Kadin Korea Sambangi Redaksi Ngopibareng.id, Bicara Ceruk Bisnis hingga Nyeruput Kopi
Mruput. Begitu orang Jawa bilang. What is mruput? Mruput itu sebuah istilah yang menandakan datang ke sebuah tempat, ke sebuah acara, atau untuk bertamu, waktunya sangat pagi. Kalau orang Jawa bagian Jogjakarta bilang; mruput itu sebagai gasik. Gasik men, artinya datang paling awal sekali.
Di ngopibareng.id, kantor redaksi kami, tidak ada istilah mruput, gasik, kebengen (kemalaman) dan lain sebagainya, karena kantor ini settingnya adalah warung kopi. Persisnya adalah warung kopi digital. Warung kopi yang sungguh kekinian.
Laiknya warung kopi, ngopibareng.id juga buka 24 jam. Kendati dengan runutan digital, ngopibareng tak identik dengan kabel-kabel berserakan. Tidak identik pula dengan segala macam antena untuk keperluan digital terpasang dimana-mana. Tidak!
Ngopibareng.id seperti kantor pada umumnya. Hanya ada spot-spot khusus yang imajinya adalah seperti tongkrongan warung kopi. Ada meja, ada meja bar untuk membuat seduhan kopi, ada duduk lesehan (warna merah merona), ada area smoking, no smoking, dan lainnya.
Sederhana saja tujuannya, agar para wartawan, berikut seluruh awak redaksi, bisa senyaman mungkin berada di dalam warung digital dengan segala aktivitas.
Kembali ke soal mruput tadi, ngopibareng.id, hari ini, 19 September 2017, ketamon orang Korea. Ketamon itu adalah bahasa lain dari kedatangan tamu. Gerabak-gerubuk juga sih, tapi kami sudah siap. Orang Korea itu datang bertamu sebelum pukul 08 pagi, bersama seorang coffee lovers Hansen Gozali namanya. Sementara yang orang Korea itu punya nama Jay Kim.
Sekadar diketahui, Jay Kim ini ternyata adalah Kadin-nya orang Korea. Sayangnya dia tidak bisa berbahasa indonesia. Sehingga, bahasa Inggris campuran dengan logat Jawa Timuran cukup mewarnai dalam pertemuan pagi itu.
Hansen Gozali, sesekali ikut menjadi penerjemah, mengatakan, ini orang Korea bawa uang banyak. Dia mau kopi. Dia ingin bisnis kopi dengan segala ornamennya di Indonesia. Ini adalah kesempatan, dan kesempatan itu harus dimanfaatkan. “Sayang kan kalau lepas. Bawa uang banyak lho dia. Apalagi dia ini Kadin-nya orang sana, jadi pertemuan ini bisa jadi kerjasama bisnis berkelanjutan dan menguntungkan,” kata Hansen.
Maka mengalirkan pembicaraan terkait kopi dan ceruk bisnis yang memungkinkan dilakukan bersama ngopibareng.id. Disela pembicaraan seru itu, tersuguh mesra Kopi Ijen Raung dari farmer Bambang Sriono dari Jember. Berikutnya muncul seduhan panas Kopi Galigo dari Liwa yang dibawa Hansen Gozali. “Robusta dia, tapi asyiknya seperti menyeruput kopi arabika,” sergah Hansen.
Jadi, kata Hansen, ngopibareng.id itu sudah ngopi banget. Kantor redaksi berita yang sangat kopi. Semestinya sudah sangat asyik dan cocok sekali jika pembicaraan terkait kopi tensinya lebih ditinggikan. Menjadi tempat bursa kopi nusantara misalnya, tentu saja dengan konsep warung digitalnya. Bisa dan memungkinkan menjadi area pertemuan dengan stakeholders kopi dunia misalnya, atau bisa yang lainnya juga.
“Pokoknya kopilah. Apalagi Presiden RI Joko Widodo sudah bolak-balik bicara kopi. Jangan pula jual kopi mentah ke luar kata Jokowi. Olah dulu baru dijual ke luar negeri. Kirim juga, ekspor juga barista-barista Indonesia, Apalagi? Nah, ini mumpung ada Kadin Korea, kerjasama yuk?”
Kapan? Secepatnya! Karena kopi kalau sudah dingin menjadi tidak asyik kalau diminum. Maka, mumpung panas-panas begini mari kita susun strategi untuk menjadikan kopi nusantara makin tiada duanya di dunia bersana ngopibareng.id. idi
Advertisement