Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Pakar Sebut Kepentingan KTT G20
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia dalam misi perdamaian dua negara. Kegiatan ini pun menuai respons dari Pakar Hubungan Internasional (HI) dari Universitas Airlangga (Unair), I Gede Wahyu Wicaksana SIP MSi PhD.
Wahyu mengatakan, pertemuan dua negara Eropa Timur tersebut dapat membuka dialog. Hanya saja, hal tersebut sebatas menjalankan konstitusi semata.
"Kalau sekadar hanya mengikuti perintah konstitusi untuk menciptakan perdamaian dunia ya ikuti itu saja bolehlah, tapi kalau berharap akan ada hasil sebaiknya jangan, nanti mengecewakan," ujar Wahyu melalui keterangan tertulis.
Menurutnya, konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan persoalan historis yang melibatkan identitas. Kapasitas Indonesia untuk mendamaikan konflik antara Rusia dan Ukraina sangat kecil.
"Karena selama ini Indonesia belum menjadi pemain besar di kawasan Eropa Timur. Apalagi ditambah konflik internal di kawasan Asia Tenggara juga belum berhasil ditangani oleh Indonesia," jelasnya.
Ia pun mencontohkan, konflik perbatasan Indonesia dengan Malaysia saja, sampai sekarang belum terselesaikan. "Kok jauh-jauh. Terkadang kita tidak realistis menjalankan diplomasi," tambahnya.
Wahyu berpandangan, tujuan utama Jokowi mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin dinilainya untuk mendinginkan suasana sebelum acara pertemuan puncak (KTT) G20 di Bali.
Kenapa demikian? Karena di acara KTT G20 turut hadir Presiden Ukraina dan Presiden Rusia, tentu Jokowi tidak ingin adanya pertengkaran di forum resmi tersebut.
"Kepentingan Indonesia sebenarnya penyelenggaraan G20 summit supaya agak cooling down," tandasnya.