Jogo Bonito dan Verifikasi Getuk Jacksen
Bigman legenda Persebaya Surabaya, Jacksen F. Tiago sudah lama di Indonesia. Mungkin palet lidahnya sudah cocok dengan kudapan nusantara. Tapi ternyata masih ada yang luput dari icipannya, yaitu Getuk.
Panganan daerah yang berbahan dasar singkong. Diolah sedemikian rupa agar bisa dinikmati dengan mudah. Kebetulan di NgopibarengBaradjawa, getuk terpampang di menu. Salah satu yang sering dipesan pelanggan.
Papi Jacko akrab dia dipanggil, mampir ke joglo sederhana Ngopibareng.id. Senin, 11 Desember 2023 malam. Datangnya Papi Jacko melengkapi deretan orang terkenal yang pernah singgah ke toko kopi NgopibarengBaradjawa.
Dulu Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, dua pucuk pimpinan Provinsi Jawa Timur datang pada tahun 2022. Ada juga Ganjar Pranowo. Tapi Ganjar datang waktu masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Dua atau tiga kali jika tak salah. Sekarang ketika jadi Calon Presiden RI, ia belum mampir. Mungkin jadwalnya padat.
Ada juga komedian Cak Lontong. Gitaris Band Dewa 19, Andra Ramadhan juga sering mampir. Thoriqul Haq, eks Bupati Lumajang beberapa kali nongkrong. Biasanya malam-malam sih. Ada juga beberapa pejabat nasional juga pernah datang. Kali ini Papi Jacko. Mengawali atlet berbintang yang merasakan kenyamanan joglo Ngopibareng.id
Ngopibareng Jacksen F Tiago
Jacko datang sore sebelum Maghrib. Sejak datang hingga malam, gayeng sekali ia ngobrol dengan CEO Ngopibareng.id Arif Afandi. Membahas karir sepakbolanya, karir kepelatihannya, bisnisnya, hingga yang pasti cerita dia di Persebaya Surabaya. Klub asal Kota Pahlawan yang membesarkan namanya. Klub yang ia bawa jadi juara saat jadi pemain maupun jadi pelatih.
Dia datang bersama anak dan istrinya. Minum kopi dan makan getuk. Katanya enak. Ia habis 3 porsi getuk. Ketika coba pertama kali, dia sumringah. Cocok. Katanya lolos verifikasi. Menirukan cara-cara seleksi di sepakbola Indonesia.
"Ini cocok. Kalau di sepakbola ini lolos verifikasi ini pak," kata Jacksen, disambut gelak tawa Arif Afandi.
Ia baru tahu kalau singkong bisa diolah seenak ini. Biasanya direbus atau digoreng. Awalnya dia pikir, getuk baradjawa ini berbahan ubi sebab rasa manisnya pas. Ternyata bukan. Tapi dari ketela.
"Kalau ubi itu kan sweet potato. Ini cassava" kata Arif menyambung.
Bintang lapangan hijau berdarah Brazil itu tak sadar sudah makan banyak. Alasannya cuma satu, enak dan bisa bikin kenyang. Meski sudah jatuh cinta dengan getuk, ternyata ia masih mau verifikasi makanan khas Baradjawa lainnya. Rawon Djawa.
Ketika jam makan malam tiba, kira-kira 19.30 ia pesan rawon. Sup hitam khas Surabaya dipadukan dengan nasi putih. Dibarengi juga dengan Arif Afandi yang pesan hal yang sama. Mereka berdua duduk bersama, berbincang hal yang agak serius di antara mereka. Di luar sepakbola pastinya.
Satu dua sendokan rawon berhasil gol di perutnya. Ia jingkrak langsung. Cafe sederhana, tempat orang ngopi, tapi makanannya enak. Apalagi rawonnya. Lagi-lagi dia verifikasi dan meloloskannya dalam tahap seleksi.
"Ini lolos lagi Pak Arif. Lolos seleksi. Lolos verifikasi!," ujarnya dengan semangat khas negeri Samba.
