Jumlah Politikus yang Sering Berbohong, Ini Memang Fakta Konyol
Banyak orang kecewa dengan kebijakan pak Lurah. Para pendukungnya, dibikin terkaget-kaget karena ternyata pak Lurah menciderai kepercayaan mereka.
Awalnya, pak Lurah dan keluarganya, khususnya anak-anaknya tidak berorientasi duduk di jajaran pemerintahan. Mereka lebih sibuk bikin bakso, usaha jualan online, dan ada yang suka bikin martabak manis.
Namun, seiring perjalanan waktu, di antara anak-anaknya, ternyata pingin menjadi ketua RT, ada yang berebut jabatan sebagai ketua RW. Bahkan, menantunya pun akhirnya menjadi perangkat di pemerintahan.
Tapi, begitulah fakta di suatu kampung negeri. Memang, ada humor khas tentang para politikus kita yang suka berbohong lho. Sayangnya, jumlah mereka secara persis berlum diketahui. Ini fakta yang konyol.
Jumlah Politikus yang Sering Berbohong
Sebuah bis penuh dengan para politikus. Mereka keluar dari jalan dan menabrak sebuah pohon besar di ladang petani tua.
Setelah menyelidiki peristiwa yang terjadi, petani tua itu menggali sebuah lubang dan mengubur mayat politikus-politikus itu.
Beberapa hari kemudian, seorang sherif lokal lewat dan bertanya kepada petani tua itu, "Apakah mereka semua mati?"
Petani tua itu menjawab,
"Begini. Beberapa dari mereka berkata, bahwa mereka belum mati. Tapi Anda 'kan tahu betapa seringnya politikus itu berbohong."
Ketika Megawati Ogah Mau Dipanggil Pak Harto
Setelah peristiwa 27 Juli 1996, yang menghebohkan itu, ada kabar santer yang membuat masyarakat luas, khususnya pendukungnya terperangah.
"Megawati tidak mau dipanggil Pak Harto", kata seorang teman.
Wah buru-buru kita menganalisis mengapa keadaan menjadi begitu runyam. Dan analisis dari kejadian lalu hingga sekarang, sampai terjadi diskusi yang berkepanjangan.
Tiba-tiba teman yang melontarkan gosip tersebut menengahi dan menginformasikan bahwa memang benar demikian adanya. Sebab pertama ialah Megawati seorang ibu. Jadi tidak mau dipanggil Pak. Kedua, bahwasannya namanya Megawati dan bukan Harto. Jadi, dia hanya mau dipanggil Ibu Mega atau mBak Mega dan bukan Pak Harto.
Ha ha ha....
Advertisement