Pohon Angsana masih Dominan Jadi Penghijauan di Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DRKTH) mengakui jika saat ini pohon angsana alias sono masih paling banyak mendominasi untuk penghijauan di Surabaya. Jumlahnya masih ada sekitar seribu lebih berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau.
"Jumlah pohon di Surabaya kira-kira ya seratus ribuan. Namun terbanyak memang angsana jumlahnya seribu lebih. Itu yang termonitor oleh DKRTH," kata Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau DKRTH Surabaya, Rochim Yuliadi.
Pohon angsana ini diklaim pakar teknik lingkungan ITS sebagai pohon yang sensitif dengan air tanah di Surabaya yang cenderung asin. Sifatnya yang sensitif dengan air tanah yang cenderung asin tersebut menyebabkan akarnya tak kuat menghujam tanah.
Akar pohon angsana cenderung tumbuh horisontal untuk menghindari air tanah yang asin. Akibatnya, akar menjadi tak kuat menghujam tanah yang mengakibatkan mudah tumbang.
“Kalau melihat pola tumbuhnya akar, pohon ini cederung sensitif terhadap air tanah yang asin,” kata Edi Sujana pakar lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat dikonfirmasi ngopibareng.id beberapa waktu lalu.
Pemkot Surabaya sebenarnya juga sudah menyadari ‘kelemahan’ pohon sono itu tadi. Pohon sono ini ditanam oleh Pemkot sekitar tahun 1975 untuk penghijauan. Namun, setelah itu Pemkot Surabaya tidak pernah menanam pohon jenis ini lagi.
Pemerintah Kota Surabaya memberikan target kepada Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DRKTH) untuk menanam pohon sebanyak 20 ribu setiap tahunnya di Kota Surabaya. Rochim pun menilai, Kota Surabaya bagaikan hutan.
"Itu kewajiban DRKTH setiap tahunnya, belum lagi yang tumbuh secara liar, bisa dibayangkan, bagaimana Kota Surabaya ini, seperti hutan," ucap Rochim.
Pasca banyaknya pohon tumbang terutama pohon jenis angsana, Rochim memastikan pemangkasan akan selalu dilakukan pihaknya secara rutin.
"Memang dari data tahun 2019 lalu, pemangkasan lebih banyak terjadi di medio bulan Januari-Juni. Dan memang di bulan tersebut musim hujan. Kalau angsana, kita pastikan DKRTH tidak pernah menanam ya untuk saat ini, pohon angsana yang ada di Surabaya sudah ada sejak tahun 1975-an kira-kira," jelasnya.
Untuk proses pemangkasan setiap hari, DRKTH mengaku wajib memangkas pohon sebanyak 160-175.
"Bila tidak mencapai angka tersebut, hutang DRKTH semakin banyak. Bisa dibayangkan setiap hari saja dari camat dan lurah, ada pengajuan 20-30 surat tiap hari, itu hanya untuk pohon yang ada di pemukiman, bukan di jalan utama," pungkasnya.
Advertisement