Jual Meteorit, Pria Tapanuli Ini Dapat Rezeki Nomplok dari Langit
Mendapat rezeki langsung yang jatuh dari langit, bagi semua orang adalah hil yang mustahal. Namun, istilah itu tak berlaku bagi Josua Hutagalung, seorang pria yang tinggal di Tapanuli Tengah.
Sekitar pukul 16.00 waktu setempat pada 1 Agustus 2020 yang lalu, dia dikagetkan dengan suara gedeeebuk....Benda keras jatuh dari langit yang menimpa atap rumahnya. Lokasinya, antara ruang tengah dan dapur. Atapnya sudah bolong.
Saat mengecek asal suara tersebut, dia kemudian melihat tanah tempat jatuhnya benda tersebut. Ternyata ada batu yang kemudian diketahui meteorit jatuh di rumahnya. Meteorit itu masuk ke dalam tanah sedalam sekitar 15cm.
"Kemudian istri saya menggali dengan cangkul. Lalu diambil. Batunya saat diambil sudah hangat, tak panas," kata Josua seperti dikutip dari detik.com.
Atas temuan itu, ia kemudian menyimpannya. Namun, sekitar 17 Agustus lalu, Josua dihubungi seorang bule. Namanya Jared Collins. Jared ini menyebut berminat ingin membeli batu meteorit temuan Josua.
Akhirnya harga disepakati. Untuk sebuah batu yang jatuh dari langit dihargai Rp200juta. Fantastis bukan? Tapi tunggu dulu.
Oleh Jared Collins, batu meteorit temuan Josua itu dijual ke Jay Piatek seorang warga negara Amerika. Jay Piatek rupanya seorang kolektor meteor yang sudah ternama di dunia. Bahkan komunitas astronomi di Amerika mengakui kepiawaian Piatek.
Ternyata, pecahan batu dari Josua itu kemudian dijual kembali seorang kolektor kedua melalui situs jual-beli eBay. Harganya seharga 757 poundsterling atau sekitar Rp14,1 juta per gram. Padahal batu yang dijual Josua itu seharga Rp200 juta itu, punya berat 1.800 gram.
Jika dijual per gram, maka totalnya duitnya bisa mencapai hampir 1,4 juta poundsterling atau setara dengan Rp26 miliar.
Meteorit tersebut diklasifikasikan sebagai CM1 / 2 Carbonaceous Chondrite. Varietas yang sangat langka itu resmi dinamai Kolang.
Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), Rhorom Priyatikanto menyebut batu meteroit tipe kondrit yang diduga jatuh di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, menyimpan informasi tentang masa lalu tata surya.
"Meteorit tersebut sangat bernilai dari perspektif ilmiah," Rhorom Priyatikanto seperti dikutip dari CNN Indonesia.