Kakak Mimpi Kaki Dipatok Burung Gagak, Adik Tewas Tenggelam
Seorang pria tampak duduk di dalam sebuah rumah sederhana di Lingkungan Cungking Puthok RT 04 RW 01, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi. Wajah pria yang mengenakan batik biru dengan bawahan kain sarung ini tampak lusuh. Beberapa kancing bajunya tampak tidak terkait. Sesekali Dia menghisap sebatang rokok yang dipegang di tangan kanannya.
Di sebelahnya, terlihat seorang perempuan kurus yang mengenakan jaket rajut berwarna putih dan pakaian dengan dominan berwarna oranye. Perempuan ini tampak murung dan matanya masih terlihat sembab. Mereka berdua duduk di atas kasur yang digelar dilantai di dalam rumah berukuran sekitar 6x 6 meter itu.
Pria itu adalah Junaidi, 51 tahun dan istrinya, Sriyati, 27 tahun. Mereka adalah orang tua Bagus Sutrajat, 12 tahun, seorang pelajar yang ditemukan tenggelam di Dam Kaligulung, Lingkungan Cungking Puthuk, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi, pada, Selasa, 23 November 2021. Lokasi Dam ini hanya beberapa puluh meter dari rumah korban.
Sriyati dan Junaidi mengaku sangat terpukul dengan kepergian anak kelimanya itu. Betapa tidak, saat kejadian mereka sedang berada di rumah yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Pasangan ini, pada KTP-nya memang masih berstatus warga Desa yang berada di perbatasan Banyuwangi dan Situbondo itu.
“Saya berangkat ke Wonorejo Senin (22 November 2021) kemarin. Saya pulang ke sana untuk ngurus surat pindah sekolah Bagus sekaligus membersihkan rumah yang di sana,” ungkap Sriyati kepada Ngopibareng.id, pada Rabu, 24 November 2021.
Selama ini, Bagus masih bersekolah di SD Wonorejo. Karena Dia dan suaminya bekerja di Banyuwangi, rencananya, Dia akan memindahkan sekolah Bagus di Banyuwangi. Agar Bagus bisa tetap berkumpul bersama.
“Kemarin sudah rapotan (menerima buku rapor), jadi maksud saya sekalian saya pindahkan ke sini sekolahnya. Karena anaknya juga kerasan di sini,” kisahnya.
Dengan mata berkaca-kaca, perempuan yang tampak kurus ini sempat berpesan kepada putranya agar tidak bermain ke sungai selama dirinya tidak ada di rumah. Dia memang merencanakan berada di Wonorejo selama 3 hari. Sedangkan Bagus ditinggalkan bersama kakaknya, Farida Nurfatimah, 15 tahun.
Dia menuturkan, rasa khawatir itu muncul karena selama ini Bagus memang suka mencari ikan di sungai tersebut. Kebiasaan mencari ikan di sungai ini memang sudah dilakukan Bagus sejak masih tinggal di Wonorejo.
“Dulu waktu masih di Wonorejo Saya sering bilang kepada ayahnya, kalau memancing jangan ngajak Bagus. Soalnya kalau bagus tahu tempatnya dia akan jalan sendiri,” terangnya.
Meski demikian, Sriyati mengaku tidak memiliki firasat apapun sebelum musibah menimpa anaknya. Justru firasat itu datang pada kakak korban, Farida Nurfatimah. Dua hari sebelum kejadian, kakaknya sempat bermimpi kakinya dipatok burung gagak sebanyak dua kali.
“Mimpi itu disampaikan kepada saya saat akan berangkat ke Wonorejo. Kalau Bagus sempat bermimpi bertemu tetangga saya yang di Wonorejo,” bebernya sambil sesekali terlihat sesenggukan menahan tangis.
Kabar meninggalnya Bagus, mereka terima dari seorang tetangga mereka yang menghubungi melalui telepon. Saat itu mereka sedang membersihkan rumah sembari menunggu hujan reda. Meski sempat berencana menginap dua hari, namun hari itu mereka memutuskan untuk pulang. Namun karena hujan lebat mereka menunda sampai hujan reda.
“Karena ada kabar mengenai kejadian yang menimpa bagus, akhirnya kami nekat pulang meskipun sedang hujan deras,” jelas Junaidi.
Senada dengan istrinya, Junaidi membenarkan anaknya memang suka mencari ikan di sungai. Hampir setiap hari anaknya itu bermain di sekitar sungai Kaligulung bersama teman-temannya yang lain. Namun, imbuh Junaidi, anaknya biasanya mencari ikan atau bermain di sungai yang dangkal yang lokasinya di bagian barat Dam.
“Dia memang suka mencari ikan dan bermain di sungai. Tapi setahu saya dia tidak bisa berenang,” jelasnya.
Dam lokasi anaknya tenggelam itu memang relatif dalam. Junaidi yang memang berasal Cungking juga pernah mandi di Dam tersebut. Menurutnya, kedalaman Dam tersebut diperkirakan lebih dari dua meter. Apalagi kalau pas musim hujan, biasanya kedalamannya akan bertambah karena gerusan air kiriman dari wilayah hulu sungai.
“Saya berdiri sambil mengangkat tangan saja masih kurang dalam. Padahal tinggi saya sekitar 160 cm lebih,” ungkapnya.
Meskipun masih merasakan kesedihan yang mendalam, Junaidi mengaku sudah mengikhlaskan kepergian anaknya itu. Begitu juga istrinya. Dia meyakini apa yang dialami anaknya merupakan takdir dari Allah SWT.
“Mungkin ini sudah garisnya, umur anak saya hanya sampai di sini saja,” ungkapnya.
Bagus Sutrajat ditemukan tenggelam di Dam Kaligulung sekitar pukul 13.00 WIB, Selasa, 23 November 2021. Dia ditemukan teman-temannya yang hendak mandi di Dam tersebut. Sebelumnya, teman-temannya lebih dulu melihat pakaian korban di atas batu yang ada di sekitar Dam tersebut. Korban sempat dievakuasi ke Puskesmas terdekat. Namun nyawanya sudah tidak tertolong.