Kabar dari Ende, Garuda Disemayamkam di Bawah Pohon Sukun
Kain khas Ende dikenakan. Hari ini. Kain-kain itu dikenakan dengan sepenuh hati. Auranya pun menjadi berbeda. Magis dan khidmad. Anak-anak, remaja, hingga para tetua mengenakannya.
Masyarakat menyemut dari 21 kecamatan. Bahkan se-Kabupaten Ende. Mereka juga mengenakan kain khas Ende. Masyarakat berkumpul dalam satu titik, mengikuti Pagelaran Budaya dalam rangkaian Festival Parade Pesona Kebangsaan (FPPK) 2019.
Hari ini, Jumat 31 Mei 2019, selain mengenakan kain khas Ende, masyarakat yang menyemut itu juga tampak membawa replika burung Garuda. Mereka menjadi barisan. Lalu mengular demikian panjang untuk memperingati hari lahir Pancasila.
Semangat membahana masyarakat sembari membawa replika burung garuda tak surut oleh lengasnya cuaca siang itu. Tampak menyatu dengan mereka Forkopimda Ende, Flores.
Barisan yang mengarak replika kemudian disudahi dengan penyemayaman replika burung Garuda itu di bawah pohon sukun. Pohon sukun itu terletak di Lapangan Pancasila.
Legendanya, di bawah pohon sukun inilah dulu Bung Karno biasa merenungkan butir-butir Pancasila sembari menerawang jauh ke laut lepas.
Derson Duka, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, mengatakan, tahun ini FPPK 2019 lebih sederhana. Sebab, masih dalam situasi berkabung atas meninggalnya Bupati Ende, Marselinus YW Petu. Beberapa agenda terpaksa dibatalkan.
"Awalnya FPPK 2019 akan digelar seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena situasi tak memungkinkan, rundown kegiatan yang tersusun mulai tanggal 27 Mei hingga 1 Juni pun dipangkas," ujarnya.
Beberapa acara yang akhirnya ditiadakan; Seminar Forum Perdamaian Desa/Seminar Antar Tua Adat, Pemuka Agama (27 Mei), Festival Bou Ate/ Budaya untuk Perdamaian (28 Mei), Malam Pagelaran Budaya Nusantara (29-31 Mei), Parade Laut dari Ende ke Pulau Ende (30 Mei), Prosesi/ Parade Laut Pelayaran Nusantara (31 Mei), Penyambutan Rombongan Prosesi/Parade Laut (31 Mei), serta Parade Darat dari Pelabuhan Bung Karno Ende - POM - Rumah Pengasingan Bung Karno - Serambi Soekarno di Biara St. Yoseph/Gereja Kathedral Ende (31 Mei).
Acara yang tetap digelar yaitu Upacara Malam Renungan Suci di Taman Renungan Bung Karno Ende (31 Mei), Upacara Bendera Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila Ende (1 Juni), dan Forum Dialog Interaktif Kebangsaan di Taman Renungan Bung Karno Ende (1 Juni).
"Ini memang situasional. Kita sedang berkabung atas meninggalnya Bupati Ende. Jadi untuk menghormati beliau dan keluarganya, terpaksa kita sederhanakan kegiatan FPPK tahun ini. Kami sangat berduka. Terlebih, FPPK adalah gagasan beliau," imbuhnya.
Eshty Reko Astuty, Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural, Kemenpar, mengatakan, FPPK digelar untuk untuk memperingati bagaimana sari-sari Pancasila digali Presiden Pertama RI Soekarno. Tepatnya pada masa pengasingannya di Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 1934-1938. Hingga akhirnya lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.
"Sedianya, event ini akan menjadi diorama diasingkannya Bung Karno dari Batavia ke Ende. Selain itu, juga ditujukan untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan. Sekaligus mengenang Kota Ende sebagai kota sejarah lahirnya nilai-nilai Pancasila,” jelasnya. (idi)