Kabar Buruk Ekonomi Global
oleh: Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan RI
ADA kabar tak enak usai kami mengikuti Paris Summit 2023. Di forum tersebut terungkap kondisi perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian yang sangat tinggi.
Hal ini juga sejalan dengan proyeksi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga Internasional seperti International Monetary Fud (IMF), World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang menyebut perekonomian global di tahun ini masih cukup melemah.
Ya, saya baru saja kembali dari Paris dan memang menggambarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih tidak pasti. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hanya akan mencapai 2,1%.
Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2023 hanya menyentuh 2,7%. Begitu juga dengan proyeksi OECD yang hanya memperkirakan ekonomi global bisa tumbuh 2,7%.
Kerapuhan Keuangan
Melemahnya perekonomian global ini disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari adanya eskalasi geopolitik yang terjadi Ukraina maupun negara-negara besar di dunia.
Selain itu, debs distress terutama di negara berkembang dan di negara maju juga menjadi penghalang pemulihan ekonomi global.
Beberapa negara sektor keuangannya mengalami kerapuhan, inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerogosi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut.
Nah, sejalan dengan pelemahan ekonomi global, kami menyampaikan bahwa perdagangan global pada tahun ini juga menunjukkan pelemahan yang signifikan. Berdasarkan proyeksi IMF, pertumbuhan volume perdagangan global pada tahun ini hanya akan menyentuh 2,4%. Hal ini jauh melemah jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar 5,1% dan tahun 2021 yang sebesar 10,6%.
Di sisi lain, permintaan global juga mengalami penurunan. Meski laju inflasi diperkirakan menurun, namun levelnya masih jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum terjadinya pandemi covid-19.
Dari data ini menggambarkan bahwa pergulatan dari kebijakan terutama di level makro dan moneter masih akan menjadi suatu tema yang sangat dominan.
Indonesia Tumbuh Kuat **)
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten di dunia. Dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan di atas lima persen dalam enam kuartal berturut-turut.
Kita lihat Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten tinggi. Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas lima persen dalam enam kuartal terakhir.
Tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia memang beragam, tetapi banyak negara yang mengalami kemerosotan cukup tajam pada 2023 akibat gejolak yang terjadi di level global.
Perekonomian global masih mendapatkan tekanan akibat eskalasi geopolitik, baik yang terjadi di Ukraina maupun yang terjadi antara negara-negara besar di dunia. Selain itu, debt distress atau kesulitan utang di banyak negara, terutama di developing dan emerging country maupun di negara-negara maju, juga menghalangi pemulihan ekonomi.
Kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia. Di beberapa negara, sektor keuangan mengalami kerapuhan. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerosi dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Di sisi lain, perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah perlambatan ekonomi global. Kinerja perekonomian domestik terjaga baik, seiring inflasi yang terus menurun dan daya beli masyarakat terjaga kuat. Inflasi Indonesia pada Mei 2023 sebesar 4 persen (yoy), lebih baik dibandingkan negara-negara maju, seperti Italia, Australia, Jerman, dan Singapura.
Inflasi masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan yang ingin kita lihat yaitu penurunan, terutama disumbangkan oleh volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam yaitu 3,3 persen dan mulai menurunnya core inflation ke 2,7 persen. Di sisi lain, administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan.
Pemerintah tetap konsisten menjaga inflasi 2023 di kisaran 3 persen ± 1 persen untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional di tengah masih adanya potensi risiko inflasi ke depan dengan memperkuat kolaborasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum kebangkitan ekonomi.
Adapun perekonomian Indonesia yang tetap resilien di tengah dinamika global juga dapat dilihat dari ekspor dan impor yang kembali menguat dan neraca perdagangan yang menunjukkan surplus. Pada Mei 2023, ekspor tercatat USD21,72 miliar atau tumbuh 0,96 persen (yoy). Sementara, impor tercatat USD21,28 miliar atau naik 14,35 persen (yoy). Neraca perdagangan Mei 2023 sebesar USD0,44 miliar.
Memang ini adalah surplus yang cukup tipis, namun secara akumulasi Januari hingga Mei, surplus dari neraca perdagangan mencapai USD16,5 miliar. Ini adalah suatu hal yang cukup positif, namun kita waspadai dengan tren melemahnya ekspor.
*) Disampaikan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin 26 Juni 2023.
**) Dikutip dari laman Kemenkeu, Selasa, 27 Juni 2023.