JMP, Penyelamat Kemacetan Pasar Tanah Abang. Apa JMP?
Tanah Abang di Jakarta Pusat, bagi warga DKI telah menjadi ikon yang tak terbantahkan mengingat keberadaan tempat itu telah menjadi lokasi jual beli industri tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Para pedagang yang mencukupi kehidupannya di Tanah Abang kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera, misalnya Sumatera Barat karena provinsi yang dikenal dengan makanan terenak sedunia, rendang tersebut menjalankan sektor perdagangan di bidang pakaian/tekstil.
Bicara mengenai Tanah Abang, pasti orang-orang akan memikirkan suatu hal, yakni jalananannya macet.
Tak dapat tampik, limpahan penjual/pedagang di Tanah Abang menjadi momok bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia karena kemacetan yang dialami oleh masyarakat Jakarta tiap hari.
Terobosan baru yang dibuat oleh Pemprov DKI tahun 2018 adalah Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge".
Awal pembangunan ini bertujuan agar tata letak pedagang kaki lima yang biasa memenuhi badan jalan dapat dipindahkan ke jembatan supaya kemacetan berkurang pada awal Agustus 2018.
Secara teknis, dijelaskan bahwa pengerjaan proyek pembangunan JPM Tanah Abang, dibagi empat zonasi dimulai zona A, zona B, zona C dan zona D dengan panjang 100 meter.
Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya, Yoory C Pinontoan selaku kontraktor yang menangani proyek JPM menuturkan dengan keberadaan jembatan tersebut diharapkan membuat kawasan Tanah Abang akan semakin tertata, sehingga tidak ada lagi titik kemacetan PKL.
"Dengan JPM ini diharapkan mengurangi kemacetan oleh sebab itu kami hadir di sini untuk bisa berinteraksi dengan bapak dan ibu sekalian," ucap Yoory kepada para pedagang kaki lima dalam sosialisasi di Kantor Kelurahan Kampung Bali Tanah Abang Jakarta Pusat.
Kios JPM diutamakan diisi oleh penduduk DKI Jakarta. Data yang dikumpulkan pengurus RW akan didata ulang kembali oleh Kecamatan Tanah Abang dan Kelurahan Kampung Bali.
Pembangunan pun dilanjutkan tanpa ada kendala berarti, setelah sosialisasi PD Pembangunan Sarana Jaya terus melanjutkan pembangunan dengan pemasangan rangkaian kerangka baja.
Material kerangka pembangunan JPM Tanah Abang sudah 80 persen dikerjakan di dua pabrik di Tangerang, yaitu PT. Nikko steel, yang terletak di Jalan Panongan Nomor 3 dan PT. Spanbentondek Admara, di Jalan Raya Serang. Dengan menggunakan sistem "knock down".
Berdasarkan kelancaran kontraktor dalam membangun proyek jembatan tersebut, banyak pihak optimistis bahwa JPM akan beroperasi tepat waktu sesuai target awal yakni pada 15 Oktober 2018.
Sayangnya, target yang dikira dapat tercapai itu tidak seindah ekspektasi. Peresmian jembatan penghubung transportasi umum dalam Jak Lingko itu terus terulur.
Padahal bila "skybridge" selesai tepat waktu, maka semakin juga cepat kemacetan di Tanah Abang bisa ditanggulangi dan dievaluasi.
Sebab JPM memberikan ruang bagi PKL yang selama ini kesulitan mencari lahan untuk menjajakan barang dagangannya, apalagi bila berurusan dengan preman yang mematok harga sewa diluar kewajaran.
Pada hakikatnya jembatan penghubung seperti yang di Tanah Abang berfungsi untuk menghubungkan antarmanusia, bukan untuk menyediakan tempat bagi pedagang kaki lima (PKL) berjualan.
Namun, penataan PKL di JPM dianggap tidak masalah selagi tidak menghilangkan fungsi utama jembatan itu sendiri, ungkap Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus.
Alfred menuturkan jembatan perlu integrasi dengan moda angkutan umum, agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung.
"Skybridge Tanah Abang dikatakan bermanfaat, apabila langsung terintegrasi dengan angkutan umum lainnya," katanya.
Saran tersebut seolah didengar oleh Pemprov DKI dengan mengintegrasikan jembatan-Stasiun Tanah Abang dan membangun halte bus Transjakarta serta penyediaan mikro bus di kawasan perdagangan tersebut.
Sempat mengalami kendala dalam kesepakatan antara Pemerintah DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait fasilitas sosial penunjang demi kenyamanan pengguna skybridge, peresmian skybridge pun mengalami penundaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Senior Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta, Edy Kuswoyo yang mengatakan permintaan pembangunan fasilitas itu berdasarkan jumlah penumpang di Stasiun Tanah Abang yang mencapai 130 ribu penumpang per hari, dan stasiun merupakan layanan publik, sehingga dalam proses integrasi perlu dipertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang timbul akibat dari konektivitas kedua fungsi tersebut.
Kemudian, jumlah 'gate tapping' yang diminta PT KAI cukup butuh perhitungan karena biasanya di stasiun total gate tapping maksimal ada tujuh, sedangkan untuk Stasiun Tanah Abang yang terintegrasi dengan JPM harus berjumlah 13 gate tapping demi kelancaran arus pengguna jasa kereta yang padat tiap harinya.
Beruntungnya kendala fasilitas tidak berlangsung lama dan segera dibangun oleh PD Pembangunan Sarana Jaya dengan menyediakan dua toilet portabel dan pemenuhan 13 gate tapping dapat tercapai.
Arus pengguna jasa kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Tanah Abang tampak lancar walaupun pada jam-jam tertentu bisa jadi sangat padat karena merupakan salah satu stasiun transit di Jakarta.
Peninjauan serta evaluasi terus dilakukan dan kini JPM Tanah Abang telah dibuka dalam masa uji coba sejak tanggal 7 Desember 2018 dengan menempatkan 446 PKL di masing-masing kios berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge.
Pembayaran retribusi dimulai Januari 2019 sebesar Rp500 ribu dinilai lebih murah bagi pedagang mengingat biasanya mereka menyetor Rp2 juta ke preman saat menggelar lapak di badan jalan.
Seorang pedagang baju wanita, Riko mengucapkan syukur atas inisiatif Pemerintah DKI untuk menata ruang berjualan pedagang.
Diakuinya kios di JPM jauh lebih kecil, namun lebih aman dari kejaran setoran preman maupun Satpol PP bila ada razia.
Penempatan kios berdasarkan undian, beberapa pedagang mendapatkan tempat cukup strategis karena berada dekat pintu stasiun.
"Rezeki sudah ada yang mengatur," tukas pedagang asal Sumatera Barat tersebut.
Penertiban pedagang maupun kendaraan yang masih memenuhi bawah JPM terus dilakukan petugas agar lalu lintas senantiasa lancar pada jam sibuk maupun lengang.
Masyarakat Jakarta tinggal menunggu peresmian JPM Tanah Abang yang dielu-elukan menjadi solusi pengendalian kemacetan di kawasan perbelanjaan pakaian itu. (tessa qurrata aini)
Advertisement