Jokowi Meniru Ilmu Kancil dan Abunawas Hadapi Ekonomi Tak Pasti
Presiden Jokowi mengatakan, butuh pemikiran jurus kancil melompat-lompat seperti Abu Nawas untuk menyiasati perekonomian di tengah ketidakpastian global saat ini. Saat ini, lanjut Presiden Jokowi, landscape perekonomian global berubah pasca pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik. Arahnya pun tidak bisa ditebak.
"Dibutuhkan pemikiran yang Abu Nawas, yang kancil-kancil, melompat-lompat, tapi memang harus seperti itu," ungkapnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta Rabu 7 Septemberv2022.
Menurut Presiden Jokowi, fokus kerja tidak hanya pada ekonomi makro saja, tetapi juga harus memperhatikan mikro. Selain itu, lanjut Presiden Jokowi, keadaan ekonomi yang tidak pasti ini segala instrumen yang dimiliki pemerintah, seperti instrumen fiskal dan moneter kadang luput.
"Kondisi ini tak dialami Indonesia. Tapi semua negara di dunia. Betul-betul kita diuji karena geo politik global sangat tidak jelas," imbuh Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengaku mendengar curahan hati para pemimpin dunia soal kondisi ekonomi saat ini. Saat berbincang dengan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres dan para pimpinan negara G7, Presiden Jokowi menyebut, semua negara mengeluhkan hal yang sama, yakni soal kondisi perekonomian.
"Beliau-beliau menyampaikan, 'Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit. Terus kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap.' Ini bukan Indonesia, ini dunia, hati-hati," ujarnya.
Presiden Jokowi menilai dampak krisis perekonomian dunia telah terasa. Ia kembali mengutip Dana Moneter Internasional (IMF) soal 66 negara diprediksi ambruk. Pada saat yang sama, negara-negara di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi turun, tapi inflasi naik, harga-harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan, dunia pada kondisi yang mengerikan," terang Presiden Jokowi.
Dikutip dari Biro Pers Media dan Informasi Setpres, dalam Sarasehan 100 Rkonom, Presiden Jokowi berkesempatan menyampaikan pidato tentang pokok-pokok pikiran dan agenda pemerintah RI, untuk keluar dari krisis ekonomi yang mendera dunia.
Sarasehan 100 ekonom ini mengusung tema 'Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia'. Gelaran tersebut, diprakarsai Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), bekerja sama dengan CNBC Indonesia.
100 ekonom yang diundang berasal dari berbagai latar belakang. Mereka diharapkan bisa memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan, agar ke depannya hadir langkah-langkah efektif dalam menghadapi dinamika perekonomian global. Terlebih, sejumlah lembaga internasional memprediksi tantangan ekonomi dunia semakin kompleks, mulai dari efek konflik Rusia-Ukraina, krisis pangan, hingga faktor cuaca ekstrem.
Forum para ekonom akan dibagi dalam empat klaster, yakni:
Moneter, Perbankan, Keuangan
Fiskal dan Pembangunan Daerah
Industri dan Perdagangan
Energi dan pangan