Jiwa Mujahadah Harus Hidup bagi Muhammadiyah, Begini Maksudnya
Istilah mujahadah menjadi bagian penting dalam aktivitas umat Islam. Kegiatan berdoa bersama, dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala guna meraih kebaikan bersama dunia akhirat. Hal itu kerap secara ritual dilakukan kalangan pesantren.
Lalu bagaimana makna mujahadah bagi kalangan Muhammadiyah? Begini laku langkahnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir berpesan agar kader dan pegiat Persyarikatan senantiasa melipatgandakan jiwa mujahadah sebagai bagian dari identitas warga Muhammadiyah dan panggilan Keislaman.
Haedar menyebut, di dalam Al-Quran ada ratusan pengulangan kata iman, ilmu, dan amal. Semua itu, kata dia adalah pondasi yang harus dirangkai sebagai satu kesatuan untuk memberikan makna hidup yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan setempat.
“Kita ini orang Islam lebih khusus Muhammadiyah dalam bertindak dan berbuat itu kan tidak semata-mata berbuat dan bertindak secara naluriah dan alamiah, tetapi bertindak dan berbuat ada motivasi dasarnya, ada bingkainya motivasi dasarnya, yaitu iman, bingkainya ilmu, maka lahirlah trilogi Iman, ilmu dan amal Muhammadiyah,” pesannya.
Selain memberikan makna hidup, jiwa mujahadah menurut Haedar adalah bentuk tanggung jawab keimanan seorang muslim atas kehidupan nanti di alam akhirat. Bagi Muhammadiyah, kesadaran inilah yang memacu anggotanya untuk melipatgandakan amal saleh, baik melalui dakwah maupun amal sosial.
“Karena itu selama kita hidup di dunia kita akan berbuat yang maksimal agar bekal di akhirat itu menjadi bekal yang terbaik, terbanyak dan paling berkualitas sehingga masuk surganya jannatun naim. Itu kan bermakna dari situ lalu muncul semangat, spirit. Tapi kalau kita tidak sadar sebagai orang beriman ya perbuatan kita itu seperti alamiah natural saja, tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak beriman,” tuturnya.
Hal itu diungkapkan Haedar Nashir pada Musyawarah Daerah (Musyda) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) se-Provinsi Jawa Barat. Dalam rangkaian kegiatan ini, ditutup dengan Musyda Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-13 Kabupaten Sukabumi, pekan lalu, di kompleks Muhammadiyah Boarding School Al-Karimah Kabupaten Sukabumi.
Pembukaan Musyda dihadiri rombongan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, antara lain Ketua Umum Haedar Nasir, Bendahara Umum Hilman Latief, Ketua LKKS Fajar Riza Ul Haq, dan Bendahara Majelis Diktilitbang, Muchlas Rawi.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Sakti Alamsyah, Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri, dan Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede juga hadir pada acara tersebut.
Keteladanan Mujahadah
Pada bagian lain, Haedar meminta Muhammadiyah Sukabumi untuk meneladani semangat mujahadah para tokoh nasional seperti Hatta, Sutan Syahrir, dan ayah Buya Hamka, yaitu Haji Rasul yang pernah menjalani pengasingan di Sukabumi.
Dengan meneladani jiwa semangat para tokoh nasional itu diharapkan Muhammadiyah Sukabumi makin terpacu untuk menghasilkan produk dakwah yang unggul dan bersaing dengan daerah Muhammadiyah lainnya yang sudah maju.
“Nah, jiwa mujahadah, mujahid itu harus hidup di dalam diri kita sebagai bagian dari panggilan Keislaman kita. Tetapi jihad mujahadah yang badlul juhdi, mengerahkan segala kemampuan kita untuk terus berbuat kebaikan yang terintegrasi dengan iman dan tadi ilmu yang kita miliki,” tegasnya.