Jualan Offline dan Online Sepi, Pembeli Lebih Suka Bayar Kredit
Beberapa hari terakhir ini media massa dihebohkan dengan keluhan pedagang offline yang sepi. Begitu juga ketika mereka mencoba peruntungan dengan berjualan secara online di e-commers juga menemukan hal yang sama.
Seperti terjadi di Pasar Kapasan, Surabaya. Pusat grosir pakaian yang terkenal ramai, kini sepi pembeli. Fatimah, salah satu pedagang mengatakan, sepinya pembeli ini kemungkinan karena banyak yang membeli barang secara online.
"Waktu pandemi dulu tidak sesepi ini. Gara-gara banyak yang live jualan online, kondisi pasar sudah tidak seperti dulu. Di sini jualannya banyak tapi yang beli sedikit," kata Fatimah, Kamis, 21 September 2023.
Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), Gigih Prihantono mengatakan, tren saat ini masyarakat lebih suka membeli barang dengan mencicil atau kredit. Sehingga berjualan offline atau online tidak bisa menjamin akan ramai pembeli.
"Jadi bukan platform jualannya, melainkan tren masyarakat saat ini lebih suka membeli dengan cara mencicil. Saat ini banyak muncul pinjaman online (pinjol) dan lainnya," terangnya.
Lebih lanjut, Gigih mengungkapkan, tren ini bisa menjadi peluang atau ancaman tergantung dari bagaimana pedagang menyikapinya.
"Itu tren baru. Tren ini bisa menjadi peluang, tergantung para pedagang mau melakukan strategi serupa, tapi memang harus ada perhitungan yang matang. Tren baru ini juga bisa jadi ancaman, misalnya kredit macet, karena pembeli lebih suka membeli secara kredit," kata Gigih.
Menurutnya, toko ritel secara offline dan online tidak akan berpengaruh terhadap putaran ekonomi, karena hanya platformnya saja yang berbeda.
"Pembelian online punya kelemahan mengenai kualitas barang dan lainnya. Ketika akan direturn harus melalui proses panjang. Tapi kalau offline pembeli bisa pilih-pilih barang," katanya.
Advertisement