Ka'bah di Musim Pandemi Covid 19
Muslim mana yang tidak ingin beribadah dan berdoa sangat dekat dengan Ka'bah? Berbondong-bondong mereka melaksanakan perjalanan ibadah haji dan umrah, salah satunya demi bisa berkeliling Ka'bah atau thawaf.
Berjubel, berdesakan adalah hal lumrah ketika melakukan thawaf. Namun di musim pandemi ini, thawaf amat sangat longgar. Lintasan diatur dengan tegas di lantai seputar Kakbah dan harus dipatuhi jemaah. Setiap orang berjalan sesuai lintasan tersebut dengan berjarak sebagaimana protokol kesehatan masa pandemi. Petugas juga tidak segan menegur manakala ada yang melanggar.
Lintasan terdekat dengan Ka'bah diperuntukkan orangtua atau orang berjalan dengan perlakuan khusus. Lintasan berikutnya adalah untuk pengguna kursi roda. Barulah lintasan ketiga dan seterusnya dipergunakan untuk jemaah biasa.
Kami berkesempatan ada di posisi lintasan ketiga yang mana lintasan pertama dan kedua hampir tidak ada penggunaannya. Meski demikian petugas tetap melarang orang yang tidak sesuai di lintasan khusus tersebut.
Rasanya sungguh langka, kita thawaf begitu dekat dengan Ka'bah namun tidak bisa menyentuhnya. Di masa biasa yang berjubel itu kita bisa dengan mudah menyentuh Ka'bah, berdiri dekat dengan Multazam bahkan mencium Hajar Aswad.
Namun untuk bisa thawaf seperti ini prosesnya tidak sederhana. Pertama, hanya jemaah yang sedang melaksanakan thawaf sebagai rukun umrah yang boleh di lintasan khusus sekitar Ka'bah. Kedua, setiap jamaah umrah tersebut harus disahkan dengan tasrih melalui aplikasi khusus. Aplikasi ini bisa mendaftar secara individual maupun kolektif melalui muassasah. Ketiga, waktunya harus sesuai dengan pengaturan dari aplikasi tersebut dengan tujuan tidak terjadi penumpukan jumlah jamaah yang thawaf.
Pengaturan wilayah sekitar Ka'bah ini diberlakukan sangat ketat oleh petugas. Jangan berharap bisa dengan mudah menembus sistem yang telah dioperasikan ini. Lalu bagaimana dengan jemaah yang sedang tidak melakukan umrah? Apakah boleh masuk Masjidil Haram untuk sholat lima waktunya?
Boleh. Pengaturan tidak terlalu ketat. Jemaah yang akan melaksanakan salat jemaah lima waktu diarahkan oleh petugas ke lantai dua semuanya sehingga terpisah dengan yang sedang melaksanakan rukun umrah.
Secara umum kita sangat bisa merasakan bahwa pemerintah Saudi dan otoritas pelaksana pengaturan Masjidil Haram ini telah berupaya keras tetap bisa melayani jemaah di tengah pandemi Covid-19 ini.
Suasana di Masjidil Haram justru amat sangat nyaman dibandingkan hari normal biasa. Pelaksanaan standard operating procedure (SOP) social distancing yang diterapkan oleh otoritas berwenang juga mudah di mengerti jemaah. Lantai masjid terdapat tanda kaki berwarna hijau dengan jarak terstandar yang menunjukkan di situ jemaah berdiri.
Hasilnya adalah barisan salat yang rapi dan berjarak sesuai aturan keamanan protokol kesehatan. Bagaimana situasi pandemi Covid-19 ini menyedihkan namun tetap ada hikmah yang harus kita syukuri.
Semoga pandemi Covid-19 ini lekas berlalu dan seluruh dunia normal kembali seperti sediakala. Amiin.
Ahmad Fahrur Rozi
* Pengasuh Pondok Pesantren Annur 1 Bululawang Malang, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia.