Kaki Digerogoti Kanker Tulang, Ken Borong Tiga Medali Panahan
Surabaya: Ada pemandangan tidak biasa ketika penyerahan medali Kejurda Panahan U-21 di Lapangan KONI Jatim, Minggu 8 Oktober 2017. Dari deretan peraih medali, ada sosok lelaki dengan kondisi kaki kanan buntung naik podium. Siapa dia?
Namanya Ken Swagumilang. Atlet Kota Malang dengan kondisi fisik tidak sempurna ini meraih satu medali emas dan dua medali perak dalam Kejurda Panahan U 21/2017. Satu emas didapat dari nomor general individual dan dua perak di nomor berugu mix dan beregu putra.
Melihat kondisi fisiknya, prestasi Ken ini mengundang decak kagum. Maklum, pria berusia 20 tahun itu tercatat sebagai satu-satu atlet tanpa kaki normal. Saat berlomba, Ken mengandalkan kaki palsu.
Seperti para pemanah lainya, Ken juga berjalan bolak-balik mengambil anak panah sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam sejarah Kejurda Panahan Jatim, baru kali ini ada peserta yang dengan fisik sempurna ikut berlomba.
Usai pengalungan medali, Ken bercerita jika dia sudah berlatih panahan selama dua tahun dan memilih ikut Kejurda daripada ikut kejuaraan khusus penyandang cacat, "Di Kejurda ini lawannya banyak dan lebih menantang. Kalau ikut kejuaran khusus defabel, cuma itu-itu saja lawannya, " ucap pria yang berstatus mahasiswa Universita Brawijaya, Malang ini.
Terkait kondisi kakinya, Ken bercerita sudah lima tahun hidup tanpa kaki kiri akibat digerogoti kanker tulang, "Tahun 2013 harus diamputasi karena kanker tulang, setelah itu baru di kemo sekarang sudah tidak, " kenangnya.
Disinggung apakah tidak kesulitan memanah dengan bertumpu kaki palsu, Ken mengatakan tidak ada masalah, "Sama saja. Yang penting kita bisa jaga badan, tidak gemuk dan tidak kurus. Jadi ukuran tempurung di kaki palsu tidak berubah seperti saat dibuat. Kalau berubah gemuk, bisa lecet-lecet karena ukuran tempurung juga berubah, " ucapnya.
Saat berlomba maupun naik podium, sama sekali tidak ada rasa minder dengan kondisi tubuhnya, "Saya ikut kejuaraan umum ini karena saya merasa normal dan bisa seperti lainnya, " ucap Ken yang harus meninggalkan hobinya bermain sepakbola dan bola voli karena kondisi kakinya tidak memungkinkan ini.
Awal cerita memilih panahan, ujar Ken, dimulai saat masih tinggal di Sidoarjo, "Kalau diantar bapak sekolah pasti lewat Lapangan Lebo dan lihat ada latihan panahan. Terus ditawari bapak dan saya mau karena saya suka tantangan, " tandasnya.
Ke depan, Ken berharap bisa ikut kejuraan lebih tinggi lagi baik nasional maupun internasional, "Inginnya bisa ikut Kejurnas atas kejuaran Internasional. Kejurda ini medali saya yang pertama, " harap lelaki dua bersuadara ini.
Semangat Ken membuat Ketua Umum Pengprov Perpani Jatim, Denny Trisyanto ikut bangga dan akan mendorong untuk meraih prestasi lebih tinggi, "Tidak ada masalah, pemanah Iran ada yang ikut kejuaraan internasional dengan menggunakan kursi roda. Kita lihat, kalau memang nanti poinnya bisa bersaing bukan tidak mungkin bisa kita rekut untuk Tim Jatim. Yang penting jangan berhenti berlatih, " pesannya. tom