Jumat Call, Ini Lima Pesan Gus Mus yang Menyentuh Hati
KH Ahmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibiin, Leteh, Rembang, senantiasa mengingatkan kepada semua umat Islam untuk mengingat hari Jumat. Hari istimewa dalam seminggu, yang di dalamnya, kaum mukmin berkesempatan untuk menjalankan ibadah istimewanya.
Gus Mus, mempunyai kebiasaan indah. Setia Hari Jumat, menyampaikan pesan-pesan khusus. Terkadang bermuatan kata mutiara, terkadang menyitir hadis, dan pesan-pesan yang menakjubkan. Gus Mus menyebutnya: Jumat Call.
Terlebih dulu Gus Mus menyapa dengan menulis di akun media sosialnya, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi. Semoga Allah memberkahi Jum'at kita dan menyelamatkan kita dari segala hal yang buruk di dunia ini maupun di akhirat kelak."
Berikut lima pesan Gus Mus yang menyentuh hati dalam Jumat Call:
1
Sebagai kaum beriman, kita perlu mewaspadai keinginan dan kepentingan-kepentingan sesaat kita; jangan sampai kepentingan utama dan hakiki kita kelak terkendala olehnya.
2
Dengan mencintai Allah, kita bisa beribadah dengan bergairah. Dengan mencintai Rasulullah, kita bisa mengikuti jejaknya tanpa lelah. Dengan mencintai sesama, pergaulan kita bisa menjadi indah. Dengan mencintai keluarga, bisa tercipta kehidupan yang bahagia dan sakinah. Dengan mencintai pekerjaan, apa yang kita kerjakan bisa menjadi ringan dan mudah. Lihat Lebih Sedikit
3
Orang yang paling dicintai Rasulullah SAW dan paling dekat kedudukannya dengan beliau di Hari Kiamat kelak, bukanlah orang yang paling banyak ilmunya; bukan yang paling rajin ibadahnya; atau yang paling tinggi pangkatnya, tapi: *orang yang paling baik akhlaknya. (Dari Hadis Nabi)
4
Bila kita tidak atau belum mampu menampilkan keindahan agama kita melalui perilaku kita, setidaknya janganlah sampai kita mencemari 'wajah'nya.
5
Pesan orang bijak: "Ingatlah selalu bahwa tidak semua yang kita sukai itu selalu membahagiakan kita dan tidak selalu yang tidak kita sukai itu selalu menyusahkan kita."
KH Ahmad Mustofa Bisri, selain dikenal sebagai kiai pesantren, juga terkenal sebagai penyair. Di antara karyanya, Di 'Negeri Daging', cukup menyentuk jagat sastra di Indonesia.
Dengan Negeri Daing, bagi Gus Mus, orang yang akan membuka praktek kedokteran untuk konsultasi kesehatan atau mengobati fisik/jasmani masyarakat, minimal harus memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis. Untuk mendapatkan ijazah dokter, mahasiswa kedokteran tidak cukup hanya dengan menempuh studi 8 semester. Masih ada tahapan-tahapan dan ujian-ujian lain.
"Kalau pun terjadi mala praktek, paling hanya berakibat pada fisik/jasmani di dunia ini saja. Sementara untuk 'dokter ruhani' bagi kesehatan jiwa (dan apabila terjadi mala praktek, dampaknya bisa dunia-akhirat), di 'Negeri Daging' tidak diperlukan ijazah, bahkan sekadar sertifikat. Yang diperlukan hanya k e b e r a n i a n menghadapi Yaumul Hisab."
Demikian Kiai Mustofa Bisri berpesan.