Kadis Pariwisata dan Kebudayaan DKI Mundur
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Edy Junaedi mundur dari jabatannya pada Kamis.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Chaidir membenarkan pengunduran diri tersebut dan atas kemauan yang bersangkutan sendiri.
"Iya mengundurkan diri per tanggal 31 Oktober 2019. Semalam dia mengundurkan diri atas permintaan sendiri. Katanya tidak ada kaitan ke influencer. Dia mau mengundurkan diri saja. Alasannya ya pribadi yang tahu dia," kata Chaidir.
Setelah mundur dari jabatan kadis, Chaidir mengatakan, Edy akan menjadi staf di l
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
"Jadi staf anjungan Taman Mini. Jadi dia ingin ke sana minatnya, ingin jadi staf anjungan Taman Mini," kata Chaidir.
Edy Junaedi jelas mundur karena ada permasalahan mengingat umur yang masih muda sekitar 44 tahun. Masih tersisa 16 tahun berkarir sebelum pensiun.
"Tidak, tidak ada masalah. Dia ingin mengundurkan diri saja, kalau saya lihat sih surat pernyataan pengunduran diri. Dia ingin jadi staf di anjungan Taman Mini," katanya.
"Hanya dapat gaji pokok plus TKD sesuai pangkat dan golongan. Nilainya dari sekitar Rp50 juta take home pay tinggal di kisaran Rp15 atau Rp18 juta lah," kata Chaidir.
Sebagaimana ramai diberitakan, pada pembahasan KUA-PPAS untuk APBD 2020 DKI Jakarta ditemukan kejanggalan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Kejanggalan itu ada pada promosi wisata di media sosial dengan menggunakan jasa influencer senilai Rp5 miliar.
Anggaran sebesar Rp5 miliar untuk membayar lima influencer atau semacam buzzer pada 2020 viral di media sosial. Kelima influencer itu rencananya diminta membantu mempromosikan pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta kepada warganet yang menjadi pengikutnya atau followers di media sosial.
Edy Junaedi menyatakan, anggaran Rp5 miliar bukan hanya untuk biaya influencer.
"Saya luruskan, anggaran itu bukan satu influencer Rp1 miliar. Di dalamnya itu ada macam-macam, ada belanja event dan biaya publikasi," ujar Edy, Senin 28 Oktober lalu.
Edy menyampaikan, kegiatan tersebut sudah diterapkan bertahun-tahun. Namun anggaran itu akhirnya dicoret dari rancangan KUA-PPAS 2020 pada awal Oktober lalu dan dialihkan untuk anggaran balap mobil listrik Formula E 2020.
"Sekali lagi dihapus bukan karena media meributkan, tapi karena ada Formula E. Dana ini kami geser semua ke Formula E. Kita pikir tidak usah gunakan influencer dari luarlah, pakai kolaborasi saja," kata dia. (an/ar)