Joget Gemoy Kekalahan Gagasan Prabowo-Gibran Adu Politik
Pengamat politik Airlangga Pribadi Kusman Ph.D menilai banyaknya ketidakhadiran pasangan Prabowo-Gibran dalam diskusi politik serta adu di ruang publik memperlihatkan kekalahan gagasan dari pasangan tersebut.
Dari berbagai event diskusi yang terselenggara tercatat setidaknya 11 kali pasangan Prabowo-Gibran absen dalam diskusi dalam rangka adu politik gagasan tersebut. Sementara, pasangan Ganjar-Mahfud MD hanya satu kali absen dan Anies-Muhaimin juga satu kali absen.
Airlangga mengatakan, kekalahan gagasan tersebut menunjukan keterbatasan politik gimmick yang di diusung oleh Prabowo-Gibran. Politik gimmick di tingkat permukaan tersebut merupakan bagian dari strategi politik komunikasi bercorak manipulatif yang ditawarkan Prabowo-Gibran ke publik.
“Dengan asumsi bahwa dengan menawarkan politik joged gemoy, riang gembira dan seterusnya, publik teralihkan dari persoalan-persoalan krusial bangsa saat ini. Padahal Indonesia di masa depan sangat membutuhkan kualitas kepemimpinan yang kredibel dan memiliki kualitas tinggi,” ujar Dosen Departemen Politik Fisip Universitas Airlangga (Unair) ini saat dihubungi, Rabu 29 November 2023.
Apalagi, salah satu konsentrasi para pasangan capres dan cawapres adalah kalangan millenial dan Gen-Z. Politik gimmick pasangan Prabowo-Gibran menunjukkan ketidaktepatan anggapan mereka, yang cenderung underestimate terhadap kalangan muda, menganggap kaum muda tidak memiliki cara pandang kritis dan mendalam serta mudah dirayu oleh hal-hal yang bersifat permukaan.
Dengan menggunakan strategi tersebut, Prabowo-Gibran berusaha mengalihkan rangkaian persoalan yang melekat pada pasangan tersebut. Misalnya, dugaan pelanggaran HAM, problem pelanggaran etika berskala berat dalam kandidasi Gibran, maupun kekhawatiran mobilisasi aparatur negara untuk mengintervensi pilpres.
Padahal, menurut Airlangga, kritisisme kaum muda masih begitu kuat dalam politik di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan kritik yang disampaikan para mahasiswa terhadap kecenderungan pelemahan demokrasi yang berlangsung saat ini.
Menurut Airlangga, politik adu gagasan adalah salah satu momen yang sangat krusial dalam rekruitmen kepemimpinan nasional melalui Pilpres 2024. Dengan adu gagasan melalui event debat dan diskusi yang diselenggarakan institusi-institusi masyarakat sipil, publik secara transparan dan inklusif dapat mempertanyakan, menyetujui, menyanggah, mendukung dan menolak visi-misi yang ditawarkan kandidat capres-cawapres.
“Substansi politik adu gagasan dapat membuat warga menilai kualitas dan kompetensi masing-masing pasangan dan memiliki gambaran kemana masa depan Indonesia akan dibawa dalam arah lima tahun ke depan sebagai bekal bagi warga dalam memilih untuk Pilpres 2014,” jelasnya.
Airlangga menambahkan, politik adu gagasan juga memiliki peran penting untuk memoderasi agar potensi polarisasi dan pergesekan keras di akar rumput dapat bertransformasi menjadi ruang publik komunikatif dalam membangun demokrasi yang lebih beradab.
Advertisement