Jokowi-Amin Nomer Satu, PKB Ikut Gemuyu
Dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden telah ditetapkan. Nomer urut telah diundi. Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapat nomer 1 (satu). Sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kebagian nomer urut 2 (dua).
Apalah arti sebuah nama, eh...nomer? Ada yang bilang nomer urut tidaklah penting. Sebab, calonnya hanya dua. Ini untuk calon presiden. Apalagi calonnya ya itu saja: Jokowi dan Prabowo. Sedangkan Partai Politik ada 14. Padahal, pilpres dan pileg berjalan serentak. Berbarengan.
Pilpres memilih orang yang akan menjadi orang pertama dan kedua di RI. Sedangkan pileg memilih para calon anggota legislatif sekaligus menentukan partai politik yang berkuasa di gedung parlemen. Baik di DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten. Juga memilih anggota DPD.
Pilpres menentukan apakah Jokowi akan terus memimpin satu periode lagi. Atau ia cukup sampai di sini dan digantikan penantangnya. Sedangkan pileg menentukan siapa saja yang akan menjadi wakil rakyat. Juga menentukan parpol apa saja yang akan tutup buku karena tidak memenuhi parlementery treshold, ambang batas, untuk bisa duduk di parlemen.
Tapi pemilihan bukan hanya soal kalah menang. Tapi juga soal simbol dan hal-hal teknis untuk memenangkan kontestasi. Siapa yang diuntungkan dengan masalah teknis pemilihan di tengah pemilihan serentak antara pilpres dan pileg ini?
Pengundian nomer urut adalah masalah teknis tahapan pemilihan presiden. Namun hal yang sangat teknis itu bisa dikapitasi alias dimanfaatkan untuk peserta pemilu lainnya dalam menggiring pemilih. Menggiring mereka untuk mencoblos partai politiknya.
PKB dan Gerindra
Nomer urut pilpres barangkali tidak begitu bermakna bagi kandidatnya. Tapi bisa nenguntungkan bagi partai pengusungnya. Apalagi yang mendapatkan kesamaan nomer dengan kandidat presiden yang diusungnya.
Parpol yang beruntung dengan punya kesamaan dengan kandidat presiden yang diusungnya kali ini PKB dan Gerindra. PKB dalam oileg 2019 mendapat nomor urut 1, sedangkan Jokowi-Amin juga mendapat nomer yang sama.
Yang paling beruntung lagi adalah Gerindra. Parpol yang didirikan Prabowo Subianto ini mendapat nomor urut 2 dalam Pileg 2019, dan sebagai kandidat Pilpres ketua umum partainya juga mendapat nomer urut yang sama. Pas banget.
Persoalannya adalah seberapa besar kesamaan nomer pileg dan pilpres tersebut bisa mendongkrak perolehan suara PKB dan Gerindra? Belum ada rumus yang bisa memastikannya. Yang pasti, kesamaan nomer tersebut akan memudahkan desain komunikasi maupun kampanye mereka.
"Coblos nomer 1 untuk Pilpres, Coblos Nomer 1 untuk Pileg. Jangan lupa, Nomer 1 untuk Pak Jokowi dan Nomer 1 untuk PKB," demikian kira-kira dalam kampanye mereka. PKB bisa diuntungkan karena Jokowi adalah petahana dengan popularitas dan elektabilitas yang tinggi.
Yang lebih untung lagi asalah Gerindra. Selain nomer urutnya sama, baik capres maupun cawapresnya juga kader separtai. Mereka dengan gampang bisa mengkapitasi kepentingan pilpres sejalan dengan kepentingan partainya. Secara tidak langsung, Gerindra mempunyai sumberdaya dobel dalam pileg 2019 ini.
Bisa dikatakan, jika prapol ini tak berhasil menjadikan Prabowo dan Sandi sebabagai orang pertama dan kedua, mereka punya instrumen besar untuk membesarkan partai. Ia bisa berpotensi menjadi vacuum cleaner untuk partai pengusung lainnya.
Dengan sumberdaya "berkah" yang dimiliki dalam pileg dan pilpres kali ini, Gerindra punya peluang untuk menggeser perolehan suara Partai Golkar yang berada di kubu Jokowi. Parpol besutan mantan menantu Presiden Soeharto ini bisa menduduki posisi runner up dalam pertarungan tahun depan.
Dalam berbagai survei elektabilitas parpol, PDI Perjuangan diperkirakan akan menjadi juara. Sedangkn Golkar nomer dua diikuti Gerindra dan PKB. Partai Demokrat yang pernah menjadi pemenang pemilu 2009 malah terancam menjadi parpol papa tengah.
Dengan komposisi nomer urut yang sama antara Pilpres dan Pileg ini, bisa dimungkinkan Gerindra akan menggeser Partai Golkar. Apalagi, partai yang dipimpin Erlangga Hartarto ini belakangan dirundung berbagai ksus korupsi yang melibatkan para elitnya.
Persepsi Politik
Perilaku pemilih selalu terkait dengan persepsi politik. Persepsi politik adalah segala pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan indera tentang obyek politik. Perilaku seseorang terhadap obyek politik akan dipengaruhi oleh seberapa banyak dan sering mereka terpapar oleh informasi-informasi tentang obyek politik tersebut.
Simbol angka yang berseliweran di sekitar kita pasti akan mempengaruhi orang. Apalagi terhadap mereka yang mempunyai tingkat pengetahuan yang lengkap tentang obyek politik tersebut. Mereka yang sering terpapar simbol angka-angka akan cenderung gampang teringat dengan simbol angka tersebut dan mendorong perilaku terhadap simbol tersebut
Angka 1 dan 2 pasti akan segera berseliweran di semua media ruang atau media lainnya selama proses kampanye calon presiden 2019. Angka 1 akan diproduksi secara besar-besaran oleh tim Jokowi-Amin. Demikian pula angka 2 yang menjadi simbol nomor urut dalam pilpres kali ini.
Dalam konteks ini, maka PKB yang mendapat nomer urut 1 dan Partai Gerindra yang bernomer 2 punya peluang untuk memanfaatkan angka "pilpres" menjadi kepentingan partainya. PKB dapat membandling dengan Jokowi dan Gerindra makin gampang membangun identifikasi dengan capres Prabowo.
Singkat kata, kedua partai ini sedang mendapat berkah baru dari pilpres yang berlangsung secara bersamaan dengan pileg. Mereka bisa mengoptimasinya menjadi senjata baru untuk mendongkrak perolehan suara. Kini tergantung kepada kecerdasan masing-masing untuk memanfaatkannya.
Politik terkadang juga ada soal garis tangan alias nasib. (arif afandi)