Unusa dan Polri Sepakat Perangi Radikalisme
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) bersama Kepolisian Republik Indonesia sepakat berkomitmen anti terhadap terorisme khususnya yang di Surabaya.
Wakil Rektor 1 Unusa, Prof. Kacung Marijan, Ph.D mengungkapkan saat ini ekstrimisme beragama mulai mengkhawatirkan, sehingga perlu diperhatikan kembali agar tidk menyebabkan ganggungan kamtibmas.
"Kegiatan ini merupakan respon Unusa terhadap situasi keagamaan saat ini. Permasalahan agama yang sangat sensitif ini jika sudah terjadi maka akan menjadi masalah yang serius, sehingga perlu kajian dan penyelesaian," katanya.
Karena itu, lanjutnya, kajian psikologi dan sosiologi ke-agama-an ini bertujuan untuk memperluas awasan akan persoalan agama dan masyarakat, serta memberi kontribusi pada usaha peningkatan kesejahteraan psikologi (mental) dan sosial masyarakat Indonesia dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih damai.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya Komisaris Besar Polisi Rudi Setiawan, mengungkapkan ke-ekstrim-an beragama di tengah kehidupan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika perlu diperhatikan lagi. Karena saat ini mulai banyak golongan-golongan baru yang mengatasnamakan agama.
Ada penyebab yang menjadikan golongan-golongan baru tersebut menjadi kelompok ekstrimis bergama. "Belajar atau memahami agama kepada sumber yang tidak tepat, keengganan bertanya tentang pengetahuan/ilmu agama, cara pemahaman yang tidak benar terhadap pengetahuan atau ilmu agama, dan pengaruh lingkungan," katanya saat menjadi narasumber dalam kajian rutin bertema "Millenarianism, Fundamentalism and Radicalisme: Some conceptual and Theoretical Framework in Studying Terrorisme in Indonesia, Jumat, 13 April 2018.
Rudi Setiawan menambahkan, ekstrimisme beragama juga akan menyebabkan konfilk antar umat, baik internal maupun eksternal, "Dampak ektrimisme beragama salah satunya akan menyebabkan konflik intern dan ekstern beragama, serta gangguan Kamtibmas," katanya, di Kampus B Unusa.