Kaesang Jadi Ketua PSI, Pengamat di Unair Sebut Tak Demokratis
Pengamat Politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi menyebut, bahwa proses pemilihan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dinilai menjadi contoh buruk demokrasi di Indonesia.
Hal ini, kata Airlangga, karena PSI tidak menggunakan proses tata kelembagaan yang ajek dan reguler untuk memilih pemimpin. Justru asal comot dan tidak ada proses internal mengingat Kaesang sebelumnya bukan kader internal.
"Proses penentuan pejabat partai, apalagi proses suksesi maupun pemilihan kepemimpinan, harus dilakukan melalui prosedur demokratik dengan proses penjenjangan yang tertata," ungkap Airlangga dalam keterangan tertulisnya.
Terpilihnya seseorang yang baru masuk menjadi bagian dari partai hanya dalam 2 hari, kata Airlangga, seolah memperlihatkan adanya problem besar dalam kelembagaan internal PSI.
“Lebih terhormat pemilihan ketua RT yang luar biasa demokratis. Ada syarat, ada mekanisme, dipilih warga, dan berlangsung sangat demokratis,” ujar doktor alumnus Murdoch University, Australia, tersebut.
Menurut Airlangga, pemilihan Kaesang sebagai Ketum PSI yang berlangsung secara cepat juga menunjukkan tidak terujinya proses meritokratik maupun penggemblengan terhadap Kaesang sebagai bagian dari dialektika.
Ia khawatir, apa yang dilakukan oleh PSI justru tidak menjadi proses yang baik, dan dalam jangka panjang justru merugikan langkah politik Kaesang dalam karir politiknya. Karena publik menilai Kaesang lebih memilih jalan politik instan.
“Image dari publik, dengan cara instan seperti ini, justru akan berkontribusi bagi pelemahan bagi PSI maupun Kaesang itu sendiri. Publik justru akan melihat terjadinya perendahan mutu atau regresi kelembagaan internal PSI. Alih-alih penguatan reformasi kelembagaan dalam tubuh PSI, justru berbanding terbalik," pungkasnya.
Advertisement