Kacamata Gratis dari Saka, Buat Warga Gresik Bahagia
Saka Energi baru saja menggelar Program corporate social responsibility (CSR) berupa periksa mata dan pembagian kacamata gratis bagi ratusan warga Pangkah Kulon, Gresik. CSR yang tepat sasaran banyak memberikan manfaat bagi warga setempat. Mereka bergandeng dengan RS Mata Undaan.
Berikut laporan wawancara Ngopibareng.id dengan warga Pangkah Kulon, Gresik mengenai CSR Saka Energi kepada mereka:
Tangis Bahagia
Tatkala banyak orang yang bisa membaca, belajar, dan beribadah dengan nyaman, mereka harus merasa kesusahan karena masalah penglihatan. Itu yang dirasakan oleh banyak warga di Pangkah Kulon Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik.
Banyak dari para lansia di wilayah tersebut tak memahami jika penglihatan mereka mengalami permasalahan. Paling umum adalah terindikasi mata minus maupun plus. Salah satunya Ibu Kowiyah yang berusia 67 tahun.
Di usia senja, dia sangat ingin belajar agama lebih dalam dan mengaji setiap saat. Namun apa daya, ia tak bisa membaca dengan jelas. Kalau mau jelas, Al-Quran harus didekatkan ke wajahnya. Ternyata ia mengidap mata plus. Bertahun-tahun tak ia ketahui. Baru ketahuan Ketika ada pemeriksaan mata gratis dari Saka Energi di kampungnya.
Setelah diperiksa dan diberi kacamata gratis oleh Saka Energi dan RSMU, wanita yang masih nyantri di Ponpes Al-Muniroh tersebut terharu dan bahagia. Matanya memerah. Tak lama air mata menetes. Kini ia sudah bisa membaca Al-Quran dengan jelas. Tak perlu lagi mendekatkan kitab ke wajah.
“Beliau datangi saya, beliau menangis. Beliau bilang, 'Alhamdulillah Pak, saya sekarang terang kalau lihat dan bisa baca Al-Quran dengan jelas'. Ya Allah saya ikut mbrebes mili. Terharu juga ternyata apa yang kami lakukan menyentuh dan berdampak sangat dalam bagi warga,” kata Roni Sya'roni Direktur Spektra. Lembaga yang membantu Saka Energi menyelenggarakan Pemeriksaan Mata dan Pembagian Kacamata Gratis.
Kacamata Siswi
Tak hanya ibu Kowiyah ‘santri’ lansia di Ponpes Al-Muniroh yang mendapat pemeriksaan dan kacamata gratis, ada juga siswa-siswi di Lembaga Pendidikan tersebut.
Beberapa di antara mereka, sering harus mengernyitkan dahi ketika belajar di kelas agar tulisan di papan terlihat jelas. Mereka harus maju ke depan untuk membaca apa yang sedang ditulis oleh guru mereka. Sebab mereka mengalami mata minus.
Selama ini, gangguan itu banyak diabaikan. Namun tak berani periksa. Karena terkendala biaya yang terlampau mahal. Belum lagi beli bingkai kacamata dan lensanya.
Untung saja Saka Energi datang. Mereka dengan mudah bisa periksa dan dapat kacamata.
Sekarang mereka tersenyum lebar. Hatinya riang gembira. Mau duduk di bangku urutan berapapun di kelas, tetap bisa melihat papan tulis dengan jelas. Bisa membaca Al-Quran dan kitab pelajaran agama Islam juga dengan nyaman.
“Enak sekali sih Kak, kayak lebih terang gitu. Dan kacamatanya juga bagus. Terima kasih Saka energi dan RSMU,” kata Farhatul Minah, siswi kelas 9 MI Al-Muniroh.
Bahagiakan Anak dan Suami
Pemeriksaan mata dan pemberian kacamata gratis tak hanya untuk santri dan siswa siswi al-Muniroh. Tapi juga untuk ratusan warga di Kecamatan Ujung Pangkah. Salah satunya Desa Pangkah Kulon. Kira-kira ada 225 warga desa tersebut yang diperiksa matanya. Termasuk salah seorang ibu rumah tangga Bernama Nunung.
Di rumah sederhananya, Ngopibareng.id diterima oleh Ibu Nunung dengan baik. Ia bercerita jika gara-gara kacamata dari Saka, dia merasa jauh lebih indah. Dalam hal penglihatan hingga penampilan. Apalagi masalah penampilan, ia tersipu malu ketika bercerita.
Sejujurnya ia tahu, jika matanya bermasalah sejak beberapa tahun lalu. Namun ia ‘maju-mundur’ jika ingin berkacamata.
