Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh Usai Vaksin, 4 Fakta Serupa
Juru kunci makam Bung Karno, Nur Rockhim, usia 44 tahun, warga Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Blitar, mengalami lumpuh usai menerima vaksin Covid. Hal serupa juga dialami oleh seorang guru perempuan di Sukabumi, bernama Susan.
Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh
Adalah Nur Rockhim, usia 44 tahun tergeletak lemas ketika Ngopibareng.id mengunjungi kediamannya, pada Kamis 6 Mei 2021. Kondisi itu dialaminya sejak Selasa, 4 Mei 2021 lalu. Namun sebelum itu, pria berstatus aparat sipil negara (ASN) ini mengalami kemerosotan kesehatan sejak menerima vaksin Covid-19, pada 11 Maret 2021 lalu.
"Suami saya sebenarnya mengeluh ketika mendapat suntikan pertama vaksin pada 11 Maret 2021. Tapi tidak parah, hanya lemas saja," katanya Munifatul Khotimah, usia 38 tahun.
Kondisi Semakin Parah Usia Vaksin Kedua
Keluhan demam pada vaksin pertama berhasil reda setelah diberi obat penurun demam. Namun, usai suntikan kedua pada 16 April lalu, Nur Rockhim mengalami keluhan yang lebih parah. Tak hanya lemas, juru kunci makam Bung Karno ini juga mengeluh tak bisa buang air kecil dan demam.
Ia juga tak mampu berjalan akibat ngilu sendi yang dirasakannya. Hingga pada 26 April 2021. Nur Rockhim dirujuk ke RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar untuk dirawat selama empat hari. Hasilnya, menurut Munifatul, kondisi suaminya membaik, meski kemudian menurun setelah pulang kembali ke rumah.
Guru Sukabumi Lumpuh Usai Vaksin
Kondisi serupa juga dialami oleh guru honorer bernama Susan Antela, usia 31 tahun, di Sukabumi. Warga Dusun Pasir Talaga, Desa Cicadas, Sukabumi, ini mengalami kelumpuhan beberapa menit setelah mendapatkan vaksin dosis kedua, pada 31 Maret 2021 lalu. Saat itu, Susan dan sejumlah guru menjalani vaksinasi di Cisolok.
Kerabat Susan, Opi, usia 43 tahun memaparkan, Susan mengalami pendarahan pada bekas lukanya. 10 menit setelah itu, guru mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri Cisolok itu mengalami pusing dan badannya bergetar.
Petugas Puskesmas kemudian memintanya istirahat sejenak. Namun yang terjadi, tangan dan kaki Susan mulai kaku. Matanya berkunang-kunang. Guru yang 9 tahun mengabdi itu lantas dilarikan ke RSUD Pelabuhan Ratu. Rumah sakit ini kemudian merujuk Susan ke RS Hasan Sadikin Bandung di hari yang sama.
Di rumah sakit itu guru Susan menjalani perawatan hampir sebulan. Hasilnya, "Bicara agak lumayan, tapi tidak bisa lama. Hanya saja matanya masih buram, tangan dan kakinya bisa digerakkan, tapi tidak bisa berjalan," kata Opi, dilansir dari kompas.com.
Komisi Nasional KIPI Turun Tangan
Kasus guru Susan membuat Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari, turun tangan.
Hasil investigasi menemukan tak cukup bukti untuk menyebut kondisi kelumpuhan guru Susan terjadi akibat vaksinasi. "Tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya keterkaitan KIPI dengan imunisasi yang diberikan," katanya dilansir dari detik.com, pada Minggu, 2 Mei 2021.
Menurutnya, berdasarkan diagnosis dokter, guru Susan mengalami guillain barre syndrome, kelainan yang disebabkan adanya gangguan pada kekebalan tubuh sehingga menyerang saraf. (Ngo/Dtk/Kmp)
Advertisement