Jokowi dan Prabowo Masih Saling Intip
Oleh: Erros Djarot
Waktu pendaftaran Capres dan Cawapres kurang dari seminggu. Sampai detik ini, rakyat belum juga mengetahui secara pasti; siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal bertarung memperebutkan kursi no.1 dan 2 di Republik ini? Baru kepastian bahwa hanya akan ada dua pasangan yang akan saling berhadapan dalam Pilpres 2019 yang telah mendekati kenyataan.
Walau nama Jokowi sebagai petahana lebih dulu dipastikan bakal maju sebagai kandidat calon presiden pada Pilpres 2019, ini pun masih menyisakan misteri; Siapa gerangan sang wakil presiden yang bakal mendampinginya? Sementara di kubu Prabowo, jangankan menyoal cawapres, masalah Prabowo jadi maju atau malah rela memberikan pada figur yang lebih potensial untuk menang melawan Jokowi, masih menjadi pergunjingan yang menghangat.
Berdasarkan perhitungan politik dalam konteks kepentingan partai Gerindra sebagai peserta pemilu legislatif yang untuk pertama kalinya digelar bareng dengan Pilpres 2019, agak sulit membayangkan Prabowo memilih memberi kesempatan kepada kader atau figur lain di luar dirinya. Pertimbangannya sangat sederhana, Prabowo tidak mau kehilangan suara dari pendukung partai Gerindra yang begitu antusias menginginkan Prabowo maju sebagai Calon Presiden.
Menghindarkan kekecewaan para pendukung inilah yang memaksa Prabowo untuk tetap maju walau sejumlah masalah menghadangnya. Salah satunya yang sering digunjingkan oleh sejumlah pengamat adalah menghadapi masalah logistik atau dukungan finansial.
Berbeda lagi yang dihadapi Jokowi dalam kaitan memilih cawapres. Walau Jokowi sambil guyon sesumbar bahwa nama cawapres sudah ada di kantongnya, tapi apakah akan semudah merogoh kantong untuk membacakan nama yang ada di selembar kertas dalam kantongnya?
Kalau mudah dan begitu besar wibawa Jokowi untuk melangsir satu nama yang ada di kantongnya, dan saat dilempar ke atas meja pertemuan semua pemimpin partai pendukung tanpa keberatan mengamininya, masalah cawapres ini pasti sudah selesai. Tidak lama pasca pertemuan dengan ke-enam Ketua Umum partai pengusung; PDIP, Golkar, Nasdem PKB, PPP dan Hanura, nama itu (cawapres) dipastikan sudah beredar luas di berbagai media.
Sulit membayangkan Golkar sebagai partai terbesar kedua, mau begitu saja menerima sembarang nama yang bukan pilihannya tanpa kejelasan kompensasi pengganti harga kursi cawapres. Berdasarkan garis JK sebagai Wakil Presiden, Golkar mempunyai ‘jatah’ politik pembagian kapling kekuasaan yang sangat strategis.
Setidaknya keinginan menjadikan koalisi PDIP dan Golkar secara permanen, bisa menjadi pintu masuk yang sangat kuat bagi Golkar untuk membuka lebar ruang bargaining. Apalagi ketika Jokowi menyadari bahwa dukungan suara di parlemen sangat ia butuhkan untuk menjalankan pemerintahan secara mulus tanpa hambatan dari suara-suara miring DPR.
Hal inilah yang membuat nama-nama seperti Mahfud MD dan Moeldoko masih memerlukan dukungan kuat dari para pemimpin partai pengusung. Dalam situasi serba pekewuh ini, kemunculan nama Chairul Tanjung, menjadi strategis dimunculkan sebagai solusi alternatif bila ia datang dari bilik kubu Golkar. Tentunya dengan catatan; menyediakan tumpukan dana untuk meyakinkan para pimpinan partai pendukung yang lain, merupakan keharusan yang bersifat mutlak.
Jadi, siapakah cawapres pendamping Jokowi? Bisa jadi Jokowi sendiri baru akan lantang menjawab ketika kepastian siapa Cawapres Prabowo dan bahkan juga menunggu kepastian maju dan tidaknya Prabowo! Bagaimana pula dengan nama-nama Anies, AHY dan Sandiaga Uno, sederet nama-nama kaum muda yang konon sengaja dimunculkan?!
Sementara dari balik kubu Prabowo, pengintipan secara intensif siapakah yang bakal dipilih Jokowi sebagai cawapres, merupakan hal yang perlu didapat kepastiannya dalam rangka menentukan komposisi capres-cawapres dari kubu oposisi.
Itulah sebabnya mengapa sampai menjelang loket pendaftaran capres-cawapres dibuka pada hari pertama, 4 Agustus 2018, masih disangsikan kepastian nama pasangan capres-cawapres dari kedua kubu, telah mencapai titik kepastian. Nah, yang perlu kita garis bawahi, siapapun yang akan maju berlaga, kemenangan dari salah satu kubu tidak akan membawa manfaat bila dalam seluruh gerak pemenangan tidak menempatkan KEMENANGAN INDONESIA sebagai tujuan utamanya! Itu yang terpenting!!!
*Dikutip sepenuhnya dari watyutink.com.
Advertisement