Juru Wabah Minta Ada Uji Validasi yang Akurat dari GeNose
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono meminta pemerintah agar berhati-hati dalam penggunaan GeNose sebagai alat deteksi dini untuk warga yang akan melakukan perjalanan. Kata dia, perlu ada uji validasi yang baik untuk mengetahui kualitas alat.
"Bila hasilnya kurang baik jangan dipaksakan dipakai dalam layanan umum. Bisa meningkatkan penularan bila banyak yang negatif palsu," kata Pandu Riono lewat cuitan Twitternya dengan nama aku Juru Wabah.
Komentar Pandu ini mengacu kejadian di Amsterdam Belanda, di mana Dinas Kesehatan pemerintah setempat menunda penundaan pemakaian alat deteksi SpiroNose. SpiroNose ini yang mempunyai cara kerja hampir sama dengan GeNose yaitu dengan sample hembusan napas.
Dinas Kesehatan Amsterdam Belanda menghentikan rapid test dengan menggunakan metode hembusan napas. Penyebabnya, ada sejumlah kesalahan hasil saat rapid test dengan metode hembusan napas ini.
Rapid test Corona dengan hembusan napas ini namanya SpiroNose. SpiroNose ini seharusnya sudah diluncurkan di seluruh negeri dalam beberapa bulan mendatang. Tes yang menggantikan usap hidung dengan mengeluarkan napas ke dalam tabung itu telah diujicobakan di beberapa lokasi di Amsterdam sejak akhir Januari lalu.
Terlepas dari klaim awal bahwa tes tersebut sangat dapat dipercaya, sejumlah orang ternyata dinyatakan negatif untuk virus corona tetapi kemudian dinyatakan positif menggunakan tes PCR tradisional.
"Tidak ada tes yang 100% dapat diandalkan, tetapi karena kami ingin memastikan yang kami bisa, kami berhenti menggunakannya untuk sementara waktu," kata juru bicara dewan kesehatan daerah seperti dikutip dari www.dutchnews.
Hasilnya bisa jadi karena penggunaan peralatan yang salah dan ini akan mendapat perhatian ekstra dalam beberapa hari mendatang. 'Bisa jadi ada tes tambahan dilakukan untuk melihat apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil,' kata RTL.
Rianne de Vrie, juru bicara Breathomix, produsen perusahaan di balik tes, mengatakan dia terkejut dengan reaksi dewan kesehatan itu.
'Penelitian kami menunjukkan bahwa hasil yang tidak meyakinkan dalam kurang dari 0,5 persen," katanya.
De Vrie mengatakan tes itu mungkin tidak digunakan dengan benar. Misalnya, perlu ada kecepatan internet yang memadai di lokasi pengujian dan tidak boleh ada disinfektan yang mengandung alkohol yang digunakan untuk membersihkan mesin, katanya.