Gunung Bromo, inginmenyaksikan kawasan Laut Pasir Bromo seperti salju di Eropa. Maklum, mau ke Eropa gak cukup sangunya,” kata Puji, warga Kota Probolinggo. (*)