Kabel di Atas Jakarta Makan Korban
Oleh: Djono W. Oesman
Centang-perenang kabel di udara Jakarta makan dua korban. Sopir ojol, Vidam, 31, tewas tersangkut kabel, Kamis 3 Agustus 2023. Mahasiswa Sultan Rif’at, 20, bisu, tenggorok terjerat kabel. Kini Pemprov DKI akan membenahi kabel-kabel, yang sebagian warisan zaman Belanda itu.
—----------
Udara Jakarta meriah kabel. Kabel-kabel warisan zaman Belanda adalah kabel listrik. Bentuk kabel paling besar, berdiameter 3 sentimeter warna hitam.
Lalu ditumpangi kabel telepon. Supaya tidak menggelantung, ditambahi tiang, ditancapkan menempel di tiang listrik. Lalu didomplengi kabel WiFi. Lalu ditumpuk pula kabel fiber optik. Itu di atas trotoar di pinggir jalan.
Korban tewas Vidam. Sopir ojek online. Jumat, 28 Juli 2023 sekitar pukul 23.00 WIB ia mengendarai motor cari penumpang. Lewat di Jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat.
Tahu-tahu Vidam terlempar. Helmnya lepas, jatuh menggelinding. Motornya ambruk beberapa meter di depannya. Dalam kondisi gelap tapi lalu lintas ramai, Vidam tergeletak di kanan jalan.
Tidak ada yang tahu, bagaimana proses jatuhnya. Tapi di situ ada kabel mengular, menghalangi jalan. Lantas kabel disingkirkan pengguna jalan.
Kepala Unit Gakkum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Agus Suwito kepada wartawan, Sabtu 29 Juli 2023 mengatakan: "Kecelakaan tunggal. Korban terjerat kabel melintang di tengah jalan.”
Lalu lintas sempat macet. Karena warga takut memegang kabel. Sampai muncul orang yang berani pegang kabel, lalu disingkirkan ke pinggir jalan. Kabel jadi melingkar-lingkar di pinggir jalan.
Vidam dilarikan ke RS Pelni di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat. Terdekat dari lokasi. Ternyata Vidam luka berat pada kepala. Juga lebam pada dada, memanjang bekas jeratan kabel.
Vidam meninggal dunia, Kamis, 3 Agustus 2023. Kasatlantas Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Maulana Karepesina kepada wartawan, Kamis 3 Agustus membenarkan: “Ya, korban Vidam meninggal dunia.”
Hidup orang selesai begitu saja. Mati konyol. Tidak ada yang bertanggung jawab. Kata polisi, itu kecelakaan tunggal. Beres.
Korban ke dua, Sultan Rif'at Alfatih, warga Jakarta yang kini mahasiswa FISIP, Universitas Brawijaya, Malang.
Kamis, 5 Januari 2023 sekitar pukul 22.00 WIB, Sultan yang sedang libur semester, berada di rumahnya di Bintaro, Jakarta Selatan. Ia didatangi beberapa teman SMA, diajak reuni jalan-jalan, naik motor sendiri-sendiri.
Rombongan motor Sultan berangkat dari Bintaro, masuk Jalan TB Simatupang, lalu belok kiri ke Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan. Sampai situ waktu sudah sekitar pukul 23.00 WIB. Tapi lalu lintas ramai.
Sekitar satu kilometer dari belokan Simatupang-Antasari, lalu lintas tersendat. Di depan motor Sultan ada mobil SUV berjalan sangat pelan. Ternyata di depan SUV itu, di tengah jalan, ada kabel melintang, menggulung mencuat ke atas. Sehingga mobil menghindari kabel.
Setelah mobil lolos dari dari kabel, kecepatan ditambah. Ternyata, sopir mobil tidak menyadari, bahwa masih ada kabel lain yang nyangkut di atap mobil itu. Mobil tetap jalan. Kabel tertarik mobil. Molor. Sampai beberapa meter.
Mendadak, jeratan kabel terlepas. Berayun sangat cepat.
Kabel mengibas cepat ke arah Sultan. Kena. Sultan terlempar dari motornya, langsung pingsan di tengah jalan.
Ada saksi, sopir ojek online berada di dekat Sultan, bernama Adit. Deskripsi kejadian itu diceritakan Adit kepada ayah Sultan, Alfatih, saat mereka bertemu di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, tempat awal Sultan dirawat.
Diceritakan Alfatih, saat jatuh Sultan masih mengenakan helm. Sultan memegangi leher, kelihatan kesakitan sampai berguling-guling di aspal.
