Kabut Mengusik, F1 GP Singapura Siapkan Masker
Asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia dan Malaysia, rupanya tertiup sampai ke negara tetangga, Singapura. Kondisi ini jelas mengancam penyelenggaraan Formula One (F1) Grand Prix (GP) Singapura.
Balapan malam hari di Sirkuit Marina Bay itu digelar pada Minggu besok, 22 September 2019. Ajang ini dianggap sebagai acara paling merepotkan musim ini. Jika kabut tetap ada, dan jarak pandangnya rendah, segalanya akan menjadi lebih sulit.
Meski demikian, Lewis Hamilton menjadi penguasa GP Singapura dalam dua musim terakhir. Dalam penyelenggaraan GP Singapura selama 11 tahun, Hamilton dan Sebastian Vettel sama-sama mengoleksi empat kemenangan dalam balapan yang berlangsung di sirkuit jalanan di sekitar Marina Bay.
Sementara itu, menurut pakar meteorologi Profesor Koh Tieh Yong dari Singapore University of Social Sciences kepada BBC, suhu udara di Singapura kadang mencapai 30 derajat celsius.
Para pembalap harus tahan dengan suhu 50 derajat celsius di dalam kokpit. Bayangkan saja, jika suhu tersebut ditambah rasanya seperti 'sauna'.
Oleh karena itu, kondisi cuaca di Singapura jelang F1 memang benar-benar dipantau. Pemerintah Singapura mengawasinya bersama FIA selama 24 jam penuh.
Negara yang berada di pulau kecil berpenduduk 5,6 juta ini menyediakan 260 ribu masker sekali pakai untuk para wisatawan yang menonton F1. Pasalnya, mereka ingin menyukseskan F1 yang menelan biaya hingga 100 juta dolar AS (Rp 1,4 triliun).
Direktur Eksekutif Olahraga untuk Singapore Tourism Board (STB) Jean Ng mengatakan para penonton yang hadir dapat meminta masker jenis N95 di berbagai stan yang berada di sekitar sirkuit. Selain itu pihak keamanan juga bakal memberi bantuan kepada penonton yang merasa tidak sehat.
Berdasarkan foto yang dirilis AFP, kondisi Marina Bay terlihat berkabut tipis. Kondisi serupa tampak di Merlion Park dan pusat kota Singapura di antara gedung-gedung tinggi. Banyak warga dan turis yang terlihat memakai makser.
Sejak sepekan sebelum ajang balapan, pihak penyelenggara dibuat khawatir dengan meningkatnya polusi udara di Singapura. Langit biru yang biasanya cerah telah berubah menjadi abu-abu berkabut dan pucat.
Advertisement