Dia bercerita, waktu itu ia sempat melakukan pemeriksaan di fasilitas Kesehatan mata di sekitar wilayahnya. Kemudian direkomendasikan untuk membeli kacamata.
Kaget bukan main Ketika ia tahu, harga pemeriksaan dan kacamata ketika jadi nanti hingga jutaan. Terpaksa ia menelan pil pahit untuk tak berkacamata.
Pernah juga ia membeli kacamata plus di pasar tradisional dengan harga yang amat terjangkau. Tapi ya begitu, katanya. Tak jelas dan hanya bertahan sesaat.
“Wah waktu itu harganya Rp 1 juta lebih Mas. Akhirnya beli di pasar yang Rp 20 ribuan gitu. Ternyata ga jelas. Ya akhirnya nggak pakai kacamata. Jadi saya kalu ngaji atau membantu anak saya mengerjakan tugas gitu, harus dipelototin karena nggak kelihatan. Lha kok kemarin ada acara periksa mata gratis. Wes Alhamdulillah banget. Waktu dapat kacamata saya bawa pulang itu kayak seneng banget akhirnya bisa membantu anak ngerjakan PR itu jelas. Mau siang, sore, malam juga tak masalah. Desain kacamatanya juga bagus, penampilan sedikit berbeda. Kata suami makin menarik hehehe,” kelakarnya.
Nelayan dan Migrasi Burung Australia
Usut punya usut, salah satu penyebab beberapa warga Pangkah Kulon terutama yang lansia mengalami hal tersebut dikarenakan paparan sinar matahari yang memantul ke air laut. Kok bisa? Ya, sebab 60 persen warga Pangkah Kulon merupakan nelayan. Baik nelayan laut maupun nelayan tambak.
Itu diungkapkan oleh Kepala Desa Pangkah Kulon Ahmad Fauron kepada tim Ngopibareng.id ketika menyambangi lokasi. Termasuk Ahmad Fauron sendiri juga mendapatkan kacamata.
“Jadi gini, warga ini menjadi nelayan bertahun-tahun, mereka tak sadar bahwa paparan sinar matahari dan pantulan ke air laut itu membuat mata mereka bermasalah. Itu terjadi bertahun-tahun. Ya tak merasakan perubahan yang terjadi, tapi lama-lama baru ngeh, lho kok mata saya buram ya. Kok tidak bisa melihat dekat atau jauh ya,” kata Ahmad Fauron.
Pasca kegiatan dari Saka tersebut, Fauron mengatakan dirinya banyak sekali didatangi dan dicurhati warga. Ada pula yang sampai menangis. Warga merasa memiliki ‘hidup’ baru usai berkacamata. Kegiatan yang mereka lakukan lebih lancar. Merasa terlahir kembali hanya perkara kacamata baru.
“Ada yang cerita ke ketua RT RW lalu ke saya, ada juga yang ketemu saya di balai desa, ada juga yang kirim Whatsapp ke saya. Intinya mereka senang sekali. Melihat dunia dan sekitar sekarang jauh lebih terang. Termasuk juga saya. Nyawang warga gitu akhirnya kelihatan ganteng dan cantiknya hehehe,” katanya.
Maka dari itu, Ahmad Fauron sangat berterima kasih kepada Saka Energi dan RSMU yang sudah mau memberikan corporate social responsibility (CSR) ke warga di Ujung Pangkah.
Apalagi CSR yang diberikan ini berdampaknya sangat membekas di hati. Di kemudian hari, ia berharap Saka Energi bisa melakukan kegiatan serupa. Jika berkenan juga melakukan operasi mata katarak bagi warga. Sebab tak sedikit pula warga yang mengidap penyakit katarak.
Ia berharap, dengan kacamata baru yang didapatkan warga, dirinya berserta seluruh masyarakat Pangkah Kulon bisa melakukan kegiatan positif untuk membangkitkan ekonomi desa hingga melestarikan alam sekitar.
Sebab, ada fakta unik tentang Pangkah Kulon. Di musim-musim tertentu, ada 50 jenis burung asal Australia yang bermigrasi ke Ujung Pangkah, termasuk di wilayah Desa Pangkah Kulon.
Burung-burung itu pergi ke Gresik hanya untuk mencari makan selama musim dingin di Australia. Dan bagi Ahmad Fauron warga harus bisa melestarikan alam desa agar burung itu tetap nyaman mendatangi wilayah itu.
“Kalau sudah pakai kacamata baru kan terlihat cantiknya burung yang bermigrasi ke sini. Bisa melihat dengan jelas cantiknya wilayah Pangkah Kulon. Akhirnya kita bisa menikmati keindahan yang diberikan oleh Allah,” katanya.