JK Dorong Mahasiswa Penuhi Kekosongan Ekonomi Lewat Gerakan 45
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla mengatakan, mahasiswa
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menjadi generasi berjiwa pembelajar dan penggerak bagi bangsa dan ummat manusia melalui Gerakan 45.
Untuk diketahui, Gerakan 45 merupakan bentuk dari rukun islam yang ke-4 (zakat) dan ke-5 (haji). Gerakan ini akan menjadikan mahasiswa menjadi generasi yang sejati.
Karena berzakat dapat melatih mahasiswa untuk ikhlas. Jika dilakukan tanpa paksaan, zakat bermanfaat untuk melatih kita menjadi pribadi yang ikhlas dan tulus melakukan kebajikan bagi orang lain. Inilah hikmah zakat yang akan membawa banyak keselamatan bagi manusia.
“Zakat juga bermanfaat mendatangkan kebaikan-kebaikan dalam hidup. Rezeki dilancarkan, kualitas hidup meningkat, hati terasa tenang, dan kehidupan juga terasa lebih tentram karena kebaikan yang telah dilakukan,” ungkapnya di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Sabtu 12 November 2022.
Pria kelahiran 15 Mei 1942 di Watampone, Sulawesi Selatan ini menambahkan, zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan.
Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam Islam.
“Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Selain rukun islam yang ke-4, Jusuf Kalla juga mengajak mahasiswa untuk merencakanan dan meniatkan untuk berhaji. Pasalnya, ibadah haji juga melatih seorang Muslim mengamalkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persaudaraan, dan persamaan secara universal.
Seseorang yang melaksanakan rukun islam yang ke-5 akan melepaskan diri dari egonya, sehingga dia akan mendapati dirinya larut dalam sebuah kumpulan akbar manusia, yang bersatu, tak tercerai-berai, dan bersama-sama memenuhi satu panggilan untuk berputar mengelilingi satu pusat.
Disi lain, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsis) Prof Mohammad Nuh juga mendorong mahasiswa mengisi kekosongan dalam masyarakat seperti yang diungkapkan Jusuf Kalla. Guna mengisi kekosongan tersebut, mahasiswa harus mempunyai kemampuan reflektif yang baik.
Ia menjelaskan, adapun langkah-langkah nyata yang dilakukan Unusa untuk mencapai hal tersebut adalah membekali mahasiswa membaca, menangkap dan menerjemahkan peluang untuk suatu solusi atau peluang.
"Misalnya kami menunjukkan mahasiswa sistem RS ini, mereka bisa melihat apa yang harus dilakukan seperti merubah sistem parking dan lainnya. Itu yang ingin kami ajarkan," kata Prof Nuh.
Selain dibekali kemampuan untuk membaca peluang, ujar Nuh para mahasiswa juga dibekali modal untuk berjejaring. Sebab, tak ada gunanya kompetensi bila tak memiliki jaringan yang bagus. "Bekal-bekal diatas juga harus didukung dengan kemampuan digital yang mumpuni. Untuk itu, kami juga membekali mahasiswa dengan Digital Quality,"tandasnya.
Advertisement