Kuah, daging, dan bumbu rawon berdansa ria di perutnya. Jackson bahagia. Bahagianya seperti pesepakbola negeri Samba yang sedang berdansa mengolah si kulit bundar di lapangan dengan gaya Jogo Bonito!.
Perjalanan Karir Jacko
Dansa Jogo Bonito itu juga ia terapkan di lapangan. Ketika jadi pemain, Jacko adalah monster mematikan di kotak penalti. 42 gol ia persembahkan untuk Bajul Ijo. Belum lagi gol-gol di Petrokimia, PSM Makassar, Geylang United, Home United, hingga Botafogo. Entah sudah berapa ratus gol ia sarangkan.
Apalagi ketika jadi pelatih. Gaya permainan samba ia bawa ke Indonesia. Dengan lisensi kepelatihan asli Brazil. Negara yang jadi kiblat bola dunia. Karir kepelatihannya dimulai dari klub lokal Surabaya. Assyabaab Surabaya. Memang aneh, ada klub lokal amatir yang dilatih oleh pelatih asing. Kabarnya, masuknya Jacko jadi pelatih asing di Liga Indonesia sempat ditentang beberapa pihak. Termasuk para pelatih lokal.
Dari klub amatir itu, ia melompat jauh ke tim profesional. Tim besar Liga Indonesia. Persebaya Surabaya. Klub yang pernah ia bela. Dua tahun mengasuh arek Suroboyo sejak 2003, Jacko membawa Bajul Ijo juara liga tahun 2004. Super! Di tangannya, Persebaya yang hampir terperosok, bangkit jadi superhero.
Setelah dari Persebaya, ia melanglang buana ke pelosok nusantara. Persita Tangerang, Persiter Ternate, Mitra Kukar, dan Persitara Jakarta Utara pernah merasakan tangan dinginnya.
Tapi, magis samba ternyata cocok untuk tim selanjutnya. Persipura Jayapura. Si Mutiara Hitam. 7 tahun ia berkelana di tanah Papua. Di sana juga ia menemukan emas besar di karir kepelatihannya.
Bersama Boaz Salossa, Edu Ivakdalam, hingga Jendri Pitoy, Jacksen sukses membawa tim dengan baju strip merah hitam itu meraih dua kali gelar Liga Indonesia. Bahkan, pada tahun 2010 lalu, ia sempat mendapat apresiasi dari majalah Brazil atas kesuksesannya membawa pulang gelar juara Liga Indonesia ke tanah Jayapura dan memberikannya sebagai kado ulang tahun untuk Persipura yang ke 60. Di Papua juga ia cetak sejarah. Bawa klub asal Indonesia pertama yang lolos hingga semifinal AFC CUP 2014.
Setelah dari tanah Papua. Jacko kembali keliling jadi pelatih di dua klub yakni Penang FA dan Barito Putera. Ia juga sempat jabat pelatih timnas Indonesia tahun 2013. Pada 2019, ia kembali lagi ke Papua. Sayang, periode keduanya di Jayapura bagaikan tanah dan langit dengan periode pertama. Ia gagal. Bahkan ia diberhentikan pada 2021. Akhir kepelatihannya, ia terbang jauh ke Pulau Jawa. Tepatnya di Persis Solo. Sayang, tahun 2022 ia memilih mundur dan tak berkarir hingga kini. Desember 2023.
Meski cerita Jacksen di sepakbola Indonesia pada akhirnya tak seindah buku cerita, namun baginya getuk dan rawon Baradjawa tetap bikin jatuh cinta.
Di akhir cerita panjangnya ketika bertemu dengan Arif Afandi, ia berjanji akan datang kembali dan bernostalgia lagi di NgopibarengBaradjawa. Ia pamit pulang tepat jam menunjukkan pukul 21.00
"Terima kasih atas verifikasinya ya Jacksen. Sehat terus," tutup Arif sambil mengantarkan Jacksen ke mobil. Obrigado papi Jacko!
Advertisement