Juventus, Sampai Kapan Cuma Jago di Italia ?
Juventus baru saja meraih gelar yang ke-8 berturut-turut di Liga Serie A Italia. Secara kesuluruhan tim berjuluk La Vecchia Signora atau Si Nyonya Tua sudah mendapat 35 gelar. Itu belum termasuk dengan dua gelar yang dicabut oleh FIGC (Federasi Sepakbola Italia) pada musim 2004/2005 dan 2005/2006.
Tidak hanya di liga domestik, di kompetisi Piala Italia Juve sudah meraih 13 gelar. Suatu hal yang rasanya seperti kebiasaan jika Juve juara di Italia. Namun hal berbeda justru dialami Bianconeri di Eropa, khususnya di Liga Champions.
Musim ini mereka mentok di babak 8 besar usai dihentikan langkahnya oleh Ajax Amsterdam. Padahal Juve sudah mendatangkan pemain yang paling sering membobol gawang mereka di Liga Champions yakni Cristiano Ronaldo. Menurut catatan Opta Ronaldo sudah mencetak 10 gol ke gawang Juve sejak musim 2013/2014. Semua dilakukan top skor sepanjang masa Liga Champions ini saat berbaju Real Madrid.
Dana 105 juta Euro yang dikeluarkan untuk mendatangkan Ronaldo rasanya sia-sia jika hanya meraih gelar domestik. Apalagi tahun ini Juve praktis hanya mendapat gelar liga usai tersingkir di babak 8 besar Piala Italia melawan Atalanta, Januari lalu. Tanpa Ronaldo pun Juve sudah mendominasi Italia 8 tahun terakhir.
Pelatih Juve, Massimiliano Allegri yang dalam beberapa kesempatan mengungkapkan bahwa Scudetto adalah target utama Juve dan mendapatkan Scudetto adalah suatu kebahagian sendiri. Namun nyatanya perayaan Scudetto Juve di Kota Turin Sabtu lalu begitu sepi peminat.
Allegri tentu menjadi sosok yang paling disorot musim ini. Perjalanan Juve di UCL musim ini terbilang buruk. Dari 10 laga yang dilakoni Juve dari fase grup hingga babak 8 besar, mereka hanya meraih lima kemenangan satu seri dan empat berujung kekalahan termasuk kalah 1-2 di kendang sendiri melawan Ajax.
Padahal sejak Allegri menangani Juve pada musim 2014/2015, mentok Juve kalah dalam satu musim UCL hanya 3 kali. Itu terjadi di musim perdananya kala Juve diantar ke babak final dan harus puas menjadi runner-up usai dikalahkan Barcelona 1-3.
Dari lima musim yang dilakoni Allegri di UCL, prestasi terbaik Juve hanya dua kali Runner-Up pada musim 2014/2015 dan 2016/2017. Selebihnya tersingkir dua kali di babak 8 besar dan sekali terhenti di babak 16 besar.
Tentu pendukung Juve begitu merindukan trofi si kuping besar singgah kembali di Juventus Museum. Bangunan ini dibangun bersamaan dengan Juventus Stadium (nama saat diresmikan) yang kini berganti menjadi Allianz Stadium. Disana memang ada Trofi UCL namun itu adalah trofi terakhir kali Si Nyonya Tua dapatkan pada musim 1995/1996 alias 23 tahun lalu.
Praktis Juve baru mengumpulkan dua trofi sepanjang 64 kali kompetisi tertinggi di Eropa ini diselenggarakan. Usai meraih trofi tersebut 23 tahun silam, Juve sebenarnya menjadi tim yang cukup sering masuk final yakni lima kali. Namun lima kali pula klub yang berdiri pada tahun 1897 tersebut gagal memenuhi ambisi menjadi tim terbaik di Eropa.
Mulai dari Borussia Dortmund, Real Madrid (dua kali), AC Milan dan Barcelona, semua tim tersebut menjegal langkah klub yang sempat tersandung kasus Calciopoli 2006 lalu.
Namun ambisi besar yang ada pada diri Andrea Angelli, sang pemilik klub tentu akan membuat Juve berbenah setiap musim. Kala musim ini belum berakhir, manajemen tim sudah menyiapkan beberapa nama besar yang akan coba didatangkan klub pada bursa transfer musim panas nanti.
Nama-nama seperti Kylian Mbappe, Mauro Icardi, Mathejjs De Light hingga Ivan Rakitic santer dikabarkan bergabung dengan klub. Namun tentu saja butuh biaya super besar untuk merekrut pemain-pemain tersebut. Apalagi Juve terbilang cukup pelit untuk membelanjakan pemain secara jor-joran di bursa transfer.
Opsi lain bagi Agnelli tentu menyudahi kerja samanya dengan Allegri. Memang Juve di tangan Allegri tidak buruk-buruk amat di Eropa. Namun semakin tinggi tekanan dari suporter dan internal tim agar tim ini menjadi raja Eropa nampaknya akan membuat Agnelli berpikir keras untuk mencari Allenatore baru untuk merealisasikan target Juve berikutnya sebagai penguasa benua biru.
Nama seperti Zinedine Zidane yang sempat menjadi unggulan untuk mengganti Allegri kini mulai terkikis setelah pelatih asal Prancis tersebut meneken kontrak kembali dengan Real Madrid. Nama lain yang saat ini santer beredar adalah pelatih Tim Nasional Prancis saat ini, Didier Deschamp.
Deschamp sendiri bukan nama asing bagi Juve, tahun 2006/2007 lalu dia mengarsiteki Si Nyonya Tua dan berhasil membawa tim kembali ke kasta tertinggi usai harus turun ke Serie B akibat skandal Calciopoli.
Namun setelah membawa promosi, Deschamp tidak sejalan dengan misi manajemen tim yang akhirnya membuat dia hengkang setelah semusim melatih. Namun kini tentu pamor Deschamp yang baru saja mengantar Prancis sebagai juara piala dunia 2018 akan membuat Agnelli kembali berpikir untuk merekrutnya kembali.
Bukan hanya sekedar berprestasi di level domestilk, namun juga level Eropa. Toh nyatanya Juve mendatangkan Ronaldo untuk menjadi juara Eropa. Jika Ronaldo saja sudah mentok, rasanya Deschamp lah yang pantas menjadi harapan fans Juve musim depan untuk merengkuh kembali si kuping besar.
Para fans Juve sendiri tidak yakin manajemen akan menggelontorkan uang banyak untuk membeli pemain semacam Neymar, Mbappe atau bahkan Paul Pogba. Buktiinya Juve memang dikenal sebagai tim yang doyan memboyong pemain gratisan, contohnya Aaron Ramsey di musim depan hihi. (FAIQ)