Alfatih: “Adit membantu, membuka helm Sultan. Setelah helm terbuka, ada darah nyemprot dari leher anak saya. Adit jadi ketakutan, mundur menjauh.”
Tapi, Sultan tak ada yang menolong. Rombongannya berjalan di depan, tidak tahu bahwa Sultan kecelakaan. Maka, Adit dibantu seorang ibu memboyong Sultan dimasukkan ke mobil, dilarikan ke RS Fatmawati.
Hasil pemeriksaan dokter, batang tenggorok Sultan luka parah. Lima belas hari Sultan dirawat di situ. Lukanya sembuh, tapi Sultan tak bisa bicara. Tidak bisa menelan makanan. Bahkan tidak bisa menelan air liur. Bernapas lewat alat bantu pernapasan.
Makanan masuk dalam bentuk cairan yang disalurkan lewat selang plastik, langsung melewati batang tenggorok. Selang harus diganti tiap hari, menghindari bakteri.
Kondisi itu dialami Sultan sampai sekarang. Ia pun bisu. Berkomunikasi dengan keluarga, juga teman-teman penjenguk melalui bahasa isyarat. Kadang, melalui pesan WhatsApp.
Teman-teman kuliah Sultan dari Malang berdatangan silih-berganti, sekadar menjenguk, memberi semangat hidup. “Dari Malang mereka datang ke sini menyemangati anak saya. Saya terharu melihat mereka,” ujar Alfatih.
Mei 2023 kondisi tenggorokan Sultan kambuh. Tenggorokan berdarah. Ia masuk rumah sakit lagi. Dirawat lagi.
Terbaru, Sultan dibantu Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Sultan dibawa di RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis 3 Agustus, untuk dirawat lanjut.
Sultan menulis surat buat Presiden Jokowi dan Menko Polhukam Mahfud Md. Isinya memelas. Menceritakan kondisinya sekarang. Ia juga minta kondisi kabel-kabel di Jakarta dibenahi. Minta dibantu keadilan dalam perkara ini.
Kabel yang menjepret Sultan adalah kabel fiber optik. Dari menara BTS PT Bali Towerindo. Beberapa hari lalu perwakilan PT Bali Towerindo mendatangi keluarga Sultan, lalu hendak memberi ganti rugi Rp 2 miliar. Tapi ditolak Alfatih, sebab caranya tidak sopan.
Alfatih menuntut PT Bali Towerindo menanggung semua biaya pengobatan Sultan selama ini. Pihak PT Bali Towerindo minta bukti-bukti pembayaran pengobatan. Tapi, karena pihak keluarga Alfatih kesusahan dan tidak menyimpan aneka kuitansi pembayaran dan pembelian obat, maka kini masih dalam sengketa.
Senin, 31 Juli 2023, Pemprov DKI Jakarta memanggil pihak PT Bali Towerindo, selaku pemilik kabel yang menjerat Sultan.
Kabid Utilitas, Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Samsul Bahri, kepada wartawan, Senin 31 Juli mengatakan: "Hari ini kami lakukan konfirmasi ke pemilik kabel, Bali Tower terkait kejadian tersebut dan apa yang sudah dilakukan Bali Towerindo."
Tim dari Dinas Bina Marga memeriksa di lapangan, beberapa hari setelah kejadian. Hasilnya, pihak Bina Marga mendapati keberadaan tower BTS yang kondisi kabelnya melintas di atas jalan.
Samsul Bahri: "Kalau dari hasil pengamatan kami di lokasi terjadinya musibah memang di situ ada BTS salah satu provider. Lalu ada tiang. Ada dua tiang yang menyeberangi jalan. Satu titik dekat BTS, satu titik lagi di seberang BTS. di seberang jalan."
Tinggi kabel yang menyeberangi jalan itu sekitar 10 meter. Kabel itulah yang pada 5 Januari 2023 putus beberapa bagian. Salah satunya menjerat leher Sultan.
Untaian kabel di udara, melintang menyeberangi jalan raya. Suatu kondisi sangat berbahaya. Suatu saat rangkaian kabel itu pasti putus lagi. Apakah dihantam angin, atau rapuh karena usia.
Ketika kabel putus, lalu jatuh melintang di tengah jalan raya, dan menjerat manusia lagi. Bakal makan korban lagi.
Begitu kondisi Jakarta, ibu kota Indonesia. Kabel malang-melintang di pinggir jalan. Sama seperti di zaman penjajahan Belanda, dulu. Sudah 78 tahun merdeka, kabelnya tetap begitu.
*) Penulis adalah wartawan senior.
Advertisement