Jokowi: Kondisi Ekonomi Saat Ini Lebih Berat Dari Krisis 1998
Presiden Joko Widodo mengatakan kondisi ekonomi Indonesia cukup berat
khusunya di kuartal II tahun 2020 ini lantaran terdampak pandemi virus corona Covid-19. Pengakuan Jokowi disampaikan dalam pertemuan dengan sejumlah purnawirawan di Istana Bogor, Jumat 19 Juni 2020.
"Saya harus berbicara apa adanya. Di kuartal kedua ini kita akan minus. Mungkin sampai minus 3 sampai 3,8 persen. Perkiraan kami seperti itu," kata Jokowi.
Jokowi bahkan menyebut kondisi saat ini lebih berat dari krisis ekonomi tahun 1998. Menurutnya, pada 1998 lalu yang terdampak hanya sektor perbankan dan konglomerat besar, tetapi saat ini semua sektor di akar rumput turut terdampak.
"Sekarang semuanya (terdampak) karena produksi terkena, suplai terkena, demand terkena. Usaha mikro terkena, usaha kecil terkena, usaha menengah terkena, usaha besar terkena," ujar Presiden.
Menurut Jokowi, kondisi ekonomi yang sulit ini dialami hampir semua negara, bukan hanya memukul Indonesia.
Berdasarkan data yang diterima Presiden dari Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia pun akan turun.
Bahkan lembaga-lembaga dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa pada tahun ini akan minus 9-12 persen.
Perkiraan pertama, mereka menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan turun kurang lebih minus 2,5. Tetapi terakhir dua hari yang lalu, OECD menyampaikan, minusnya bisa sampai enam hingga 7,6 pertumbuhan dunia," kata Presiden Jokowi.
Ia juga menegaskan, pemerintah tidak tinggal diam atas kondisi ekonomi yang sulit ini. Pemerintah memastikan ekonomi rakyat terbantu dengan memberikan bantuan sosial.