Jokowi Minta Harga Jagung Rp4.500, Petani Jember Menangis
Baru saja petani jagung Kabupaten Jember sedikit merasakan senyum karena hasil panennya dibeli dengan harga layak. Namun, kini kembali dipaksa kembali menangis setelah mendengar rencana Presiden Jokowi menurunkan harga pakan jagung ke Rp4.500 per kilogram.
Keinginan menurunkan harga jagung itu disampaikan Jokowi saat menerima perwakilan Perhimpunan Insan Perunggasan dan Peternak Ayam Petelur, Rabu, 15 September 2021, di Istana Negara, Jakarta.
Bahkan Jokowi saat itu juga menginstruksikan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Perdagangan M. Lutfi untuk memberikan harga jagung seharga Rp4.500 per kilogram kepada peternak.
Kabar keinginan Jokowi menurunkan harga pakan itu menjadi angin segar bagi peternak unggas petelur yang sempat menjerit akibat mahalnya harga pakan ayam petelur yang mencapai Rp6.500 per kilogram. Namun bagi petani, keinginan Jokowi itu dapat mengancam kelangsungan hidup petani jagung.
Harga jagung per hari ini di Kabupaten Jember berada di kisaran Rp5.000 sampai Rp5.300 per kilogaram. Dengan harga yang sebenarnya tidak cukup besar itu, petani jagung mulai bisa tersenyum meski keuntungan yang diperoleh sedikit.
“Dengan harga segitu petani tersenyum meski keuntungannya tidak banyak,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, Jumantoro, Kamis, 16 September 2021.
Jumantoro menyayangkan sikap Jokowi yang ikut cawe-cawe menurunkan harga jagung. Padahal saat harga jagung dibeli dengan harga sangat murah, Jokowi tidak pernah memberi perhatian.
“Giliran harga naik presiden sampai ikut cawe-cawe. Tapi saat harga rendah, Jokowi tidak pernah cawe-cawe, itu kan lucu. Ayolah juga dipikirkan nasib petani,” ujar Jumantoro.
Jumantoro berharap Presiden Jokowi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Dengan harga jagung Rp4.500 di tingkat pedagang, nanti pedagang akan mengambil dengan harga Rp 4.000 per kilogram dari petani, bahkan bisa di bawah harga itu.
“Jangankan harga di bawah Rp4.500, harga Rp4.500 per kilogram saja, petani jagung sudah nyaris tak dapat keuntungan apa-apa,” lanjut Jumantoro.
Jumantoro tidak dapat membayangkan bagaimana nasib petani jagung jika harga benar-benar turun ke Rp4.500 di tingkat pedagang. Ditambah dalam situasi saat ini petani kesulitan mendapat pupuk bersubsidi, sehingga terpaksa menggunakan pupuk non subsidi meskipun dengan harga mahal.
“Kalau harga jagung turun di bawah Rp 4.500 di tingkat petani, bisa-bisa petani nyungsep (jatuh) di saat modal bertani yang cukup tinggi karena pupuk subsidi yang terbatas,” pungkas Jumantoro.
Advertisement