Jiwa Bersyirkah, Perkuat Pengorbanan Kader Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menegaskan, organisasiyang dipimpinnya, Muhammadiyah itu besar. Di antara kekuatan Muhammadiyah ialah sistem organisasinya yang kokoh berbasis nilai-nilai mendasar.
Seperti Manhaj Tarjih, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami, dan mozaik pemikiran lainnya. Muhammadiyah mampu menghadapi berbagai masalah berat di dalam dan ke luar karena ketangguhan organisasinya didukung keteledanan orang-orangnya yang berjiwa maju dan ikhlas.
"Dipelopori sang pendiri Kiai Ahmad Dahlan yang memiliki tempat khusus dan dikenal sosok kuat yang cerdas, maju, gemar beramal shaleh, dan pembaru. Sekaligus tokoh yang dikenal tawadhu', tasamuh, tawasuth, dan berakhlak luhur irfani," tuturnya, dalam keterangan Senin, 9 November 2020.
Setelah itu, menurut Haedar, setiap orang datang dan pergi menggerakkan organisasi dengan jejak amaliah masing-masing. Namun Muhammadiyah tetap hidup dan kokoh keberadaannya sebagai organisasi dalam mengemban misi dakwah dan tajdid.
Muhammadiyah bergerak terus. Tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. Itulah Perayarikatan Muhammadiyah milik bersama nan berkemajuan.
Jiwa Bersyirkah
Kenapa Muhammadiyah disebut Persyarikatan? Karena dia berupa sistem tempat bersyirkah, bertemunya banyak orang menjadi satu kesatuan di bawah sistem organisasi. Sistemlah yang di atas orang, bukan sebaliknya orang di atas sistem.
Dalam Berita Tahunan 1927 disebutkan, “Kalimat Syarikat itu berarti kumpulannya beberapa orang untuk melakukan sesuatu dengan semufakat mungkin dan bersama-sama”.
Muhammadiyah kuat karena orang-orangnya mau bermufakat alias bermusyawarah dan menyatukan diri secara bersama dalam Persyarikatan. Dalam bergerak pun bukan atas kehendak sendiri-sendiri tetapi secara kolektif-kolegial berkoridor sistem organisasi.
Dalam poin keenam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan, "Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan berorganisasi.".
Karena itu dalam berorganisasi kita harus ikhlas mengikat diri dalam semangat kesatuan dan kebersamaan di bawah panji Persyarikatan. Setiap anggota secara bersama menyatukan hati, pikiran, tindakan, dan langkah dalam jiwa persaudaraan untuk berada dalam satu barisan yang kokoh sebagaimana Al-Quran Surat Ash-Shaff ayat-4 .
Setiap orang memiliki kekurangan, maka organisasi menjadi tempat saling melengkapi dan menguatkan dalam mewujudkan misi dan tujuan. Muhammadiyah menjadi besar justru karena kebersamaan dalam satu barisan yang kokoh.
Berorganisasi itu berkorban untuk kebersamaan dan sistem sebagaimana hukum bersyirkah. Dalam mengambil keputusan ikhlas bermusyawarah dan bermufakat. Menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan hati dan pikiran yang jernih, tasamuh, tawadhu', dan mengedepankan maslahat.
Seraya menjauhi sikap merasa benar sendiri, mau menang sendiri, dan mrncegah mafsadat secara ma'ruf. Kedepankan persaudaraan yang dilandasi kasih sayang dan kebaikan. Seraya menjauhi amarah, kebencian, dan permusuhan.
Dalam berorganisasi hindari sikap angkuh diri, bertindak sendiri-sendiri, berpikir sendiri, memaksakan kehendak sendiri, dan mengambli jalan sendiri-sendiri. Tegas tak harus garang dan kasar diri. Lembut dan tasamuh bukan pertanda lemah dan buruk diri. Jika berorganisasi sekehendak diri maka bangunan bermuhammadiyah akan luruh dan bisa runtuh.
Dalam Muhammadiyah sifat negatif tersebut tentu tidak boleh terjadi karena bertentangan dengan hakikat berorganisasi dalam satu kesatuan Persyarikatan.
Advertisement