Jokowi Kuasai Media Mainstream, Prabowo Harus Andalkan Medsos
Tim Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno agar mengandalkan media sosial untuk mengimbangi media "mainstream" yang sebagian besar sudah berpihak ke Capres-Cawapres Jokowi-Ma`ruf Amin.
Saran itu disampaikan wartawan senior Aat Surya Safaat, kemarin. "Jokowi sudah `menguasai` media mainstream. Maka, tidak ada cara lain yang harus dilakukan Prabowo-Sandi untuk mengimbangi, bahkan mengalahkan Jokowi-Ma¿ruf adalah dengan mengandalkan media sosial dan jejaring sosial, selain memanfaatkan secara optimal media `online` di luar yang dimiliki media mainstream," katanya di Jakarta.
Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara 2016-2017 yang juga pernah menjadi Kepala Biro Kantor Berita Antara di New York AS selama lima tahun (1993-1998), itu mengemukakan keterangan tersebut terkait bagaimana kiprah dan pengaruh media sosial pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurut Aat, dengan masuknya pengusaha Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma¿ruf Amin, kekuatan Jokowi-Ma¿ruf Amin dari sisi media massa diyakini semakin besar.
Erick adalah pengusaha media yang memiliki saham di bisnis radio, media cetak dan televisi. Selain Erick, sejumlah pemilik media juga mendukung Jokowi-Ma`ruf Amin, seperti Hary Tanoesoedibjo, Surya Paloh, dan James Riady.
Wartawan senior itu juga mengemukakan, peran media massa dalam mempengaruhi opini publik luar biasa, sehingga ada adagium yang menyebutkan bahwa "media bisa mengubah cacing menjadi naga, atau sebaliknya mengubah naga menjadi cacing".
Maka, peran media massa, baik media cetak (suratkabar, tabloid, dan majalah) maupun media elektronik (radio, televisi, dan film/video) tidak bisa diabaikan, termasuk tentunya media daring (online), media sosial, dan jejaring sosial yang tergolong ke dalam kategori media baru (new media) era internet.
Media "online" (syber media) itu sendiri dalam bahasa Indonesia disebut media daring (dalam jaringan), yakni media dalam jaringan internet. Di Indonesia kini terdapat lebih dari lima ratus perusahaan media daring. Mereka tergabung dalam Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Sementara itu media sosial adalah forum daring yang berfungsi sebagai sarana berbagi atau bertukar infomasi dan saling komentar. Termasuk media sosial adalah Blog, Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, LinkedIn, dan Flickr.
Adapun jejaring sosial adalah bagian dari media sosial, yaitu berupa pemanfaatan media sosial untuk membangun jaringan pertemanan, bisnis, atau pergerakan melalui aplikasi chatting seperti WhatsApp (WA) dan Line.
Aat juga mencontohkan betapa media sosial berpengaruh besar terhadap kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden yang paling ketat sepanjang sejarah Amerika Serikat dengan mengalahkan Hillary Clinton.
Menurut mantan pimpinan Kantor Berita Antara di Amerika itu, Trump dalam sebuah wawancara dengan CBS sesaat setelah Pilpres Amerika mengemukakan bahwa media sosial seperti Twitter dan Facebook dijadikan alat untuk "menyerang balik" berbagai pemberitaan negatif mengenai dirinya.
Presiden Amerika itu mengakui pengaruh media sosial sangat besar karena memiliki kekuatan lebih masif ketimbang uang kampanye yang dikeluarkan pihak Hillary Clinton. Khusus di jejaring Facebook, Instagram, dan Twitter, Trump telah meraup sekitar 28 juta koneksi alias pengikut.
Aat menambahkan, kekuatan media sosial dan jejaring sosial juga telah menyebabkan pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak di Mesir. Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, menyusul demonstrasi besar-besaran selama 18 hari pada tahun 2011.
"Sekarang tinggal bagaimana pintar-pintarnya Timses Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma¿ruf Amin dalam memanfaatkan media sosial dan jejaring sosial serta media `online` untuk keberhasilan mereka masing-masing dalam Pilpres 2019," tutur anggota aktif pada United Nations Correspondent Association (UNCA) dan New York Foreign Press Center saat bertugas di Amerika itu. (ar/an/ma)
Advertisement