Jumlah Gagal Ginjal Akut Pada Anak Menjadi 206 Kasus
Jumlah gagal ginjal akut pada anak kini mencapai 206 kasus dari 20 provinsi laporan di Kementerian Kesehatan pada 20 Oktober 2022. Jumlah ini meningkat dari sehari sebelumnya sebanyak 189 kasus per tanggal 18 Oktober 2022.
Rata-rata anak yang mengalami gagal ginjal akut didominasi anak usia antara 1-5 tahun. Laporan yang masuk dari Kementerian Kesehatan itu dihitung mulai akhir Agustus hingga pekan ketiga Oktober 2022.
Sedangkan angka kematian sebanyak 99 anak. Untuk angka kematian pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo, Jakarta, mencapai 65 persen.
Menurut Juru Bicara Kemenkes dr Syahril, hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian gangguan gagal ginjal akut dengan vaksin Covid-19 atau karena infeksi Covid-19.”Karena gangguan gagal ginjal akut pada umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun. Sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1-5 tahun,” tegasnya dikutip dalam laman Kemenkes, pada 20 Oktober 2022.
Atas kasus gagal ginjal akut, Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ahli Epidemiologi, Ikastan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Farmakolog dan Puslabfor Polri melakukan pemeriksaan laboratorium. Yaitu memastikan penyebab dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi oleh pasien. Sementara ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan kasus gagal ginjal akut. Saat ini Kemenkes dan BPOM masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif termasuk kemungkinan faktor risiko lainnya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Yaitu untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat. Nantipada saatnya hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
''Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,'' tutur dr Syahril. ''Sebagai alternatif dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya,'' katanya.
Perlunya kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah untuk segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keluarga pasien diminta membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya. Juga menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.
Sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas kasus gagal ginjal akut Kemenkes melalui RSCM telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri.