John Lewis dan Sahabat Bilal, Persamaan Hak Belum Tuntas di AS
Pukul 02 malam tidak seperti biasanya, sehabis shalat malam, saya nonton siaran televisi CNN prosesi penghormatan terakhir kepada pejuang kebebasan sipil persamaan hak, John Lewis. Dia mantan Anggauta Conggres AS di gedung Capitol , Washington. Ia teman Martin Luther King yang tewas ditembak awal tahun 1960 an dalam perjuangan menuntut persamaan hak kaum kulit hitam.
Pidato penghormatan terakhir disampaikan oleh Ketua Konggres senator Mc Connel dan Ketua DPR Nancy Pelosi dihadiri banyak tokoh Amerika.
Perjuangan kebebasan menuntut persamaan itu sampai sekarang belum tuntas. Terakhir di kota Portland, Oregon, terjadi bentrok antara warga kulit hitam versus polisi sebagai protes terhadap penyiksaan 4 orang polisi terhadap seorang kulit hitam beberapa hari yang lalu.
Negara adidaya yang merdeka pada 1776 itu, ternyata masih mengidap rasialisme, tetapi sebagian dari kita memujinya setinggi langit. Bangsa kita dalam masalah ini lebih beradab sesuai sila kedua Pancasila.
Bandingkan sejak Sahabat Bilal mengumandangkan azan di Masjidil Haram pada Futuh Makkah, yang menandai persamaan hak segenap bangsa tanpa memandang perbedaan kulit.
Akhirul kalam.
Burung Hud Hud disebut dalam salah satu Surat dari Al-Quran surat ke 27 ( Al-Naml ). Saya sering membaca Surat tentang Hud Hud tersebut karena mengandung pelajaran ilmu intelijen , suatu ilmu yang mempelajari metode mencari dan mengumpulkan informasi untuk penyusunan dan pembuatah kebijakan negara.
Si burung diutus oleh Nabi Sulaiman untuk mengirimkan surat ke ratu Saba, Balqis dan sekali gus mengumpulkan informasi tentang negeri Saba. Yaman menjadikan Hud Hud menjadi simbol badan intelijennya disertai kutipan sepenggal Surat Naml ayat 33:
وجئتك من سبا بنبا يقين .
Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".
Tafsir Quran Surat An-Naml Ayat 33 33.
Para pemuka kaumnya tersebut menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan yang dahsyat, dan juga memiliki keberanian yang sangat dalam peperangan, sedang keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan pada kami, sebab kami pasti kuasa untuk melaksanakannya".
Dalam Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah disebutkan:
Maka berkatalah para kaumnya : Kami adalah orang-orang yang memiliki kekuatan, keras dan berani serta mengetahui peperangan, maka jika engkau meminta kami akan hal itu (perang); Kami termasuk orang-orang yang telah bersiap, akan tetapi urusannya kembali kepada engkau. Keputusan ada padamu, maka lihatlah apa yang padanya terdapat kebaikan, dan kami adalah orang-orang yang patuh akan urusanmu, dan bergegas dengan pendapatmu.
KH Dr As'ad Said Ali
Pemerhati masalah sosial politik, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, periode 2010-2015, Wakil Kepala BIN, 2001.
Advertisement