Jokowi Semakin Meroket Tak Terbendung
Ada sejumlah event yang melambungkan nama Jokowi hingga ketinggiannya menjadi sulit untuk dijangkau oleh siapa pun yang menamakan dirinya sebagai barisan oposisi.
Meroketnya nama Jokowi bermula dari sukses penyelenggaraan Asian Games XVIII yang begitu memukau dan menuai banyak pujian dari berbagai lapisan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Kerja besar ini telah mengangkat citra positif olahraga nasional dengan perolehan 31 medali emas dan menempatkan Indonesia di urutan ke-4 negara-negara peserta Asian Games.
Gebrakan ini menebar keharuman nama Jokowi yang mewangikan langit Nusantara dari Sabang hingga Merauke. Mengharumnya nama Jokowi berlanjut dengan sukses penyelenggaraan Asian Para Games III yang menempatkan Indonesia sebagai negara peserta di urutan ke-5 dengan perolehan 37 medali emas.
Suatu capaian prestasi luar biasa di arena Asian Games maupun Asian Para Games ini merupakan rekor yang fantastis dibandingkan capaian sebelum-sebelumnya.
Padahal sebelum kedua event akbar ini digelar, begitu gencar berbagai penyangsian dan cemooh dilansir oleh kubu oposisi.
Bahkan seorang mantan Menteri Olahraga semasa pemerintahan SBY, sempat melontarkan ejekan yang menyangsikan target yang dicanangkan Presiden Jokowi dalam kaitan perolehan medali emas.
Ternyata hasilnya di luar dugaan. Indonesia menjadi negara yang disegani dan mulai diperhitungkan!
Kiprah Presiden Jokowi di wilayah olahraga ini, terbukti telah melahirkan energi positif yang berhasil menumbuhkan kebanggaan rakyat Indonesia terhadap tim nasional mereka. Belum lagi sederet capaian prestasi dari berbagai cabang olahraga sebelumnya.
Seperti keberhasilan menggeliatkan kembali PSSI, bertambah kian bermutunya penampilan tim sepakbola junior kita, dan cabang olahraga lainnya yang mengalami peningkatan prestasi yang cukup signifikan.
Sehingga banyak yang kemudian meyakini bahwa Jokowi adalah sosok presiden pembawa "hoki" bagi dunia olahraga kita. Tak lupa acungan jempol juga kepada Menpora Imam Nachrowi!
Meroketnya nama Jokowi ternyata tidak berhenti sampai di sini saja. Sukses penyelenggaraan perhelatan rapat kerja akbar IMF-World Bank Annual Meeting di Bali yang baru saja berakhir, telah memompa nama Jokowi kian menggelembung dan melambung tinggi.
Decak kagum para peserta annual meeting terekspresikan lewat berbagai komentar para petinggi institusi keuangan dunia. Tak kurang pujian datang dari Managing Director-Chairwoman IMF, Christine Lagarde yang memuji pidato Jokowi dalam sambutannya di depan peserta annual meeting IMF-World Bank.
Dari sejumlah capaian kerja gemilang Jokowi yang sangat meyakinkan ini, barisan oposisi yang mengharap terjadinya pergantian presiden pada Pilpres 2019, dipaksa untuk lebih bekerja keras, cerdas, dan lebih fokus. Pola serangan yang bersifat pribadi dengan gaya nyinyir, terbukti malah membuat Jokowi bertambah kuat dan besar.
Isu PKI sudah basi, Isu anti Islam sudah kehilangan pijakan, Isu pro Asing-Aseng tak lagi meyakinkan, sehingga merubah strategi, pola, dan cara kampanye 2019 Ganti Presiden, merupakan jalan ke luar satu-satunya bagi kubu Prabowo-Sandi.
Bila pola berkampanye kubu oposisi dalam menggembosi popularitas Jokowi dilakukan dengan cara-cara yang nyinyir dan cenderung provokatif, bisa dipastikan Jokowi dua periode tak terbendung lagi.
Kelompok oposisi harus tampil lebih simpatik, lebih visioner, dan lebih bisa dipercaya dan meyakinkan masyarakat; bahwa lewat kepemimpinan presiden baru bangsa ini akan lebih maju, lebih berdaulat, berkarakter, dan berwibawa.
Prabowo yang lebih smart, santun, dan rendah hati, perlu dimunculkan hingga rakyat meyakininya. Tapi sayangnya yang lebih menonjol justru tampilan para elite di barisan oposisi yang lebih suka memperolok-olok sosok Jokowi secara intens.
Tak satu pun acungan jempol pernah diberikan kepada Jokowi oleh anggota barisan oposisi atas berbagai kerjanya yang gemilang. Seperti pada saat Asian Games dibuka dan berakhir dengan sangat membanggakan, para pendukung Prabowo-Sandi tetap saja nyinyir sambil terus mencari titik kelemahan Jokowi.
Dengan cara ini justru malah membangkitkan simpati rakyat terhadap Jokowi. Sehingga andai saja bulan depan pilpres digelar, kemenangan telak dipastikan bakal diraih Jokowi.
Tapi bagi kubu Jokowi harap ingat, Pemilu-Pilpres masih 5 bulanan lagi untuk sampai pada hari H, hari pencoblosan. Dalam politik masa lima bulan merupakan waktu yang cukup panjang bagi berbagai kemungkinan bisa terjadi.
Hanya saja, bila kubu oposisi tetap bertahan dalam kualitas seperti yang dipertontonkan selama ini, upaya 2019 Ganti Presiden keberhasilannya semakin menyempit dan mengecil, alias upaya yang hanya buang-buang waktu.
Apalagi bila Jokowi dan para pendukungnya terus berzikir, berpikir, bekerja, dan berjuang penuh ikhlas membangun negeri, dipastikan dorongan Jokowi dua periode, tak mungkin dapat dibendung. Kecuali… kondisi ekonomi kian parah dan memburuk. Hanya ini yang mampu membendung Jokowi 2 Periode!
*) Oleh Erros Djarot - dikutip sepenuhnya dari laman watyutink.com
Advertisement