Kaji Ulang Gagasan Dasar, MBI Hadirkan Wajah Terbaru Indonesia
MUFAKAT Budaya Indonesia (MBI) secara umum membahas dan mengkaji ulang gagasan-gagasan dasar bangsa dan negara ini, yang terbagi ke dalam lima komisi (topik utama): kebudayaan, kebangsaan, ideologi, konstitusi dan kenegaraan.
Dalam sidang-sidang Komisi yang dipimpin pemikir-pemikir muda, antara lain: Refli Harun, M Jadul Maula, Teuku Kemal Fasya, dan Saifur Rohman itu terjadi diskursus yang hangat dan ketat untuk melahirkan ide-ide terobosan yang tidak hanya menjadi solusi komprehensif tapi juga wajah baru dan terkini dari bangsa Indonesia.
Sementara itu, tampak para pemikir yang selama ini dikenal seperti Edy Sedyawati, Sri-Edi Swasono, Meutia Hatta, Erros Djarot, Jean Couteau, Conny Semiawan, Christianto Wibisono, dll turut memberikan warna pada pertemuan istimewa ini.
"Wajah (dengan seluruh kelengkapan karakternya) yang lebih segar dan mumpuni dalam menjawab gejolak zaman yang penuh turbulensi saat ini," kata Radhar Panca Dahana, koordinator dan inisiator MBI.
"Wajah (dengan seluruh kelengkapan karakternya) yang lebih segar dan mumpuni dalam menjawab gejolak zaman yang penuh turbulensi saat ini," kata Radhar Panca Dahana, koordinator dan inisiator MBI.
Hari ini, Minggu 25 November 2018, hasil-hasil dari Temu Akbar Mufakat Budaya Indonesia, di Hotel Redtop Jakarta, sejak 23 November 2018 akan segera diketahu. Temu akbar itu menghadirkan sekitar 250 peserta (dari 34 provinsi) dari kalangan budayawan, rohaniawan, cendekiawan, tetua adat, juga pejabat publik senior negeri.
Temu Akbar MBI III ini juga diperkaya masukan berupa ide-ide bernas dari kekayaan budaya lokal yang telah diserap melalui Kelompok Diskusi Terarah (FGD) yang dilaksanakan MBI di Jakarta, Yogyakarta dan Makassar yang diikuti oleh sekitar 70 tokoh-tokoh senior dari semua kesatuan adat dan etnik seluruh Indonesia.
Masukan-masukan dari kalangan akademisi senior yang terinventarisir melalui diskusi-diskusi terbuka kerja sama MBI dengan harian Kompas, Media Indonesia, Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Jakarta, Metro TV dan majalah Gatra.
“Semua ide dan masukan yang berasal dari kejeniusan dan kekuatan budaya tokoh-tokoh dan bangsa-bangsa di Nusantara yang telah membuktikan dirinya dalam ratusan bahkan ribuan tahun sejarah negeri ini,” kata Radhar Panca Dahana.
Sebagai pelengkap, pada akhir semua sidang ada malam apresiasi artistik yang diisi beberapa seniman terkemuka, yang juga menjadi peserta, seperti: Dwiki Dharmawan, Paramitha Rusady, Renny Djajoesman, Marcella dan Olivia Zalianty, Cornelia Agatha, dll.
Dalam pertemuan tersebut, semuanya memperlihatkan bagaimana seluruh elemen atau pemangku kepentingan negara terlibat dan membuktikan perhatian besar dan komitmennya pada apa yang paling dekat dengan hatinya, apa yang ia cinta dan bela: Indonesia.
“Semoga semua ini bisa menjadi legacy (warisan) dari generasi ini pada generasi-generasi berikutnya,” tutur Radhar.
Temu Akbar III MBI digelar untuk memufakatkan gagasan-gagasan baru yang bisa menjadi solusi komprehensif bagi bangsa Indonesia menjawab persoalan superkompleks masa kini, dan meraih masa depan di tengah realitas dunia yang penuh ketidakterdugaan.
Solusi yang berbasis pada karakter bangsa Indonesia yang pasifis, damai, penuh cinta dan artistik. Semua elemen yang juga menjadi watak dasar masyarakat dan kebudayaannya yang Bahari.
“Bukan dengan cara-cara konservatif tingkat global saat ini: ekonomi, politik, hukum dan militer yang ternyata kian menambah runyam keadaan di semua sudut bumi yang disentuhnya,” kata Radhar Panca Dahana.(adi)