Dokter 'Spesialis' Kembar Siam Mulai Sepuh, Regenerasi Dijalankan
Keberhasilan operasi pemisahan bayi kembar siam Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina yang kemarin dilakukan oleh Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr. Soetomo, tentu sangat menggembirakan. Keberhasilan operasi pemisahan bayi kembar siam ini, tentu tak bisa dari tim dokter yang terlibat di dalamnya.
Bahkan, jalannya operasi pemisahan bisa berjalan hanya lima jam saja. Padahal, sebelumnya tim memperkirakan operasi akan berjalan lama. Operasi ini diperkirakan akan berlangsung selama 12 jam.
Ketua Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr. Soetomo, dr. Agus Harianto, SpA (K) menyebut, keberhasilan operasi kembar siam dan waktu operasi yang lebih cepat dibandingkan perkiraan, disebabkan jam terbang dari para dokter yang terlibat.
"Hal ini terjadi karena pengalaman dengan jam terbang yang tinggi. Meskipun banyak dari mereka yang sudah pensiun tapi tetap melakukan yang terbaik untuk menolong pasien," kata dr Agus Harianto.
Dalam operasi pemisahan bayi kembar siam kemarin, memang terdapat nama-nama dokter senior yang terlibat. Dokter-dokter senior ini bahkan bisa dikatakan adalah orang-orang yang babat alas untuk mendirikan Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu.
Namun, meski ada beberapa dokter senior yang terlibat dalam operasi pemisahan kembar siam kemarin, soal regenerasi dokter tak dilupakan oleh Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr. Soetomo.
Apalagi rumah sakit terbesar di Indonesia Timur ini sudah identik tangani operasi pemisahan bayi kembar siam. Mereka sudah menangani 99 kali operasi bayi kembar siam.
Soal regenerasi ini, sudah menjadi perhatian Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr. Soetomo. Mereka melakukan kaderisasi.
"Dalam kasus ini tentunya kita juga melibatkan junior. Jadi 70 dokter itu terdiri dari dokter senior lalu asistennya juniornya. Mereka harus terlibat mulai sekarang untuk menggantikan kami," terang Agus.
Selain terlibat langsung dalam operasi, kata Agus dokter-dokter senior yang sudah banyak menangani kasus kembar siam ini juga aktif berdiskusi dengan juniornya karena, menurut Agus kasus bayi kembar siam bukan hanya tentang medis.
"Kami (dokter senior) aktif mengajak ngobrol untuk berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai kasus-kasus bayi kembar siam. Karena kasus seperti bukan hanya soal medis saja, dana dan hal lainnya juga harus dipikirkan oleh timnya," ujarnya.
Sebagai bahan pelajaran, RSUD Dr. Soetomo juga sudah membukukan kasus-kasus bayi kembar siam yang pernah ditangani. Mereka juga mengabadikan lewat video yang diambil selama operasi. Semua bahan bisa menjadi pembelajaran para dokter junior.
"Para junior juga harus aktif untuk melihat video atau membaca literatur yang ada. Agar ilmunya tidak berhenti di kami. Sebab, ilmu semacam ini tidak didapatkan di bangku kuliah jadi harus aktif," pesanya.
Agus berharap, RSUD Dr. Soetomo tetap dapat mempertahankan prestasi bayi kembar siamnya selama ini dan terus berkembang nantinya dengan kaderisasi dokternya.
"Kaderisasi harus. Eman-eman kalau berhenti sampai saya dan teman-teman saja. Jadi harus tetap berlanjut," pungkasnya.