Kader Muhammadiyah di Kabinet Jokowi-Ma'ruf, Ini Pesan Haedar
Muhadjir Effendy, Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, telah dilantik dalam Kabinet
Jokowi-Ma'ruf Amin, Rabu 23 Oktober 2019 di Istana Negara, Jakarta.
Sebelumnya, kader Muhammadiyah ini duduk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo - Wapres Jusuf Kalla.
Sebagai kader Muhammadiyah, sebelumnya Muhadjir Effendy mengadakan pembicaran dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Haedar menyampaikan tentang jabatan baru yang diembannya itu sebelum dilantik.
Menurut Haedar, program utama Revolusi Mental Presiden Jokowi diterjemahkan oleh Muhammadiyah sebagai upaya membangun karakter manusia Indonesia dari seluruh bidang, baik itu keagamaan, pendidikan, maupun prinsip etika sosial di masyarakat. Karakter kuat ini harus ada dalam kehidupan berbangsa dan menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
"Jadi tidak sekadar pengetahuan teknis, karakter dan mentalitas juga diperlukan. Indonesia harus meniru Jepang yang mampu modern dengan tidak meninggalkan karakter kebangsaan. Tanpa karakter atau mental ini, sebuah negara bisa ambruk," kata dia pada wartawan Rabu, 23 Oktober 2019.
“Kami beruntung memiliki dua fondasi kuat pembangunan karakter yaitu Pancasila dan agama. Kita harus bisa memanfaatkan keduanya demi gerak dan kemajuan masyarakat bersama,” lanjutnya.
Haedar menyampaikan pesan itu saat bertemu dengan Muhadjir Effendy, Selasa 22 Oktober 2019 malam.
Namun bukan hanya ke Muhadjir, Haedar juga berpesan pada kader Muhammadiyah lain yang menjadi menteri baru Jokowi seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dan Menteri Sosial Juliari Batubara. Bahkan, Menteri Agama Fachrul Rozi pun diklaim sebagai kader Muhammadiyah, meskipun secara resmi dia masuk dalam jajaran pengurus PB Mathlaul Anwar.
“Saya percaya mereka, kader Muhammadiyah, menjalankan tugas sesuai penunjukan. Sekarang bagaimana mereka menjawab tantangan dan betul-betul on fire untuk tugas dan tupoksinya,” katanya.
Haedar yakin di manapun kader Muhammadiyah ditempatkan, mereka akan menjaga integritas dan amanat, serta siap menghadapi kondisi politik apapun. Dididik bekerja profesional, kader Muhammadiyah memiliki orientasi pada tindakan dan kebijakan dengan sedikit bicara dan memperbanyak kerja.
“Sebagai menteri, sekarang mereka bekerja untuk Indonesia, bukan untuk golongan lagi,” katanya.
Advertisement