Kabinet Arabika Jatim Pagi ini Terima Penghargaan Presiden
Program Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dikawal Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, pagi ini, mendapatkan apresiasi tinggi dari Pemerintah Pusat. Penghargaan dan apresiasi oleh Presiden itu diserahkan Wakil Presiden, Yusuf Kalla
Penghargaan diterimakan kepada Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dengan didampingi Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Karyadi, di Assembly Hall Jakarta Convention Center.
Award bergengsi bidang inovasi pangan itu diserahkan di dalam agenda The Intertional Public Service Forum 2018 yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI.
Disela kegembiraan atas penganugerahan penghargaan penting untuk inovasi pangan Jawa Timur ini, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Karyadi, melalui sambungan telpon, kepada Ngopibareng.id, mengatakan, inovasi pangan yang dikerjakan Disbun Jatim ini adalah perjalanan panjang. Lalu penting. Sangat penting malah. Karena inovasi ini menyangkut produktivitas komoditi kopi yang menghasilkan devisa besar untuk negara.
"Perjalanannya panjang. Bahkan sejak tahun 2010 sudah dikerjakan programnya. Lalu pembenahan. Lalu penyempurnaan. Penilaiannya pun juga panjang oleh Pemerintah Pusat. Menyangkut after dan before. After bagaimana dan before seperti apa. Ini sulit, keberhasilan atau kegagalan akan tampak jelas Mudah dilihat," kata Karyadi.
Program yang sangat panjang itu, kata dia, diberi judul Kabinet Arabika. Wow keren bukan. Membayangkan kata itu seperti ada sesuatu begitu ya, dan serasa di planet lain. Kabinet Arabika, seperti bombastis.
"Tapi aslinya tidak. Kabinet arabika itu hanya akronim. Akronim dari "Kolaborasi Pembinaan Ekonomi Terpadu Kopi Arabika. Nah kalau dipendekkan agak memaksa sedikit begitu, jadi nama program Kabibet Arabika. Ini kerja keras kita semua di seluruh jajaran Disbun Jatim," ungkap Karyadi lagi.
Kabinet Arabika itu, jelas Karyadi, bahan bakunya adalah Kopi Arabika. Di wilayah Kayumas sana. Masuk wilayah Kabupaten Situbondo. Dulu, zaman VOC hingga sebelum tahun 2010 luas lahan setidaknya hanya 100 hektar. Kini setelah ada Kabinet Arabika luas lahan mencapai 1000 hektar.
"Itu salah satu contoh kecilnya, after dan before. Lainya, olah paskapanen yang modern, bukan asalan, bukan plurutan, tapi petik merah. Ini menghasilkan kualitas kopi yang jempolan. Selebihnya, nanti ya, kalau sudah di Surabaya akan saya jelaskan lebih lanjut," pungkas Karyadi penuh semangat sembari menutup sambungan telponnya. (idi)